tirto.id - Dunia berada di ambang resesi akibat inflasi semakin menggerogoti ekonomi. Berdasarkan survei Bloomberg, Indonesia berpotensi masuk mengalami resesi dan berada di urutan terbawah dari 15 negara.
Survei itu menunjukkan pada peringkat 1-15 secara berurutan. Mulai dari Sri Lanka, New Zealand, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Australia, Taiwan, Pakistan, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, lalu India.
Salah satu tanda ancaman resesi adalah tingginya inflasi di satu negara. Terlihat Indonesia pada Juni 2022 sudah mengalami kondisi tersebut. Dengan terjadinya inflasi Juni yang mencapai 4,35 persen secara year on year (yoy).
Data ini menjadi tertinggi sejak lima tahun ke belakang. Dengan adanya fenomena tersebut, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mewanti-wanti masyarakat saat ini perlu berhemat dan menurunkan gaya hidup.
"Cash is the king masih berlaku dalam menghadapi resesi. Semakin aman likuiditas rumah tangga maka semakin tahan terhadap kenaikan harga," katanya kepada Tirto, Senin (18/7/2022).
Dia juga meminta agar masyarakat bisa mencari penghasilan tambahan di tengah resesi. Kemudian mempersiapkan dana darurat minimum 10 persen mengantisipasi apabila terjadi kondisi yang tidak diinginkan seperti PHK atau dirumahkan.
"Masyarakat juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap barang impor khususnya pangan. Inflasi dan pelemahan kurs akan sebabkan penyesuaian terhadap harga barang impor," ucapnya.
Sebelumnya inflasi tinggi pada Juni tidak hanya terjadi di Indonesia, Amerika Serikat juga mengalami inflasi tinggi sampai 9,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Indonesia perlu mewaspadai tingginya inflasi di AS. Angka itu juga jauh di atas perkiraan sejumlah ekonom yang dikumpulkan media dan lembaga seperti Dow Jones di kisaran 8,8 persen.
Inflasi di AS bisa bertransmisi melalui dua jalur, yakni jalur moneter dan jalur perdagangan. Dari aspek moneter, inflasi yang tinggi akan mendorong bank sentral AS atau The Fed lebih agresif dalam meningkatkan suku bunga. Untuk itu masyarakat perlu melakukan proteksi diri agar lebih tahan terhadap inflasi tinggi yang kemungkinan akan terjadi di beberapa bulan ke depan.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Intan Umbari Prihatin