tirto.id - Hari Kiamat merupakan salah satu momen yang wajib diyakini umat Islam. Penanda kedatangan hari Kiamat adalah dua tiupan sangkakala dari Malaikat Israfil.
Tiupan pertama adalah isyarat kehancuran alam semesta. Selanjutnya, tiupan kedua adalah tanda kebangkitan manusia dari alam kubur dan berkumpul di Padang Mahsyar.
Dalil mengenai keimanan pada hari akhir tergambar dalam banyak nas Alquran dan hadis, di antaranya dalam surah Al-Hajj ayat 7:
"Dan sungguh [hari] Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya. Sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur," (QS. Al-Hajj [22]: 7).
Di antara petunjuk mengenai hari Kiamat adalah kejadiannya akan berlangsung pada Jumat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan,” (H.R. Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah).
Keadaan Manusia pada Hari Kiamat
Keadaan manusia pada Hari Kiamat ini terbagi menjadi dua keadaan, yaitu saat sangkakala pertama ditiup dan saat sangkakala kedua dibunyikan. Hal ini tergambar dalam surah Az-Zumar ayat 68 sebagai berikut:
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu [putusannya masing-masing]," (QS. Az-Zumar [39]: 68).
Ketika sangkakala pertama ditiup Malaikat Israfil, semua makhluk yang ada di alam semesta akan panik.
Tiupan itu juga akan mengguncangkan Bumi, membuat gempa, gunung meletus dan hancur, serta bintang-asteroid akan menabrak Bumi.
“Dan [ingatlah] hari [ketika] ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang dilangit dan di bumi, kecuali siapa-siapa dikehendaki Allah. Dan mereka semua akan datang menghadapnya dengan merendahkan diri," (QS. An-Naml [27]: 87).
Seluruh penduduk Bumi akan ketakutan. Saking takutnya, orang-orang akan lupa pada sekitar dan hanya ingat pada keselamatan diri sendiri.
Ibu akan lupa pada bayinya, anak-anak lupa pada orang tuanya, dan istri juga tidak ingat lagi dengan keadaan suaminya, sebagaimana tergambar dalam surah Al-Hajj ayat 1-2.
Tiupan sangkakala pertama ini akan memusnahkan alam semesta hingga tak bersisa apa pun, kecuali yang dikehendaki Allah SWT. Inilah Kiamat kubra (besar) yang merupakan bagian dari ketetapan Allah SWT.
Setelah beberapa waktu, Allah SWT kemudian memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniupkan sangkakala kedua.
Tiupan ini akan mengembalikan semua ruh kepada jasadnya. Manusia dibangkitkan dari kematian untuk mengikuti pengadilan Allah di Padang Mahsyar. Momen ini dikenal sebagai Hari Perhitungan (Yaumul Hisab).
“Pada saat hari ketika mereka dibangkitkan oleh Allah semuanya, lalu diberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan [mencatat] amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu,” (QS. Al Mujadilah [58]: 6).
Keadaan manusia di Padang Mahsyar adalah dalam kondisi "tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan," (H.R. Muslim).
Kondisi ini kian menyiksa sebab matahari berada di atas kepala manusia. Selain itu, ada perbedaan waktu di Padang Mahsyar dengan waktu di dunia. Sehari di Padang Mahsyar setara dengan 1.000 tahun di dunia.
Di Padang Mahsyar, seluruh manusia akan menerima catatan amalnya selama hidup di dunia, baik amal yang buruk maupun amal yang baik. Seluruhnya tercatat secara rinci dan detail.
Orang yang beriman dan beramal saleh mereka merasa gembira melihat catatan amalnya. Sebaliknya, orang yang berbuat dosa dan kejahatan akan menerima catatan amalnya dengan perasaan sedih, serta penuh penyesalan.
Selepas amal-perbuatan manusia ditimbang, mereka akan ditentukan apakah masuk neraka atau surga. Orang-orang beriman akan masuk surga, sementara orang-orang kafir akan berakhir di neraka.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno