tirto.id - Forbes dan Statista merilis daftar perusahaan terbaik di dunia 2018. Ada 500 perusahaan yang masuk dalam jajaran terbaik untuk karyawannya atau The World Best Employers 2018, enam di antaranya perusahaan asal Indonesia. Empat perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan sisanya adalah perusahaan swasta, perbankan mendominasi.
Empat dari enam perusahaan dalam daftar, adalah perbankan. Sisanya masing-masing perusahaan telekomunikasi dan industri rokok. Daftar perusahaan terbaik dunia 2018 ini didapat dari hasil analisis sekitar 430 ribu rekomendasi global terhadap berbagai perusahaan sebagai pemberi kerja.
Rekomendasi ini dikumpulkan dengan menggunakan metode survei berbasis regional dan juga global. Dalam evaluasi daftar perusahaan terbaik ini, Forbes dan Statista meminta para karyawan untuk menilai perusahaan tempat mereka bekerja sebagai persepsi internal. Selain itu, para karyawan juga diminta untuk merekomendasikan perusahaan lain di industri serupa sebagai bentuk persepsi publik.
“Sehingga, 500 perusahaan yang menerima skor total tertinggi diberikan gelar perusahaan terbaik dunia,” tulis Statista dalam penjelasan mengenai metodologi survei yang dilakukan untuk menyusun daftar ini.
Forbes dalam penjelasannya menuturkan penilaian dilakukan terhadap perusahaan publik atau yang telah melantai di bursa saham dari 60 negara. Kompilasi data ini berasal dari sistem FactSet untuk menyaring perusahaan yang telah IPO terbesar dalam empat metrik kategori penilaian. Pertama, penjualan. Kedua, laba yang berhasil diperoleh. Ketiga, aset perusahaan dan keempat adalah nilai pasar.
Masing-masing dari metrik penilaian tersebut memiliki nilai cut off minimum agar perusahaan dapat memenuhi syarat. Untuk penjualan, nilai minimum 4,47 miliar dolar AS. Laba nilai minimum sebesar 333,3 juta dolar AS, aset senilai 10,72 miliar dolar AS dan nilai pasar sebesar 6,55 miliar dolar AS. “Perusahaan harus memenuhi setidaknya satu dari empat metrik tersebut agar masuk dalam daftar Forbes Global 2000,” sebut Forbes.
Secara kolektif, nilai penjualan perusahaan dalam daftar tahunan Forbes Global 2000 ke-16 ini mencapai 39,1 triliun dolar AS. Total laba menyentuh angka 3,2 juta dolar AS secara gabungan. Untuk nilai aset kolektif sebesar 189 triliun dolar AS, dengan nilai pasar 56,8 triliun dolar AS. Seluruh capaian kinerja tersebut tercatat naik dua kali lipat dari tahun ke tahun. Perusahaan terbaik dunia itu secara kolektif mencatatkan kenaikan laba yang mengesankan, sebesar 28 persen.
Perhitungan nilai pasar didasarkan pada capaian per 11 Mei 2018. Di mana, harga penutupan pasar termasuk seluruh saham biasa yang beredar. Seluruh angka tersebut dikonsolidasikan dan dikonversi ke dalam dolar AS. “Kami menggunakan data keuangan tahunan terbaru yang tersedia. Penilaian sangat bergantung pada database untuk seluruh data serta laporan keuangan periode terbaru yang tersedia,” tulis Forbes dalam penjelasan mengenai metodologi yang digunakan.
Masa Gemilang Perbankan
Tahun ini, ada 3.480 perusahaan yang dinilai oleh Forbes dan juga Statista untuk masuk mengisi empat kriteria metrik Global 2000. Setiap perusahaan menerima skor terpisah untuk setiap metrik. Jika peringkat perusahaan berada di bawah ambang batas minimum cut off, maka Forbes menyematkan skor nol. Akumulasi skor dari empat metrik yaitu laba, aset, penjualan dan nilai pasar, akan dilakukan dalam penyusunan daftar.
“Perusahaan yang mendapat skor komposit tertinggi akan mendapat peringkat tertinggi dalam daftar Forbes Global 2000,” jelas Forbes.
Penilaian murni dilakukan terhadap sebuah entitas perusahaan tanpa mengkonsolidasikan capaian anak perusahaan. Indonesia diwakili oleh enam perusahaan dalam daftar ini. Urutan tertinggi yang diraih oleh perusahaan Indonesia adalah peringkat 11 yang ditempati oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten BMRI ini memiliki kapitalisasi pasar senilai 24,1 miliar dolar AS dengan jumlah pendapatan sebesar 8,1 miliar dolar AS. Total aset perusahaan yang memiliki karyawan sebanyak 38.307 orang ini mencapai Rp975,81 triliun per Mei 2018. Laba tahun berjalan yang berhasil dikumpulkan BMRI per Mei 2018 sebesar Rp11,8 triliun.
“Kami percaya pegawai yang happy, capable, engage dan produktif adalah kunci keberhasilan manajemen dalam jangka panjang. Kami terus melakukan perbaikan dari sisi budaya kerja, performance management system, hubungan industrial dan peningkatan kesempatan belajar dan berkarier pegawai untuk mendukung strategi tersebut,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo kepada Tirto.
Peringkat Bank Mandiri dalam daftar Forbes Global 2000: World’s Best Employers melonjak signifikan sampai ke-71 peringkat dibanding posisi 2017 di urutan ke-82. Perusahaan asal Indonesia lainnya yang masuk dalam daftar adalah PT Bank Central Asia Tbk yang berada di urutan ke-32. Namun, peringkat bank yang tercatat di papan bursa dengan kode BBCA ini hanya naik 8 peringkat dari posisi tahun lalu di urutan ke-40.
Kenaikan yang signifikan diraih oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 115 peringkat. Tahun lalu, bank yang dipimpin oleh Suprajarto ini hanya menempati urutan ke-341. Namun tahun ini berada di urutan ke-186 dalam daftar Forbes Global 2000: World’s Best Employers 2018.
“Kami menilai human capital adalah hal yang fundamental karena berperan sangat penting dalam keberlangsungan usaha. Oleh karena itu BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan kepuasan, keterikatan dan produktivitas karyawan sehingga BRI bisa menjadi ‘Home to The Best Talent’ pada 2022 nanti,” kata Suprajarto kepada Tirto.
Sedangkan bank BUMN lain yang juga berhasil masuk dalam daftar perusahaan terbaik 2018 versi Forbes adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk. Bank yang memiliki kode emiten BBNI ini naik 54 peringkat dari posisi 211 tahun lalu menjadi 157 di tahun ini.
Dua perusahaan Indonesia lain yang berhasil masuk dalam daftar adalah PT Telkom Indonesia Tbk dan juga PT Gudang Garam Tbk. Kedua perusahaan masing-masing berada pada urutan 112 dan 109 dalam daftar perusahaan terbaik dunia. Masing-masing perusahaan mengalami penurunan peringkat yang signifikan. Sebabnya tahun lalu Telkom berada di urutan ke-44, sedangkan Gudang Garam berada di peringkat ke-64. Kedua perusahaan tersebut terlempar masing-masing 68 dan 45 peringkat sebagai perusahaan terbaik di dunia.
Pengamat pemasaran dari Inventure Yuswohadi mengatakan daftar yang dibuat Forbes merupakan salah satu gambaran tingkat kepuasan karyawan masing-masing perusahaan. Melonjaknya tingkat kepuasan karyawan perbankan Indonesia dalam daftar, mencerminkan tingginya tingkat kepuasan karyawan atau employee value proposition (EVP) masing-masing perusahaan. Di mana dalam EVP tersebut ada tiga faktor yang memengaruhi.
Pertama, besaran penghasilan dan juga benefit yang diperoleh karyawan dari perusahaan. Kedua, adalah jenjang karier dan tingkat keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi karyawan. Terakhir yaitu meaningfull, di mana perusahaan memiliki arti yang besar bagi karyawannya.
“Nah, suatu perusahaan dipandang bagus atau tidak oleh karyawan ditentukan oleh EVP tersebut. Apa saja yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, dan ini merupakan persepsi karyawan,” jelas Yuswohadi.
Selain itu, kata Yuswohadi, dalam penilaian ini karyawan pun turut ditanya apakah merekomendasikan perusahaannya atau tidak. Jika karyawan merekomendasikan, tentu karena perusahaan memberikan kompensasi yang baik kepada karyawannya. Survei yang dilakukan Forbes dan Statista ini menurut Yuswohadi menggambarkan karyawan perbankan di Indonesia tidak memiliki kecemasan terhadap pekerjaan yang akan tergusur oleh kehadiran fintech yang kian berkembang.
“Perbankan bisa berada di posisi tinggi dan mengalami peningkatan posisi juga karena karyawan perbankan tidak merasa terancam dengan kehadiran fintech. Hadirnya fintech dan disrupsi digital tidak membuat karyawan bank merasa terancam dengan karier dan masa depannya,” ucapnya.
Kemajuan teknologi membuat bank harus bekerja keras untuk memperbarui sistem dan teknologi. Itu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas operasional perbankan dan juga meningkatkan tingkat pengalaman pelanggan.
Bank Governance Leadership Network (BGLN) dalam jurnal publikasinya berjudul The Future of Talent in Banking: Workforce Evolution in the Digital Era menuliskan pentingnya peningkatan teknologi di industri perbankan saat ini.
“Perbankan membutuhkan pemimpin yang memahami jenis-jenis transformasi yang mungkin dan dapat dilakukan secara efektif. Kemunculan aplikasi teknologi khususnya kecerdasan buatan atau artificial inteligence, turut mengubah kebutuhan tenaga kerja. Mempertahankan sumber daya manusia yang bertalenta menjadi penting untuk terus bersaing dan berinovasi di industri perbankan,” tulis BGLN (PDF).
Editor: Suhendra