tirto.id - Perilaku manja pada anak-anak bisa terjadi dalam berbagai usia. Meskipun sering terjadi pada banyak keluarga, anak manja bukanlah sesuatu yang wajar dan boleh dinormalisasi.
Oleh karena itu, orang tua sangat disarankan untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi anak yang manja dan cara mendisiplinkannya.
Faktanya, anak-anak memerlukan kemandirian dan keterampilan sosial yang baik untuk bisa hidup bermasyarakat ketika dewasa. Kemampuan tersebut cenderung sulit diperoleh oleh anak-anak yang tumbuh dengan perilaku manja.
Namun, sebelum mengetahui bagaimana cara menghadapi anak manja, ada baiknya memahami dahulu mengenai definisi anak manja. Healthy Place mendefinisikan anak manja sebagai anak-anak yang merasa seluruh dunia berpusat kepadanya.
Mereka tumbuh dengan anggapan bahwa mereka memiliki hak untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan dan kebutuhan orang lain tidak sepenting kebutuhan mereka sendiri.
Anak-anak manja percaya bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh orang lain dalam memenuhi keinginannya adalah sesuatu yang wajar dan harus dilakukan.
American Academic of Pediatrics (AAP) tegas menyebutkan bahwa perilaku manja pada anak-anak adalah "hasil dari kegagalan orang tua untuk menegakkan batasan yang konsisten dan sesuai usia." Akibatnya, anak-anak manja sering kali mengembangkan sikap egois, narsis, dan sulit mengontrol emosi.
Ciri-Ciri Anak Manja
Tidak setiap anak manja memiliki karakter yang sama. Namun menurut Parents umumnya mereka mengembangkan sikap yang kurang lebih mirip, seperti:
- Kesulitan atau tidak mau mendengar kata "tidak."
- Selalu tidak puas dengan apa yang mereka miliki.
- Bertindak egois dan berpikir dunia berputar di sekitar mereka.
- Sering mengamuk dan meledak-ledak.
- Tidak mau kalah dan selalu kesal bahkan menangis jika kalah dalam permainan.
- Mengungkapkan kata "saya butuh" atau "aku ingin" terus menerus.
Anak-anak manja umumnya memaksa orang lain untuk menuruti kemauan mereka yang mungkin terdengar sepele, namun bukan kebiasaan yang baik.
Salah satu contohnya pada keluarga yang sengaja memasak makanan terpisah untuk salah satu anaknya karena memiliki selera yang berbeda dari semua orang di rumah. Jika tidak diberikan makanan terpisah, anak akan mengancam dengan mogok makan atau tantrum.
Cara Menghadapi dan Mendisiplinkan Anak yang Manja
Perilaku manja anak-anak tumbuh karena kebiasaan yang ia terima. Bisa jadi lingkungan keluarga sangat mudah menyerah karena rengekannya atau terpaksa menuruti semua kemauan anak karena terlalu sibuk.
Hal itu wajar bagi orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sayangnya, menyerah dengan teriakan atau rengekan anak bukanlah hal yang terbaik untuk dilakukan orang tua.
Menuruti segala keinginan anak yang memaksa meningkatkan risiko anak tumbuh sebagai anak manja. Ini merupakan efek dari tanggapan orang tua atas permohonan anak-anak yang tidak ada habisnya.
"Anda sangat merugikan anak-anak Anda jika mereka pergi ke dunia berpikir itu berputar di sekitar mereka," Louis J. Lichtman penulis buku parenting berjudul A Practical Guide for Raising a Self seperti yang dikutip dari Parents.
Kabar baiknya, sikap anak-anak yang cenderung egois dan manja bisa dihadapi dan didisiplinkan dengan beberapa upaya berikut:
1. Pikirkan efek jangka panjang sebelum bertindak
Dayton Children's menyebutkan bahwa anak-anak yang manja tidak muncul dalam satu hari. Mereka dibentuk dengan kebiasaan yang mengakar dan mereka pelajari selama bertahun-tahun.
Ini bisa dipicu dari pola asuh orang tua atau faktor lingkungan. Hal tersebut menyebabkan anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda dengan anak-anak lainnya dan merasa berhak atas apapun.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dalam membangun kebiasaan anak-anak. Pastikan untuk memikirkan efek jangka panjang apabila anak menerima sebuah perilaku yang cenderung memanjakan.
2. Beri anak tanggung jawab dalam rumah tangga
Anak-anak yang sudah masuk usia sekolah atau pra sekolah sangat disarankan untuk terlibat dalam tanggung jawab rumah tangga. Namun, pastikan tanggung jawab itu dilakukan tanpa diberikan bayaran atau kompensasi.
Hal ini menyebabkan anak-anak terbiasa melakukan pekerjaan jika diberikan bayaran dan hadiah. Alih-alih diberikan hadiah, pertimbangkan menerapkan aturan hak-hak khusus, seperti anak tidak boleh meonton TV pada pukul 4 sore jika tugasnya menyiram tanaman belum diselesaikan.
3. Tetapkan aturan dan terapkan secara konsisten
Tetapkan batasan, aturan, dan konsekuensi sederhana yang jelas serta mudah dipahami anak-anak. Selain itu, pastikan aturan-aturan tersebut selalu diterapkan dengan konsisten.
Menurut Healthy Place ini dilakukan agar anak-anak memahami bahwa aturan tersebut serius. Sebagai contoh, anak-anak berperilaku manja saat rumah sedang kedatangan tamu. Jika orang tua membiarkannya, maka anak-anak akan belajar bahwa perilaku egois bisa mereka lakukan di depan tamu.
Maka dari itu, jika memungkinkan, orang tua bisa menarik diri sebentar dari tamu dan berbicara empat mata dengan anak-anak di ruangan terpisah untuk mendisiplinkannya. Jika merasa ragu, ingat peraturan utama bahwa setiap tindakan memiliki efek jangka panjang.
4. Hindari memberi label
Seburuk apapun perilaku anak, hindari memberikan mereka label 'anak manja' atau 'egois'. Hal ini hanya akan mempermalukan mereka dan memiliki efek jangka panjang yang lebih buruk.
Anak-anak yang tumbuh dengan label 'anak manja' cenderung berperilaku dan hidup sesuai dengan apa yang dilabelkan kepada mereka.
5. Beri pujian dan dukungan bukan hadiah
Amy McCready, penulis sekaligus edukator parenting mengungkapkan bahwa orang tua tidak harus memberikan hadiah setiap pencapaian kecil anak.
"Anak yang menerima kompensasi untuk setiap pencapaian kecil akan mulai kehilangan dorongan alami mereka untuk unggul dalam berbagai hal," kata McCready seperti yang dikutip dari Parents.
Menurutnya, daripada hadiah anak-anak lebih baik menerima pujian dan dukungan. Sebagai contoh, anak-anak kesulitan mengerjakan PR alih-alih memberi tahu jawabannya, dukung anak-anak menemukan cara untuk menyelesaikan tugasnya itu.
Selanjutnya, puji anak-anak berapapun hasil PR yang ia terima atas usaha mereka, bukan nilai yang mereka dapat.
6. Ajarkan berterima kasih, minta maaf, dan minta tolong
"Terima kasih", "maaf", dan "tolong" adalah kata dasar yang wajar disampaikan pada interaksi sosial.
Namun, tidak sedikit anak-anak manja yang lupa dengan kata-kata itu, karena menganggap semua hal yang mereka dapat adalah wajar dan sudah seharusnya.
Oleh karena itu, ketiga kata ini sebaiknya diajarkan kepada anak-anak sejak dini untuk menegaskan kepada mereka bahwa setiap orang berhak dihormati.
Orang tua bisa mengajarkan terima kasih, maaf, dan tolong dengan menerapkannya di setiap kesempatan, seperti saat berinteraksi dengan penjual, pramusaji, petugas pengantar paket, tetangga, dan sebagainya.
Editor: Yantina Debora