tirto.id - Bank Dunia (World Bank) memperkirakan ekonomi Indonesia rata-rata akan tumbuh di level 5,1 persen per tahun dari 2024-2026. Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk, bilang pertumbuhan itu akan dipengaruhi oleh hambatan dari turunnya harga komoditas yang sempat melonjak, meningkatnya volatilitas harga pangan dan energi dunia, serta tensi geopolitik yang membuat kondisi ekonomi dunia tidak pasti.
"Perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kecepatan yang stabil di tahun-tahun mendatang, didorong oleh peningkatan belanja publik, meningkatnya investasi bisnis, dan permintaan konsumen yang stabil," kata Turk, dalam keterangan resminya, dikutip Tirto, Rabu (26/6/2024).
Dalam laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospects dijelaskan pula, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan didorong oleh peningkatan investasi yang didukung oleh kebijakan makroekonomi pemerintah yang kuat. Karenanya, untuk pemerintah selanjutnya, Turk berpesan agar dapat menjaga kebijakan makroekonomi yang pruden (berhati-hati), kredibel dan transaparan.
"Seraya menciptakan ruang fiskal yang memungkinkan belanja prioritas untuk perlindungan sosial, serta berinvestasi pada modal manusia (human capital) dan infrastruktur," lanjut dia.
Pada saat yang sama, pemerintah juga harus tetap mewaspadai masalah-masalah yang masih terus terjadi seperti kenaikan harga pangan yang mendongkrak inflasi. Turk mencatat, karena inflasi tinggi Indeks Harga Konsumen (IHK) pun naik 2,8 persen dari Mei 2023 dan naik 2,6 persen sejak awal tahun.
Kondisi iklim yang buruk juga mengurangi jumlah panen beras dalam negeri dan memengaruhi harga pangan secara lebih luas. "Inflasi utama diperkirakan akan mencapai rata-rata sekitar 3 persen pada tahun 2024," ujarnya.
Selanjutnya, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga harus waspada terhadap pelemahan rupiah yang terus terjadi sejak April lalu. Menurut Turk, pelemahan mata uang Garuda ini disebabkan oleh aliran dana asing yang keluar signifikan dari berbagai portofolio investasi, dipicu keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.
Padahal, saat itu bank-bank sentral di negara maju menunda penurunan suku bunga acuan sebagai kebijakan yang diantisipasi. "Dan menyebabkan tekanan mata uang di Indonesia dan di negara berkembang lainnya. Bank Indonesia diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada tahun depan," tutur dia.
Selanjutnya, Bank Dunia juga memperkirakan utang pemerintah di sepanjang tahun 2024 akan tetap stabil, meski pemerintah menaikkan belanja sosial dan investasi publik di saat penerimaan negara turun. Kondisi ini tidak lain karena kenaikan harga komoditas yang membuat keuntungan industri terkoreksi.
Pada keterangan yang sama, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Habib Rab, juga membeberkan empat tantangan struktural. Di antaranya, meningkatnya konsentrasi di sektor manufaktur, melambatnya kemajuan dalam mengurangi ketimpangan pendapatan regional, pertumbuhan upah yang lebih lemah dan meningkatnya kesenjangan sejak pandemi COVID-19, serta terbatasnya mobilitas geografis angkatan kerja yang mempersulit keterhubungan pekerja dengan pekerjaan dan lokasi yang mengarah pada peningkatan standar hidup.
"Untuk naik dari status pendapatan menengah ke status pendapatan tinggi pada tahun 2045, dibutuhkan peningkatan investasi dan dinamisme sektor swasta untuk mempercepat pertumbuhan jangka panjang. ini memerlukan adanya reformasi regulasi yang membantu membuka pasar dan meningkatkan produktivitas perusahaan di bidang manufaktur dan jasa," kata Habib Rab.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang