Menuju konten utama

Bank Asal Jerman Gelontorkan Rp7,7 T untuk Proyek EBT di RI

Selain Bank KfW asal Jerman, Asian Development Bank (ADB) juga ingin memasukkan dananya ke Indonesia, namun masih ada hambatan.

Bank Asal Jerman Gelontorkan Rp7,7 T untuk Proyek EBT di RI
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) beroperasi di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (4/12/2022). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/YU

tirto.id - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan Indonesia baru saja mendapat pendanaan dari bank investasi dan pembangunan asal Jerman, Kreditanstalt für Wiederaufbau atau KfW sekitar Rp7,7 triliun.

Pendanaan yang diberikan melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia, salah satunya bakal digunakan untuk mendanai proyek Ijen Geothermal di Ijen, Jawa Timur, milik PT Medco Energi Internasional Tbk.

“Jadi kita inginkan itu project geothermal (panas bumi) di Ijen yang punya Medco. Itu salah satunya,” kata Eniya dalam Konferensi Pers Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW), di Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

Selain itu, pendanaan itu juga bakal digunakan untuk membiayai proyek Hijaunesia I dan II berupa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN.

Kemudian, ada juga proyek-proyek lain yang telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN.

“Nah ini semoga kalau di Indonesia itu seperti floating PV (PLTS terapung), large scale floating PV (PLTS terapung skala besar) yang itu sudah bisa di-addressed di dalam skenario ini, di dalam realisasi dari program JETP ini,” imbuh Eniya.

Selain Bank KfW, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) juga ingin memasukkan dananya ke Indonesia. Namun, rencana ini masih terus dibahas oleh kedua belah pihak.

Eniya mengakui, proses pembahasan pendanaan ini sempat menemui beberapa hambatan. Salah satunya, karena ADB memandang komitmen dari pemerintah Indonesia belum cukup kuat untuk menjalankan transisi energi, utamanya melalui pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan basis energi batu bara.

“Nah, kemarin di pembahasan terakhir, pihak ADB meminta identifikasi komitmen-komitmen dari pemerintah kita yang belum sebanding dengan komitmen yang dia berikan. Nah, ini juga menjadi satu item yang kita bahas terakhir kali. Lalu, wah ini belum sebanding. Nah ini konsepnya seperti apa? Nah, belum ada,” ungkap dia.

Baca juga artikel terkait ENERGI BARU TERBARUKAN atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto