tirto.id - Di dasar laut Revellata Bay, Corsica tumbuh alga merah. Tumbuhan itu dianggap bebas polusi dan mampu melakukan regenerasi sel. Peneliti yang bekerja untuk lini kecantikan asal Perancis, L’Occitane, menjadikan Jania rubens—nama binomial alga merah—sebagai bahan dasar produk kecantikan untuk melawan tanda-tanda penuaan di kulit wajah.
Produk tersebut dinamai Harmonie Divine Facial Collection. Rangkaian produk tersebut masuk dalam lini produk premium dari L’Occitane. Satu tahun ke belakang, produk tersebut turut meramaikan ragam produk anti-aging yang diluncurkan di Indonesia.
Reuters mengutip hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa pasar global produk anti-penuaan akan meningkat sampai 5,8 persen dan akan mencapai angka $331,41 miliar pada 2021. Perkembangan juga dapat dilihat dari inovasi teknologi kecantikan yang akan meningkatkan khasiat serta keamanan dari produk anti-aging. Ragam produk ini terdiri dari penangkal sinar ultraviolet, anti-kerut, dan anti-selulit.
Baca juga:Venezuela, Krisis, dan Obsesi Kecantikan
Penelitian yang dilakukan Research and Markets mengungkapkan bahwa maraknya produk anti-penuaan juga berawal dari peningkatan standar hidup dan kesadaran publik terhadap kesehatan, terutama yang berhubungan dengan teknologi terbaru di dunia kecantikan. Penelitian ini ialah hasil dari respons publik yang diantaranya menggunakan terapi human growth hormone (HGH), plasenta, Botulinum toxin (botox), asam hialuronat, serta sel punca (stem cell).
Statista memacak data bahwa di antara 2013-2019 terjadi peningkatan dalam penjualan produk kecantikan sebanyak 7,8 persen per tahun. Studi tersebut menyiratkan bahwa tekanan sosial yang dihubungkan dengan penampilan fisik menjadi salah satu sebab peningkatan penggunaan produk tersebut.
“Ilusi kecantikan akan selalu ada. Beragam klaim tentang teknologi anti-aging terbaru, prosedur, serum, dan suplemen telah membentuk ekspektasi konsumen. Media turut membentuk fantasi dan konsumen meresponsnya dengan permintaan dan perubahan pada penampilan. Perasaan tidak nyaman pada diri sendiri bisa membuat seseorang jadi berlebihan dalam menganalisis penampilan mereka,” demikian yang dikatakan Harold Lancer dalam buku Younger: The Breakthrough Anti-Aging Method for Radiant Skin.
Baca juga:Ledakan Industri Kecantikan Pria
Juliana Yu, seorang dokter kecantikan dan pemilik klinik layanan perawatan anti-aging selama 19 tahun terakhir berkata, "Dalam [perawatan] anti-aging, permasalahannya bukan kapan harus memulai perawatan. Hal yang perlu diketahui ialah perubahan pada sel wajah. Kita harus melakukan cek darah untuk tahu apa yang kurang dari tubuh. Saya punya pasien yang baru berusia 23 tahun tetapi sudah banyak kerutan. Dia seorang perokok dan pola tidurnya tidak teratur.”
Ketika ditemui Tirto, Juliana baru saja mendarat dari Hong Kong dalam rangka menghadiri konferensi kecantikan "Cosmo Talk, The Millenial and Rising Beauty Brand and How Modern Lifestyle Impact in Beauty". Di sana, ia melihat bahwa double lifting treatment menjadi teknologi kecantikan yang akan marak pada 2018.
“[Perawatan ini adalah] hal yang bisa membuat kulit muda hanya perawatan karena perawatan membuka jaringan kulit untuk memproduksi kolagen,” katanya.
Juliana lebih percaya pada alat yang memancarkan gelombang ketimbang zat-zat yang dimasukkan ke dalam kulit. Ia mencontohkan metode reshaping: teknik mengencangkan dan mencerahkan wajah dengan pijatan acupressure menggunakan sarung tangan yang memancarkan gelombang untuk mengangkat wajah kendur.
Bagi Juliana, perawatan wajah dan tubuh bukan hal berjangka pendek. Demi mendapat hasil yang diharapkan, seseorang harus melakukan perawatan sebanyak 4 hingga 10 kali perawatan. Jangka waktunya bisa satu atau dua bulan sekali.
Baca juga:Mendulang Laba dari Kecantikan Wanita
Ritual Melawan Penuaan
Sebenarnya, upaya-upaya melawan penuaan pada wajah sudah muncul sejak jaman dulu. Buku Victoria L. Sherrow, For Appearance' Sake: The Historical Encyclopedia of Good Looks, Beauty, and Grooming, menyebutkan bahwa krim kecantikan berawal dari tahun 150 M. Krim pertama berasal dari Yunani, yang formulanya berkembang ke Kerajaan Romawi.
Formula tersebut dinamai cold cream karena membuat kulit terasa lebih sejuk. Galen, seorang ahli pengobatan asal Yunani disebut sebagai penemu cold cream. Ia membuat krim yang terdiri dari air, minyak zaitun, beeswax, dan kelopak bunga mawar sebagai tambahan aroma. Minyak dan wax yang terdapat dalam krim dapat mengurangi kotoran, dan sel-sel yang mati.
Sebelum krim kecantikan tercipta, ritual menghindarkan diri dari penuaan diproduksi dari material tanaman dan binatang. Satu bab berjudul "Skin" dari buku di atas menyebutkan juga bahwa warga Roma menggunakan kulit domba beraroma tajam sebagai perawatan wajah di malam hari. Adapun orang Mesir menggunakan jus mentimun untuk melepas ketegangan kulit dan memperbaiki rona wajah. Orang Amerika Latin memanfaatkan alpukat untuk merawat wajahnya.
Di zaman Ratu Elizabeth (1558-1603), orang mengaplikasikan daging mentah ke wajah untuk meminimalisir kerutan. Pada 1700-an, wanita Prancis mengaplikasikan wine tua ke wajah mereka. Wine dianggap punya khasiat mengelupas kulit—dan karenanya menumbuhkan sel baru—karena mengandung asam. Satu abad kemudian, muncul krim yang dianggap mampu membersihkan dan melembutkan wajah.
Baca juga: Obsesi Kecantikan yang Memicu Kegalauan
Cara-Cara Lebih Alami
“Teknik perawatan seperti tanam benang, filler, dan botox sempat laris. Sekarang orang mulai memutuskan untuk meninggalkan jenis perawatan itu karena ada efek samping. Mereka masih belum banyak yang menyadari pentingnya mengetahui elemen apa saja yang masuk ke dalam kulit melalui produk perawatan kecantikan. Kandungan tersebut bisa masuk ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Seharusnya mereka benar-benar tahu,” kata Juliana.
Baca juga:Ragam Cara Membikin Bibir jadi Penuh dan Seksi
Buku Anti Aging - Skin Renovation Medicines To Regain Your Eternal Beauty! How To Improve Your Look Now With Anti Aging Products! menyebutkan bahwa ada berbagai jenis krim anti penuaan yakni natural, artifisial, dan herbal. Dalam buku tersebut turut disebutkan bahwa konsumsi vitamin C, B3, B6, E, dan K akan membantu menghambat proses penuaan.
Harold Lancer dalam buku Younger juga menyebutkan beberapa faktor pemicu penuaan yang bisa dihindari. Jangan sampai kita tak merawat kulit dengan tepat (misalnya luput membersihkan wajah dan menggunakan pelembab), tidak menggunakan tabir surya, terekspos asap rokok dan polusi udara, kurang berolahraga, dan menyantap makanan kemasan atau fast food.
“Saat ini, sangat mudah bagi sejumlah pihak mengklaim bahwa mereka mampu memberikan perawatan anti-aging karena mengukur tingkat penuaan bisa dilakukan menggunakan komputer. Tetapi, saya menghimbau agar masyarakat menjaga kesehatan dengan konsumsi buah atau rempah-rempah. Minimal minumlah jus setiap hari.”
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani