tirto.id - Kaum pria memiliki beberapa ketakutan dalam menjalani rumah tangganya. Salah satu ketakutan adalah ukuran alat kelamin. Perasaan bahwa alat kelaminnya memiliki ukuran dibawah rata-rata sering berujung kepada tindakan operasi untuk pembesaran penis.
Namun, apakah sebenarnya tindakan pembesaran penis tersebut adalah prosedur yang aman?
Penis pada manusia merupakan organ yang tidak didukung oleh tulang, melainkan terbentuk oleh otot-otot penis. Karena tidak terbentuk oleh tulang seperti beberapa mamalia lain, tingkat ukuran penis pada manusia didasarkan pada aktifnya otot-otot tersebut dan adanya darah yang mengisi selubung pada penis.
Prosedur untuk pembesaran penis menurut penelitian Gordon Muir dan kawan-kawan dalam Jurnal Sexual Medicine Reviews, seperti dilansir oleh The Guardian, merupakan tindakan yang tidak efektif dan berbahaya.
Pembesaran penis justu dapat meninggalkan beban baik secara psikis maupun fisik bagi pria. Penelitian juga mendapatkan hasil sebenarnya tindakan pembesaran penis tidak berlandaskan pada bukti ilmiah yang kredibel dan memadai.
Menurut hasil penelitian dari tim peneliti King’s College Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di London, tindakan pembesaran alat kelamin justru membawa risiko komplikasi, seperti mati rasa di penis yang bersifat permanen, disfungsi ereksi, hingga kecacatan penis setelah operasi.
Selain itu penelitian yang ditujukan kepada pria yang telah melakukan tindakan pembesaran penis menunjukkan hasil bahwa mereka sendiri tidak puas dengan hasil operasi tersebut.
Gordon Muir, salah satu peneliti dan merupakan urologis dari King College Hospital di London mengatakan tindakan operasi pembesaran alat kelamin seharusnya tidak boleh dilakukan.
“Tindakan operasi pembesaran penis seharusnya dilarang. Selain karena mahalnya biaya operasi yang berkisar antara 30 ribu hingga 40 ribu poundsterling, operasi seringkali berujung pada penis yang cacat. Penelitian juga menemukan fakta prosedur ini sendiri memiliki tingkat kepuasan yang tidak lebih dari 20 persen,” jelas Muir.
Penelitian yang dilakukan merujuk pada 17 studi sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, yang membahas 21 prosedur berbeda pembesaran alat kelamin baik secara operasi maupun non-operasi pada 1192 pasien di daerah Inggris Raya..
Dua prosedur pembesaran penis yang paling umum dilakukan ialah injeksi dermal filler ke alat kemaluan dan operasi yang disebut suspensory ligament.
Operasi Suspensory Ligament dilakukan dokter bedah dengan cara memisahkan ligamen yang menopang alat kemaluan di bagian atas alat penis, sehingga penis akan lebih ”tegak”.
Mengenai alasan banyaknya kaum pria yang melakukan operasi pembesaran penis, Muir berpendapat hal ini didasarkan pada sifat minder pada pria.
“Mayoritas pria yang melakukan operasi sebenarnya memiliki panjang alat kemaluan yang normal, namun pasien merasa rendah diri dengan ukuran penisnya,”
Muir berpendapat banyak dokter bedah “penipu” yang memanfaatkan perasaan minder pria dengan mengusulkan tindakan operasi yang sebenarnya tidak memiliki efek sama sekali terhadap ukuran penis.
“Banyak pria yang berpikir bahwa penisnya memiliki ukuran dibawah standar, namun, banyak dokter bedah, dan juga klinik pengobatan rumah sakit yang terus menyarankan pada pasien supaya melakukan operasi pembesaran penis,”
Muir menambahkan operasi pemanjangan penis sebenarnya memiliki tindakan yang tidak rumit seperti operasi pada penyakit hernia.
Operasi ini bisa dibayarkan melalui National Health Service (NHS), yaitu program layanan kesehatan di Inggris sebanyak 3 ribu paun, tetapi beberapa klinik pengobatan di rumah sakit mendorong pasien untuk membayar hingga 40 ribu paun untuk satu tindakan operasi.
Muir menyarankan sebelum seseorang melakukan tindakan pembesaran alat kelamin, pasien perlu adanya sesi konseling terlebih dahulu dengan dokter bedah yang terpercaya.
Menurutnya, tindakan konseling dapat menghilangkan sifat minder pria mengenai alat kelaminnya, sehingga angka pria yang melakukan tindakan pembesaran alat kelamin dapat mengalami penurunan, mengingat komplikasi dan kecacatan yang menghantui tindakan pembesaran tersebut.
Penulis: Wisnu Amri Hidayat
Editor: Yantina Debora