Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Bagaimana Situasi Sri Lanka Terkini? Bangkrut & Presidennya Kabur!

Berikut situasi terkini Sri Lanka karena bangkrut hingga Presiden Gotabaya Rajapaksa kabur.

Bagaimana Situasi Sri Lanka Terkini? Bangkrut & Presidennya Kabur!
Seorang demonstran menunjukkan seekor anjing sebagai "Menteri Satwa Liar" yang baru di ruang rapat kabinet Presiden Gotabaya Rajapaksa, di rumah Presiden, pada hari berikutnya setelah demonstran memasuki gedung, setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo , Sri Lanka 10 Juli 2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte/aww.

tirto.id - Sri Lanka terseok-seok diguncang krisis dan kebangkrutan. Bahkan, sang presiden bernama Gotabaya Rajapaksa sempat ingin melarikan diri ke luar negeri, tetapi batal karena dihalangi staf imigrasi bandara.

NDTV melaporkan, setelah dipermalukan oleh imigrasi bandara, Gotabaya sedang mempertimbangkan untuk memakai kapal patroli angkatan laut untuk melarikan diri dari pulau Sri Lanka.

Menyusul aksi protes yang meluas terhadap pemerintah atas krisis dan kebangkrutan ekonomi, Presiden Gotabaya Rajapaksa telah berjanji untuk mengundurkan diri pada hari Rabu. Dia juga berjanji untuk membuka jalan bagi "transisi kekuasaan yang damai."

Akan tetapi, menurut pejabat setempat, Gotabaya melarikan diri dari rumah resminya di Kolombo dan kemudian ingin kabur ke Dubai. Hal itu dia lakukan sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu rumahnya pada hari Sabtu.

Sebagai presiden, Gotabaya sudah pasti kebal dari penangkapan. Oleh sebab itu, dia ingin kebur ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk menghindari kemungkinan ditahan.

Demo Sri Lanka

Pengunjuk rasa menurunkan penghalang metal saat mereka berusaha masuk ke jalan utama menuju parlemen saat protes terhadap Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di dekat parlemen, di tengah krisis ekonomi negara tersebut, di Kolombo, Sri Lanka, Jumat (8/4/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/WSJ/cfo

Situasi Terkini Sri Lanka karena Krisis dan Bangkrut

Seperti dilaporkan BBC pada hari ini, Selasa, 12 Juli 2022, masyarakat Sri Lanka sudah berbulan-bulan melakukan protes guna memaksa mundur Gotabaya Rajapaksa, bahkan sampai menggeruduk kediaman resmi Presiden Sri Lanka .

Protes itu mereka lakukan karena berbagai kesengsaraan seperti naiknya harga bahan pokok, berkurangnya bahan makanan dan bahan bakar. Harga barang kebutuhan sehari-hari melonjak tajam, bahkan inflasinya di atas 50 persen.

Pemadaman listrik juga terjadi nyaris setiap hari. Berkurangnya obat-obatan telah menghancurkan sistem kesehatan di negara itu. Kurangnya ketersediaan bahan bakar bahkan berdampak pada aktivitas layanan penting seperti bus, kereta api dan kendaraan medis.

Menurut para pejabat, Sri Lanka tidak memiliki cukup mata uang asing untuk melakukan impor. Kekurangan bahan bakar ini menyebabkan harga bensin dan solar naik drastis sejak awal tahun.

Pada akhir Juni, pemerintah melarang penjualan bensin dan solar untuk kendaraan yang tidak penting selama dua minggu. Di sisi lain, sekolah juga ditutup dan orang-orang diminta untuk bekerja dari rumah. Tujuannya untuk membantu menghemat persediaan.

Demo Sri Lanka

Pengunjuk rasa mengikuti ritual merebus susu untuk menandai tahun baru Shinala dan Tamil selama aksi protes menentang Presiden Gotabaya Rajapaksa di depan sekretariat Presiden, ditengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (14/4/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/RWA/djo

Kemarahan publik akan pemerintah sudah terjadi sejak April 2022 lalu. Seperti dilaporkan France24, Sri Lanka sempat mengumumkan default atau gagal membayar utang luar negerinya sebesar 51 miliar dolar AS.

Negara itu mengalami kekurangan barang-barang penting dan sering terjadi pemadaman listrik sehingga mengakibatkan berbagai kesulitan. Situasi yang sulit ini telah memicu kemarahan publik dan orang-orang turun ke jalan untuk melakukan protes.

Mereka menuntut pemerintah agar mengundurkan diri menjelang negosiasi dana talangan IMF (Dana Moneter Internasional).

Dalam guncangan keras itu, Gubernur bank sentral Nandalal Weerasinghe mendesak warga Sri Lanka yang berada di luar negeri untuk "menyumbangkan devisa yang sangat dibutuhkan."

Pengumuman ini dilakukan sehari setelah pemerintah mengumumkan menangguhkan pembayaran semua utang luar negeri, yang akan membebaskan uang untuk mengisi kembali persediaan bensin, obat-obatan dan kebutuhan lainnya.

Weerasinghe mengaku telah menyiapkan rekening bank untuk menampung sumbangan warga dari Amerika Serikat, Inggris dan Jerman. Ia juga berjanji kepada ekspatriat Sri Lanka kalau uang itu akan dipakai untuk sesuatu yang paling dibutuhkan.

Bank "memastikan bahwa transfer mata uang asing tersebut akan digunakan hanya untuk impor kebutuhan pokok, termasuk makanan, bahan bakar dan obat-obatan", kata Weerasinghe dalam sebuah pernyataan.

Baca juga artikel terkait SRI LANKA BANGKRUT atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya