Menuju konten utama

Bagaimana Identitas Individu dan Identitas Kelompok Terbentuk?

Proses pembentukan identitas diri dan identitas kelompok melibatkan proses panjang. Berikut penjelasan terkait terbentuknya identitas diri dan kelompok.

Bagaimana Identitas Individu dan Identitas Kelompok Terbentuk?
Contoh identitas kelompok: keluarga. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Identitas, dalam ilmu sosiologi, dibedakan menjadi dua jenis, yakni identitas kelompok dan identitas individu. Identitas individu dan kelompok merupakan bagian penting dari konsep diri yang mencerminkan upaya untuk dikenali oleh orang lain.

Secara definitif, identitas kelompok adalah upaya mempertahankan dan memperkuat kelompok melalui penggunaan ciri atau karakteristik khusus. Hal itu dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti simbol, bahasa, budaya, dan sebagainya, yang mencerminkan kelompok tersebut.

Contoh identitas kelompok ialah keluarga, identitas agama, identitas suku, identitas nasional dan lainnya. Di antara itu, suku, kebangsaan, sekolah, dan lembaga, tergolong sebagai identitas kelompok yang terbentuk secara sosial.

Sementara itu, identitas individu adalah karakteristik unik seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Contoh identitas individu dapat ditemukan dalam konteks identitas pribadi, identitas kebiasaan, identitas gender, dan sebagainya.

Lantas, bagaimana identitas kelompok dan identitas individu terbentuk? Untuk mengetahuinya simak penjelasannya berikut.

Bagaimana Identitas Kelompok Terbentuk?

Tokoh pelopor teori identitas sosial, Tajfel dan Turner, dalam An Integrative Theory of Social Conflict (1979), menjelaskan bahwa identitas kelompok terbentuk secara sosial. Pembentukan identitas kelompok melalui tiga tahapan utama yakni kategorisasi sosial, identifikasi sosial, dan perbandingan sosial. Berikut ini penjelasan singkat mengenai terbentuknya identitas kelompok.

1. Kategorisasi sosial

Kategorisasi sosial merujuk pada proses memberikan label atau menggolongkan diri sendiri dan orang lain ke dalam kelompok. Penggolongan dan pelabelan ini didasarkan pada karakteristik yang dianggap memiliki kesamaan, seperti ras, etnis, agama, atau status sosial.

Tahap kategorisasi membantu individu dalam navigasi sosial dengan membedakan antara anggota kelompok (in-group) dan bukan anggota kelompok (out-group). Proses ini mempermudah persepsi sosial, menyediakan informasi yang cepat tentang orang lain, dan mengurangi ketidakpastian dalam interaksi sosial.

2. Identifikasi sosial

Identifikasi sosial mencakup tiga komponen utama, yaitu kesadaran keanggotaan (komponen kognitif), nilai-nilai yang terkait dengan keanggotaan (komponen evaluatif), dan pengalaman afektif yang terkait dengan keanggotaan grup (komponen emosional).

Identifikasi sosial mewakili kriteria psikologis internal, menunjukkan rasa memiliki terhadap kelompok, dan melibatkan nilai-nilai dan emosi yang signifikan terhadap kelompok tersebut. Proses ini mendorong individu mencapai identitas positif terhadap kelompoknya, meningkatkan harga diri sebagai anggota kelompok, dan dapat menghasilkan fenomena seperti etnosentrisme dan efek in-group favoritism.

3. Perbandingan sosial

Setelah individu mengategorikan diri dan mengidentifikasi kelompok, langkah selanjutnya ialah perbandingan sosial. Proses ini melibatkan pembandingan antara kelompok sendiri dengan kelompok lain.

Melalui perbandingan sosial, individu membentuk identitas sosial dengan menekankan perbedaan antara in-group dan out-group. Proses ini memungkinkan individu untuk mendapatkan penilaian dari posisi dan status kelompoknya, serta mengarah pada usaha untuk mencapai identitas yang positif dalam konteks sosial.

Bagaimana Identitas Individu Terbentuk?

Menurut teori identitas diri yang diuraikan oleh Marcia dan Erikson, sebagaimana dikutip oleh John W. Santrock dalam buku Adolescence: Perkembangan Remaja (2003), proses pembentukan identitas individu dimulai dengan munculnya ketertarikan atau perkembangan pemikiran tentang diri dan kehidupan pada masa dewasa.

Dalam hal tersebut, Erikson menekankan bahwa eksperimentasi dengan kepribadian dan peran merupakan hal krusial dalam pembentukan identitas diri. Ia percaya, remaja akan dihadapkan pada sejumlah pilihan dan masa moratorium alias penangguhan. Baru kemudian ia akan mencapai pemikiran diri yang stabil.

Marcia merinci faktor-faktor yang memengaruhi proses pembentukan identitas remaja. Tidak hanya itu, melainkan juga analisis sejauh mana remaja mengidentifikasi dirinya dengan orang tua, gaya pengasuhan yang dialami, dan figur modelnya.

Selain itu, faktor lainnya adalah harapan sosial yang mungkin ada dalam keluarga, tingkat keterbukaan mereka terhadap pilihan identitas yang berbeda, dan proses pembentukan kepribadian pada masa pra-adolescence—tahap perkembangan manusia setelah masa anak usia dini dan sebelum masa remaja.

Dalam pandangan Marcia, proses pembentukan identitas diri remaja melibatkan dua aspek utama: eksplorasi (krisis) dan komitmen.

Eksplorasi mencakup upaya menjelajahi berbagai alternatif identitas dan mempertimbangkan nilai-nilai yang mendasarinya. Sementara itu, komitmen melibatkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pilihan pekerjaan atau ideologi.

Dengan kata lain, remaja perlu menjalani proses eksplorasi untuk memahami berbagai pilihan. Kemudian, mereka akan membuat komitmen terhadap suatu jalan yang akan diambil dalam membangun identitasnya.

Erikson menambahkan bahwa perkembangan identitas individu melibatkan aspek psikologi dan aspek sosial, termasuk rasa kesamaan diri, kepercayaan kesamaan diri yang diakui lingkungan, dan motivasi ketidaksadaran yang memainkan peran penting.

Identitas tidak dapat berkembang tanpa mempertimbangkan aspek fisik, mental, dan kondisi sosial yang pasti. Proses identitas juga tergantung pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Secara lebih rinci, dalam prosesnya, hal itu melibatkan identifikasi dengan masa lalu, aturan dan model yang ada, serta aturan yang memungkinkan dalam masa depan.

Secara keseluruhan, pembentukan identitas diri atau identitas individu melibatkan elemen-elemen seperti eksplorasi lingkungan dan sosial, eksperimentasi dengan kepribadian dan peran, identifikasi masa lalu, serta antisipasi terhadap masa depan. Proses ini merupakan perjalanan yang kompleks di mana individu mengalami krisis identitas untuk mencapai komitmen yang mendefinisikan arah masa depan mereka.

Baca juga artikel terkait PKN atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin