tirto.id - "Motivasi saya adalah bermain kompak di pertandingan, menang dan akhirnya menguntungkan tim untuk lolos. Itu yang ada di kepala saya. Tapi, saya memang melihat Emery, dia gelisah seperti biasa. Saya terus menerus melihatnya dan itu membuat saya sedikit tertawa. Dia tidak berubah," kata Ben Arfa seperti dilansir The Guardian.
Momen yang dimaksud Ben Arfa terjadi pada leg pertama 16 besar Liga Eropa, saat Rennes mempecundangi Arsenal 3-1, Jumat (8/3/2019) dini hari.
"Saya bercerita pada sejumlah rekan sebelum laga, prediksi saya kami menang 3-1 atau 4-1. Kami gagal mencetak gol keempat, tapi prediksi saya tepat," imbuh Ben Arfa.
Unai Emery yang merupakan pelatih Arsenal adalah eks bos Ben Arfa saat berkostum PSG. Keduanya nyaris tak punya hubungan harmonis. Emery jarang memberi menit bermain untuk Ben Arfa pada masa itu. Pemain asli Paris itu bahkan lebih kerap dikirim bermain bersama tim reserve (tim B PSG) selama musim terakhir di Parc des Princes. Jadi, wajar apabila Ben Arfa tertawa saat melihat Emery kelimpungan dan frustrasi di laga kontra Rennes, klub Ben Arfa saat ini.
Tim asuhan Emery itu memang sempat unggul lewat satu gol cepat Alex Iwobi. Namun, Arsenal dipaksa tunduk lantaran tampil buruk pada paruh kedua.
Dalam analisisnya di The Times, James Gheerbrant menyebut titik balik nasib Rennes dan Arsenal terjadi saat Sokratis Papastathopoulos diganjar kartu merah pada menit 41. Dia disuir wasit lantaran dengan sengaja menjatuhkan pemain Rennes dengan tangannya.
James punya dasar atas argumennya. Pada 40 menit pertama, tim tamu terbukti mengontrol pertandingan. Arsenal juga tercatat lebih kerap menekan. Ini bisa dilihat dari catatan tembakan tepat sasaran yang angkanya 1:3.
Unai Emery pun, pada konferensi pers setelah pertandingan seperti mengamini pandangan itu.
"Saya berpikir positif berdasarkan 40 menit pertama. Dengan respek terhadap lawan, faktanya kami berhasil menguasai pertandingan," kata Emery.
Kepergian pemain berkebangsaan Yunani itu membuat tim tamu punya lubang besar di lini pertahanan. Celah ini dimanfaatkan dengan baik sekaligus cepat oleh tuan rumah. Hanya beberapa detik setelah keluarnya Sokratis, tembakan keras Benjamin Borigeaud ke sudut kanan atas gawang Petr Cech menghujam dengan akurat.
Karena Salah Sendiri
Pada babak kedua, Nacho Monreal jadi sorotan karena membuat sebuah gol bunuh diri. Berniat menghalau umpan cutback dari sektor kiri pertahanan, Monreal malah membelokkan si kulit bundar ke gawang sendiri. Dia juga berulang kali kalah saat adu cepat di sektor kiri pertahanan.
Namun, terlalu naif untuk menyebut Monreal sebagai satu-satunya pemain yang tampil di bawah standar. Ada sosok lain yang membuat tidak sedikit kesalahan, dan dia adalah Granit Xhaka.
Pemain asal Swiss itu punya andil banyak dalam keluarnya Sokratis. Pasalnya, kartu kuning pertama yang diterima Sokratis pada menit 34, tidak bisa dilepaskan dari blunder Xhaka.
Kesalahannya dalam melakukan passing membuat bola jatuh ke kaki lawan di posisi berbahaya, yang secara otomatis memberi dorongan pada Sokratis untuk melakukan tekel keras terhadap lawan. Ujungnya adalah pelanggaran.
Setelah Sokratis keluar pun, Xhaka juga gagal menjalankan perannya dengan baik. Beberapa kali dia menciptakan lubang di lini tengah. Sialnya, kecerobohan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Ismaila Sarr yang kebetulan tampil apik.
Sarr yang jadi otak serangan Rennes malam itu tampil ciamik dan berulang kali mengkreasikan serangan berbahaya. Dia selalu berdiri di posisi tepat saat menerima bola, kemudian melewati celah-celah yang ada dengan pergerakan maupun umpan terukur.
Maka, tidak berlebihan apabila Ben Bloom dalam artikelnya di Telegraph menyebut Sarr 'tampil mempesona'. Penampilan bagus Sarr lantas ditutup dua menit jelang pertandingan berakhir. Dia menyambar sebuah umpan dari sisi sayap berlawanan dengan tandukan akurat yang memperdaya Petr Cech untuk kali ketiga.
Dari gol ketiga ini, semua juga tidak lepas dari performa buruk satu pemain bertahan lain: Shkodran Mustafi. Kelengahannya dalam mengawal sektor kanan pertahanan membuat Lea-Siliki dengan leluasa mengirimkan bola ke arah Sarr.
Lini depan Arsenal juga tak luput dari sorotan. ESPN memberi rating 5/10 untuk striker The Gunners, Pierre-Emerick Aubameyang. Catatan ini membuat Auba jadi pemain kedua Arsenal yang mendapat rating terburuk setelah Sokratis.
Pemain asal Gabon itu sempat mengancam. Ditopang Mesut Ozil dan Henrikh Mkhitaryan, dia sempat mendapat setidaknya dua peluang emas. Namun, justru peluang itu pula yang membuat rating Auba anjlok. Eksekusinya tak pernah berhasil memperdaya kiper lawan.
Skor akhir 3-1. Arsenal kalah telak, tidak saja dalam skor akhir, tapi juga kuasa terhadap alur pertandingan secara keseluruhan. Satu-satunya keunggulan mereka atas Rennes hanya dalam jumlah kartu merah dan pelanggaran.
Menimbang itu semua, adegan Ben Arfa menertawakan Emery adalah sesuatu yang sudah selayaknya terjadi.
Editor: Mufti Sholih