tirto.id - Bank Dunia memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan melambat sampai dengan 2021 seiring dengan masih memanasnya perang dagang AS dan Cina, serta meningkatnya ketidakpastian global.
Dalam laporan 'Weathering Growing Risk East Asia and Pacific Economic Update' edisi Oktober 2019 yang dirilis Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik pada 2019 diperkirakan mencapai 5,8 persen atau melambat dari tahun sebelumnya sebesar 6,3 persen.
Pada tahun depan, Bank Dunia memperkirakan tren perlambatan itu masih terus berlanjut menjadi 5,7 persen dan menjadi 5,6 persen pada 2021. Kondisi tersebut juga diperkirakan ikut berpengaruh terhadap tingkat penurunan kemiskinan.
"Ketika pertumbuhan melambat, demikian juga tingkat penurunan kemiskinan," kata Victoria Kwakwa, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik dalam laporan tersebut.
Selain Tiongkok, pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Timur dan Pasifik diyakini relatif stabil, meskipun sedikit lebih rendah ketimbang tahun-tahun sebelumnya lalu. Apalagi, jika didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara yang lebih kecil diyakini masih kuat, terutama ditopang dari sektor pariwisata, properti dan sektor-sektor ekstraktif.
Meski begitu, ketegangan perdagangan global yang berlangsung lama juga tetap berpotensi menimbulkan ancaman jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan.
“Kami sekarang memperkirakan hampir seperempat penduduk di negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik hidup di bawah garis kemiskinan kelas menengah-atas sebesar US$5,50 per hari. Ini lebih banyak dari yang kami proyeksikan pada April," tutur Victoria.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Ringkang Gumiwang