tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemimpin populis suatu negara dapat menyebabkan suatu bangsa rentan mengalami krisis ekonomi. Menurut Sri Mulyani, hal ini sudah terjadi di sejumlah negara-negara Amerika Latin.
“Amerika Latin sangat didominasi pemerintahan yang populis dan itu menyebabkan mereka banyak krisis ekonomi,” ucap Sri Mulyani dalam acara bertajuk “Prospek Ekonomi Nasional” di Jakarta Concert Hall, iNews Tower Kamis (29/8/2019).
Sri Mulyani mencontohkan anjloknya harga komoditas di Amerika Latin pada 2018. Menurut mantan direktur Bank Dunia ini harga komoditas yang menurun lantaran ada pengaruh dari terpilihnya pemimpin populis di Meksiko dan Brasil.
Argentina yang bakal menjalani pemilu pada Oktober 2019 ini juga menambah kekhawatiran kondisi ekonomi global. Hal itu dikarenakan calon pemimpin yang masuk di dalam pemilu Argentina juga tergolong populis.
“Ini menyebabkan proyeksi ekonomi global jadi pesimistis. Bukan masalah tren tapi uncertainty. Saya sedang tidak menyebutkan climate change, tapi ini ada ketidakpastian,” tutur Sri Mulyani.
Keadaan di Argentina itu juga menambah sentimen buruk terhadap proyeksi ekonomi global. Apalagi saat ini, sejumlah lembaga keuangan dunia ramai-ramai menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global mereka.
“Forecast ekonomi global semua ke bawah. Revisi oulook ekonomi global saja 3 kali,” ucap Sri Mulyani.
Meski begitu, Sri Mulyani mengklaim kondisi Indonesia agak berbeda. Jelang menghadapi pemilu, ia menyebutkan kalau perekonomian masih cukup terkendali.
“Di negara lain, Brasil dan Meksiko, pemilu dan ekonominya nyungsep. Kita pemilu, 2018 masih tumbuh. Kita bahkan tumbuh paling tinggi sejak 2014,” ucap Sri Mulyani.
Editor: Ringkang Gumiwang