tirto.id - “Eh kamu sudah besar ya sekarang, kerja di mana?”
Pernahkah Anda kesal ketika seorang kerabat bertanya demikian? Musababnya bukan karena saat itu Anda sedang menunggu panggilan wawancara kerja, tapi karena sang penanya mengira Anda berusia 30 tahun, padahal umur Anda belum genap 20 tahun.
Faktor penuaan dini antara satu orang dan lainnya berbeda-beda. Menurut American Academy of Dermatology, salah satu tanda kulit mengalami penuaan adalah menjadi tipis, kering, dan berkeriput. Situs Healthline menambahkan ciri lain dari penuaan, seperti munculnya sun spot atau bintik-bintik pada kulit, peradangan atau hiperpigmentasi di sepanjang dada, dan rambut rontok.
Penyakit Sebabkan Penuaan Dini
Yang berperan besar dalam mengontrol penuaan adalah gen. Seseorang bisa disebut mengalami penuaan dini jika ia telah mengalami tanda-tanda tersebut sebelum ia menginjak 35 tahun.
“Sekitar 30 persen dari apa yang terjadi di usia Anda ditentukan oleh genetik, yang berarti Anda memiliki kendali besar bagaimana kulit Anda akan terlihat seiring dengan berjalannya waktu,” ujar Dr. Doris J. Day, seorang profesor dematologi klinis di New York University Medical Center kepada US News. Jenis ini dinamakan penuaan intrinsik.
Fabio Coppedè dalam artikel berjudul “Premature Aging Syndrome” (2012) (PDF) menuliskan dua jenis sindrom yang mengakibatkan penuaan dini pada penderitanya, yakni Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS) dan Werner Syndrome.
Coppedè mengatakan bahwa HGPS adalah penyakit langka yang terjadi pada 1 dari 4 juta kelahiran di dunia, sedangkan angka kejadian Werner Syndrome di Jepang diperkirakan 1 per 100.000 penduduk, dan kejadian Werner Syndrome di luar Jepang berkisar antara 1: 1.000.000 penduduk hingga 1: 10.000.000 penduduk.
Menurut National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat, sindrom HGPS merupakan kondisi genetik yang ditandai dengan penuaan dini yang dramatis dan tidak normal pada anak-anak. Biasanya, para penderita dari sindrom ini akan terlihat normal saat lahir dan masa bayi awal, tapi semakin bertambah usianya, ia akan tumbuh lebih lambat dibandingkan anak seusianya dan tak mengalami pertumbuhan berat badan.
Selain menghambat pertumbuhan anak, sindrom ini bisa menyebabkan kerontokan rambut, kulit yang menua, kelainan sendi, dan hilangnya lemak di bawah kulit. Tak hanya itu, perkembangan intelektual atau keterampilan motorik pada anak seperti duduk, berdiri, dan berjalan pun akan terpengaruh.
Penyebab sindrom HPGS adalah mutasi pada gen LMNA yang merupakan pemberi instruksi untuk membuat protein lamin A dalam tubuh. Pada pasien HPGS, mutasi pada gen LMNA akan menghasilkan bentuk abnormal dari protein lamin A. Akhirnya, protein yang berubah ini akan merusak inti sel secara progresif dan sel-sel pun mati sebelum waktunya.
Sedangkan pada sindrom Werner, penderitanya akan mengalami penuaan dini sejak masa pubertas. Remaja yang terkena sindrom ini biasanya berperawakan pendek, tak seperti remaja pada umumnya yang mengalami lonjakan pertumbuhan.
Sindrom ini biasanya mulai terlihat ketika usia penderita menginjak kepala dua, dengan gejala rambut berubah dan kebotakan, suara serak, serta kulit yang tipis dan keras.
Tak hanya itu, penderita dari sindrom Werner juga sangat mungkin terkena penyakit-penyakit “orang tua”, seperti katarak, borok di kulit, diabetes tipe 2, gangguan kesuburan, aterosklerosis, osteoporosis, dan beberapa jenis kanker.
Sindrom HPGS dan Werner sama-sama disebabkan karena mutasi gen. Hanya saja, pada sindrom Werner, gen yang bermutasi adalah gen WRN yang bertugas memelihara dan mempernaiki DNA. Mutasi dari gen WRN ini kerap menyebabkan produksi protein Werner nonfungsional yang pendek dan abnormal.
Gaya Hidup Tak Sehat Bikin Cepat Tua
Selain gen, ada faktor lain yang bisa mempercepat penuaan, seperti kondisi lingkungan dan gaya hidup. Di dalam dunia medis, hal semacam ini dinamakan penuaan ekstrinsik. Laman Mayoclinic membeberkan beberapa penyebab ekstrinsik keriput, di antaranya paparan sinar ultraviolet, rokok, dan pengulangan ekspresi wajah.
Studi berjudul “Effect of dietary, social, and lifestyle determinants of accelerated aging and its common clinical presentation: A Survey Study” (PDF) (2011) yang dilakukan oleh S.M.S. Samarakoon, H.M. Chandola, dan B. Ravishankar mencoba mengidentifikasi faktor-faktor potensial yang mempercepat penuaan, seperti pola makan, gaya hidup, dan kondisi mental.
Dalam penelitian ini, mereka melakukan survei terhadap 120 orang berusia 30 hingga 60 tahun yang terdiagnosis mengalami penuaan dini di Gujarat, India. Para peneliti menemukan bahwa penuaan dini umum terjadi di kalangan perempuan (75,83%). Hasil penelitian ini mengkonfirmasi adanya ungkapan populer “di usia yang sama, perempuan terlihat lebih tua daripada laki-laki”.
Samarakoon, dkk. berpendapat penyebabnya adalah gaya hidup dan beban kerja yang berat. Beberapa perempuan biasanya memiliki beban kerja yang lebih berat dalam kegiatan rumah tangga sehingga memicu faktor stres. Selain itu, di beberapa negara Asia, termasuk India, kesehatan dan gizi perempuan masih sering diabaikan.
Dalam penelitian ini, faktor pendidikan juga disebut sebagai faktor penyebab penuaan dini. Sebanyak 50 persen responden terdiri dari orang yang tidak berpendidikan, SD, dan SMP. Selain itu, 88,33 persen responden adalah orang yang terlibat dalam pekerjaan fisik. Studi ini menyimpulkan bahwa kesehatan dan penuaan dipengaruhi oleh kondisi kerja dan lingkungan pekerjaan mereka.
Para peneliti juga mengingatkan tentang bahaya penuaan dini yang disebabkan kecanduan merokok. Menurut mereka, rokok dan tembakau adalah salah satu faktor risiko dari penuaan dini.
Menurut J. Taylor Hays, seorang dokter dari Minnesota, Amerika Serikat dalam tulisan di Mayoclinic, perubahan kondisi kulit bisa terjadi setelah 10 tahun merokok. Tentu saja jumlah rokok yang Anda hisap juga menjadi faktor penyebab penuaan.
Rokok tak hanya mengakibatkan kerutan di wajah, tapi juga kerusakan kulit bagian lain di tubuh Anda, misalnya di bagian lengan. Keriput di kulit itu terjadi akibat kandungan nikotin yang terkandung dalam rokok. Nikotin ini akan membuat pembuluh darah menyempit di lapisan terluar kulit dan merusak aliran darah ke kulit. Akibatnya, kulit tak mendapatkan banyak oksigen dan nutrisi penting, seperti vitamin A.
“Lebih dari 4.000 bahan kimia yang ada di dalam asap tembakau bisa merusak kolagen dan elastin, yang merupakan serat untuk memberi kekuatan dan elastisitas pada kulit Anda. Akibatnya, kulit mulai melrot dan keriput sebelum waktunya akibat merokok,” ujar Hays.
Editor: Maulida Sri Handayani