Menuju konten utama

Bank Penyalur Kredit Padat Karya dapat Insentif Likuiditas 2025

Penyaluran kredit di sektor padat karya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Bank Penyalur Kredit Padat Karya dapat Insentif Likuiditas 2025
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (16/10/2024). Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6 persen untuk mempertahankan stabilitas perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) akan memberikan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada bank-bank penyalur kredit di sektor padat karya mulai 1 Januari 2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan insentif ini diharapkan dapat membuat penyaluran kredit di sektor-sektor padat karya yang kini tumbuh terbatas dapat kembali bergairah.

Dengan begitu, terkereknya penyaluran kredit di sektor padat karya juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Sehingga nanti kalau kreditnya tumbuh, pertumbuhan sektor tumbuh, pertumbuhan ekonomi tumbuh, penciptaaan lapangan kerja tumbuh, pendapatan masyarakat naik, konsumsi naik, mendorong ekonomi lagi,” ujar Perry dalam Pengumuman Hasil RDG Bulan Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (16/10/2024).

Sebelumnya, insentif berupa pengurangan giro kepada perbankan diberikan kepada bank-bank penyalur kredit di sektor padat modal yang pada masa Covid-19 terpuruk, baik dari segi penyaluran kredit maupun kinerja industri.

Namun, setelah mendapatkan insentif, penyaluran kredit sektor-sektor seperti industri pertambangan berhasil tumbuh dua digit.

Pada September 2024 misalnya, kredit perbankan tercatat sebesar 10,85 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Capaian tersebut didorong oleh penyaluran kredit sektor pertambangan yang mencapai 26,7 persen; kredit listrik, gas dan air 15,9 persen; pengangkutan, telekomunikasi dan sebagainya di kisaran 17,5 persen, kemudian jasa dunia usaha sebesar 16 persen.

“Sektor-sektor yang kreditnya semakin tumbuh, kreditnya tumbuh, ekonominya semakin tumbuh. Ini sudah tumbuh, kalau bahasa jawanya sudah mentas lah. Sudah cukup kan. Nah kita alihkan tadi ke sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja,” terang Perry.

Sebaliknya, penyaluran kredit untuk sektor-sektor padat karya seperti pertanian hanya tumbuh di kisaran 7,4 persen, industri pengolahan 7,22 persen dan perdagangan hanya 8,4 persen. Oleh karena itu, untuk segera mendongkrak kinerja penyaluran kredit di sektor padat karya, kini BI tengah berupaya mempercepat pembuatan kebijakan penyaluran KLM kepada perbankan penyalur kredit.

“Dan itu tahap ketiga ini insyaallah kita akan kebut dalam bulan ini, (sampai) bulan depan. Supaya bisa efektif kita implementasikan per 1 Januari 2025,” beber Perry.

Sementara itu, sampai pekan kedua Oktober 2024, BI telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,5 triliun, dengan rincian kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp119 triliun, bank umum swasta nasional (BUSN) sebesar Rp110,2 triliun, kepada Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp24,6 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) sebesar Rp2,7 triliun.

“Insentif KLM tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yaitu Hilirisasi Minerba dan Pangan, UMKM, Sektor Otomotif, Perdagangan dan Listrik, Gas dan Air (LGA), serta sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” papar Perry.

Baca juga artikel terkait PENYALURAN KREDIT atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto