tirto.id - Sriyatin, kepala sekolah SD Negeri Banyubiru 3 sedang menandatangani rapor murid-muridnya saat saya temui pada pertengahan bulan Juni 2021 lalu. Sembari berkutat pada pekerjaannya, ia menyatakan sejumlah kendala yang dialami para murid kala belajar daring.
"Kurang memadai karena terbatasnya alat komunikasi […] Jadi kalau menemui anak seperti itu (keterbatasan akses teknologi informasi) dia melalui luring. Luring itu maksudnya penugasan guru ke tempat murid," tuturnya.
SD Negeri Banyubiru 3 terletak di Dusun Bulak Pepe, Kecamatan Widodaren, Ngawi, Jawa Timur. Sekolah ini berada di daerah dengan tingkat mobilitas rendah dan dikelilingi hutan. Meski begitu, SD ini tetap mengikuti anjuran Kemendikbud untuk tetap melaksanakan sekolah daring.
Berbeda dengan SD Negeri Banyubiru 3, SDN Cepoko 1 (juga di Ngawi) berinisiatif membuka PTM (Pembelajaran Tatap Muka) secara terbatas sejak akhir Maret 2021. Bini Warsiti, kepala SD Negeri Cepoko 1 mengaku langkah itu dilakukan atas inisiatif para guru.
"Tatap mukanya satu minggu dua kali tapi dibuat seperti apa anjuran dari prokes," ujarnya.
Bini mengaku sekolahnya bekerja sama dengan bidan setempat. Saat tatap muka pun sekolahnya juga mendatangkan tenaga kesehatan dari puskesmas terdekat.
Tatap muka yang dilakukan SD Negeri Cepoko 1 berlangsung menjelang ujian kenaikan kelas dan hanya diikuti siswa kelas 4-6. Rata-rata jumlah siswa per kelas hanya 10 murid. Maka, tidak perlu adanya pengaturan murid masuk kelas secara bergiliran dalam waktu yang berbeda. PTM dilakukan karena sulitnya pembelajaran online.
Sejak Januari 2021, PTM telah dilakukan di sejumlah daerah. Dalam Surat Keputusan Bersama 4 Menteri menyatakan bahwa PTM dapat dilaksanakan “apabila Pemda sudah memberikan izin dan satuan pendidikan memenuhi semua syarat berjenjangnya, maka PTM diperbolehkan, namun tidak diwajibkan.” Sedangkan hingga Juni 2021 lalu, belum ada keputusan resmi terkait kebijakan PTM terbatas dari Pemda Ngawi.
Sementara Gunawan Wibisana, kepala sekolah SMP Negeri 3 Ngrambe (di Ngawi) sekaligus Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP se-Ngawi menyatakan bahwa seluruh perangkat PTM telah disiapkan.
"[Namun] Untuk bisa melaksanakan PTM itu tentunya kita juga mengikuti petunjuk dari ketua gugus COVID -19 di kabupaten dalam hal ini pak bupati, melihat perkembangan COVID-19, kalau pak bupati memutuskan oke, kita oke,” tuturnya.
Terkait fasilitas kesehatan di sekolah, ia juga mengklaim "sudah komplit 100 persen." Fasilitas itu meliputi sarana sanitasi dan kebersihan, disinfektan, dan thermogun.
Kesiapan SMP Negeri 3 Ngrambe itu tidak luput dari pengalaman SMP ini yang pernah melakukan ujian sekolah secara tatap muka pada masa pandemi Covid-19. Ujian sekolah tatap muka tersebut dilaksanakan atas izin Pemda dan Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi dengan pengawasan penuh dari tim gugus tugas COVID-19.
PTM saat Pandemi Perlu Perhatikan Kesiapan Siswa
Kendati pengelola sekolah merasa siap menggelar PTM, Ertien Rining Nawangsari, dosen mata kuliah administrasi publik UPN “Veteran” Jawa Timur menyatakan bahwa kesiapan peserta didik juga perlu menjadi pertimbangan penting dalam pelaksanaan PTM terbatas.
"Bagaimana kesiapan mental bagi peserta didik, nanti sudah diberikan prokes seperti itu tiba-tiba pada waktu pembelajaran habis pulang mereka bergerombol, […] itu harus dipikirkan. Apakah siap menanamkan kebiasaan baru?" Ujarnya.
Ertien pun menambahkan bahwa persetujuan dari wali murid penting sebelum melakukan PTM. Ini memang sesuai dengan isi SKB 4 menteri yang menyatakan bahwa orang tua/wali peserta didik dapat memilih pembelajaran tatap muka terbatas atau pembelajaran jarak jauh bagi anaknya.
Terkait hal ini, Gunawan Wibisana menyatakan bahwa sekolahnya telah mengadakan survei untuk meminta surat pernyataan wali murid. Hasilnya, 97 persen wali murid setuju PTM terbatas.
Sekolah juga telah memenuhi syarat lain dalam pembukaan PTM, seperti vaksinasi guru, persiapan kurikulum, dan transportasi aman bagi murid. Puskesmas setempat telah melaksanakan vaksinasi bergilir sejak Mei, tetapi baru akan menggelar vaksinasi tahap kedua pada akhir Juli 2021. Adapun transportasi aman yang dimaksud Gunawan ialah para murid di sekolahnya terbiasa berjalan kaki atau menggunakan kendaraan pribadi.
Terkait kurikulum, Gunawan menyatakan sekolahnya akan berfokus ke pendidikan karakter anak. Ia beralasan: "Karakter anak dalam satu tahun ini telah berbeda. Baru nanti masalah kurikulum sambil jalan bisa."
Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Addi M Idhom