tirto.id - Presiden Jokowi mengingatkan dunia usaha mengenai potensi resesi ekonomi yang bisa terjadi di 2020-2021 lantaran adanya tekanan eksternal berupa perang dagang AS dan China yang hingga saat ini belum reda.
"Perang dagang menghantui kita. Tekanan-tekanan eksternal baik berupa kemungkinan potensi resesi pada 1 atau 1,5 tahun yang akan datang sudah mulai dikalkulasi, mulai dihitung-hitung oleh para pakar," kata Jokowi di Jakarta, Senin (16/9/2019).
Jokowi menambahkan situasi ekonomi global saat ini memang tidak stabil. Bahkan, sejumlah negara sudah mengalami resesi ekonomi, di antaranya Turki dan Venezuela. Jerman--negara dengan ekonomi terbesar di Eropa--juga tengah di ambang jurang resesi.
"Kita harus mempersiapkan diri agar tidak terkena dampak. Kalau bisa, kita mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga menguntungkan negara kita," terang Jokowi.
Melihat arah ekonomi global yang tidak menentu, Jokowi meminta dunia usaha untuk memaksimalkan pasar dalam negeri. Hal itu dikarenakan akan ada 141 juta masyarakat yang akan naik level dari kelas bawah ke level menengah dengan tingkat konsumsi yang juga ikut meningkat.
"Magnet konsumen kita akan semakin kuat. Sekali lagi hati-hati. Ini akan menarik investasi dunia untuk datang ke Indonesia. Saya titip jangan sampai peluang atau opportunity yang ada, dipakai oleh merek asing," katanya.
Data yang dungkapkan Presiden Jokowi merupakan data yang diambil dari lembaga konsultan internasional BCG Henderson. Menurut mereka, sebanyak 141 juta masyarakat Indonesia akan naik kelas pada 2020.
"Inilah bukti adanya revolusi konsumen di Indonesia. Selain mengalami kenaikan jumlah, sebaran geografis konsumen pun juga semakin merata. Jika 5 tahun yang lalu hanya 25 kabupaten/kota yang memiliki konsumen kelas menengah lebih dari 500 ribu orang, tahun depan meningkat 54 kabupaten/kota," tutur Jokowi.
Editor: Ringkang Gumiwang