tirto.id - Kasus penderita Corona COVID-19 di Indonesia semakin meluas. Hingga 1 April 2020 total pasien konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.677. Total pasien sembuh 103 orang dan pasien meninggal 157 orang.
Gambaran jumlah pasien ini setidaknya menggambarkan, penularan di luar masih terjadi, social dan physical distancing masih diabaikan, dan kemudian cuci tangan masih belum dijalankan dengan baik. Beberapa kasus di antaranya juga terjadi karena kurangnya wawasan menyeluruh tentang virus ini. Bagaimana alur penularan Corona COVUD-19, hingga siapa saja yang rentan menjadi korban.
Berdasarkan buku The Corona Prevention Handbook, virus COVID-19 sebagian besar ditularkan melalui percikan (droplet), dan juga dapat menyebar melalui rute penularan kotoran dari mulut (fecal-oral).
Berapa lama masa inkubasi virus Corona COVID-19?
Masa inkubasi virus adalah 1-14 hari. Tetapi perlu dicatat bahwa beberapa kasus yang dilaporkan memiliki masa inkubasi hingga 24 hari. Healthline menyebutkan, menurut laporan baru-baru ini, lebih dari 97 persen orang yang kena corona COVID-19 menunjukkan gejala dalam 11,5 hari setelah terpapar.
Apa Ciri-Ciri Awal Penderita Corona Covid-19?
Gejala awal virus corona COVID-19 yang dirasakan para pasien adalah demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, dan lesu. Namun, sebagian pasien Covid-19 hanya mengalami gejala sakit ringan, dan bahkan sama sekali tidak mengalami gejala infeksi.
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
Berdasarkan informasi di laman lembaga kesehatan AS, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lansia dan mereka yang memiliki riwayat gangguan kesehatan seperti diabetes, asma, atau penyakit jantung, memiliki resiko lebih tinggi, saat terinfeksi virus corona.
Siapa yang rentan terhadap virus 2019-nCoV?
Novel coronavirus ini baru saja muncul pada manusia. Oleh karena itu, secara umum, masyarakat rentan terhadap virus tersebut karena tidak memiliki kekebalan terhadapnya. 2019-nCoV dapat menginfeksi individu dengan kekebalan normal atau terganggu. Jumlah paparan terhadap virus itu juga menentukan apakah Anda terinfeksi atau tidak.
Jika Anda terpapar sejumlah besar virus, Anda mungkin jatuh sakit walaupun fungsi kekebalan tubuh Anda normal. Untuk orang dengan fungsi kekebalan yang buruk, seperti orang tua, wanita hamil atau orang dengan gangguan hati atau ginjal, penyakit ini berkembang relatif cepat dan gejalanya lebih parah.
Anak-anak memiliki lebih sedikit kemungkinan terpapar dan dengan demikian kemungkinan terinfeksinya lebih rendah. Namun, dengan jumlah paparan yang sama, orang lanjut usia, orang dengan penyakit kronis atau fungsi kekebalan yang terganggu akan lebih mungkin terinfeksi virus
ini.
Bagaimana cara penularan 2019-nCoV atau corona COVID-19 ini?
Saat ini, diyakini bahwa penularan melalui percikan atau droplet pernapasan. Virus ditularkan melalui percikan-percikan yang muncul saat pasien batuk, bersin, atau bicara, dan orang-orang yang rentan mungkin terinfeksi setelah menghirup droplet tersebut.
Penularan kontak tidak langsung terjadi ketika percikan yang mengandung virus tersimpan di
permukaan suatu benda, yang mungkin disentuh oleh tangan. Virus dari tangan yang
terkontaminasi mungkin terbawa ke saluran mukosa di mulut, hidung, dan mata orang
tersebut dan membuatnya terjangkit.
Apakah virus Corona COVID-19 bisa menular melalui udara (airborne)?
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada Selasa (17/3/2020) menemukan, virus ini dapat hidup hingga tiga jam di udara, empat jam pada tembaga, dan 24 jam pada karton dan dua hingga tiga hari pada plastik dan stainless steel.
"Kami sama sekali tidak mengatakan bahwa ada transmisi [penularan] virus secara aerosol [sistem tersebarnya partikel halus zat padat atau cairan dalam gas atau udara], tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa virus tetap bertahan untuk jangka waktu yang lama dalam kondisi tersebut, sehingga secara teori dimungkinkan," ujar pemimpin studi Neeltje van Doremalen di National Institute of Allergy Infectious Diseases, seperti dikutip USA Today.
Meski begitu, coronavirus yang hidup di udara ini tidak cukup kuat untuk menular ke orang-orang yang secara fisik tidak dekat dengan orang yang terinfeksi COVID-19.
Apakah Perbedaan Virus Corona COVID-19 dengan SARS & MERS?
Severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV. Gejala utama SARS termasuk demam, batuk, sakit kepala, nyeri otot, dan gejala infeksi pernapasan lainnya.
Sebagian besar pasien SARS sembuh dengan atau tanpa perawatan medis. Tingkat fatalitasnya sekitar 10%; mereka yang berusia di atas 40 tahun atau mempunyai penyakit bawaan (seperti penyakit jantung koroner, diabetes, asma, dan penyakit paru-paru kronis) paling berisiko terkena penyakit yang berakibat fatal.
Sementara itu, Middle East Respiratory Syndrome disebabkan oleh virus MERS-CoV. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di negara-negara timur tengah termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan lain-lain.
Orang yang terinfeksi oleh MERS-CoV dapat menderita sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS), sedangkan manifestasi yang paling umum adalah demam dengan tremor, batuk, sesak napas, otot yang sakit, dan gejala gastrointestinal seperti diare, mual, muntah, atau sakit perut.
Kasus yang parah ditandai oleh kegagalan pernapasan yang membutuhkan ventilasi mekanis dan perawatan suportif di ICU. Beberapa pasien mengalami kegagalan organ, terutama gagal ginjal dan syok septik (sceptic shock), yang akhirnya menyebabkan kematian.
Case Fatality Rate MERS adalah sekitar 40%. Sejak kasus pertama MERS pada bulan September 2012 hingga Mei 2015, kasus MERS telah dilaporkan di 25 negara di seluruh dunia, yang merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Editor: Agung DH