tirto.id - Dampak hujan deras dan banjir di wilayah Kota Tangerang dua hari ini mengakibatkan volume sampah meningkat pesat hingga 60 persen, Jumat (3/1/2020).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang, Dedi Suhada di Tangerang, mengatakan usai banjir volume sampah meningkat 60 persen atau sekitar 800 ton.
“Jika di hari biasa, bukan musibah banjir seperti ini, petugas kami mengangkut sekitar 1.300 ton dalam sehari. Hingga saat ini seluruh petugas belum berhenti melakukan pengangkutan sampah. Sore nanti, diperkirakan meningkat 60 persen atau sekitar 800 ton dari biasanya,” ungkap Dedi, melansir Antara.
Ia pun mengatakan dalam proses pengangkutan sampah atau bersih-bersih banjir, DLH mengerahkan 775 petugas yang tersebar di seluruh titik banjir di Kota Tangerang.
Petugas DLH juga dibantu sejumlah instansi lainnya seperti Bidang Pertamanan, Disbudpar dan ratusan relawan.
“Banyak petugas yang kami kerahkan, serta bantuan dari personil lainnya. Aksi bersih-bersih Kota Tangerang setelah banjir akan semakin cepat dan Kota Tangerang akan kembali pulih,” katanya.
Sejauh ini sampah yang diangkut petugas didominasi perabotan rumah tangga yang rusak akibat banjir, seperti, springbed, kasur bekas, lemari, kayu-kayu, hingga batang-batang pohon.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan akan adanya hujan intensitas ekstrem pada sekitar 5-10 Januari 2020 di Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, dan Jawa termasuk Jabotabek.
Sehingga, pemerintah dan warga diharapkan untuk menyiapkan langkah mitigasi.
"Jadi potensi hujan ekstrem diperkirakan 5-10 Januari di wilayah Sumbar, Riau Sumsel, Jambi sampai Lampung termasuk Jawa dan tentunya Jabotabek," kata Ketua BMKG Dwikorita Karnawati pasca Rapat Koordinasi di Graha BNPB, Jakarta Timur, pada Kamis (2/1/2019).
Mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menjelaskan perkiraan itu dikarenakan ada aliran udara basah dari arah Samudera Hindia tepatnya di sisi barat Pulau Sumatera dan melaju melalui ekuator.
"Masuknya sepanjang ekuator sehingga dampaknya meningkatkan intensitas curah hujan di musim hujan dapat jadi ekstrem," kata Dwikorita.
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH