tirto.id - Ketua Dewan Pembina Pilar 08 Prabowo-Gibran, Bahlil Lahadalia, tak sepakat dengan pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang menyatakan penguasa sekarang bertindak seperti orde baru.
Bahlil memandang dalam kaca matanya sebagai mantan aktivis, pada masa orde baru hanya terdiri dari tiga partai politik, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), PDIP, dan Golkar.
"Pandangan objektif saya sebagai mantan aktivis berbeda lah kalau dulu di zaman orde baru demokrasi partai saja cuma golongan PDIP, PPP, dan Golkar," kata Bahlil di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (4/11/2023).
Bahlil mengatakan pada era reformasi saat ini, justru pemerintahan dikendalikan banyak partai politik. Dia juga menyinggung Partai Demokrat menjadi partai penguasa setelah Susilo Bambang Yudhoyono dua kali menang pilpres, yakni pada 2004 dan 2009.
Mantan Ketua HIPMI juga mengatakan saat ini pun di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kabinetnya dari berbagai latar belakang partai politik dan kalangan profesional.
"Jadi, di orde baru itu enggak ada," ucap Bahlil.
Bahlil mengaku tidak mengetahui secara persis zaman orde baru. Kendati demikian, ia mengatakan kebebasan pers zaman orde baru tak sebebas era reformasi saat ini.
"Dulu mana ada orang bisa maki-maki presiden," tutur Bahlil.
Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyebut penguasa saat ini bertindak seperti zaman orde baru. Megawati mengaku tak tahan lagi untuk menyampaikan kritik tersebut.
Dia mengungkapkan kejengkelannya kepada pemerintah lantaran bertindak sewenang-wenang menjelang Pilpres 2024.
"Kenapa? Republik penuh dengan pengorbanan tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman Orde Baru?" kata Megawati dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Relawan Ganjar-Mahfud di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (27/11/2023).
Megawati menyinggung ada pihak yang menekan rakyat saat tahapan Pemilu 2024.
"Bolehkah kamu menekan rakyatmu. Bolehkah kamu memberikan apa pun kepada rakyatmu tanpa melalui perundangan yang ada di Republik ini," ujar Megawati.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Reja Hidayat