Menuju konten utama

Bagaimana Anak Muda Bisa Terinfeksi Corona COVID-19 Tanpa Gejala?

Anak usia muda bisa saja terinfeksi corona COVID-19 dengan gejala yang minim atau bahkan tidak sama sekali, dan berpotensi menyebarkan ke orang lain.

Bagaimana Anak Muda Bisa Terinfeksi Corona COVID-19 Tanpa Gejala?
Penumpang duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang di rangkaian gerbong kereta MRT, Jakarta, Jumat (20/3/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id - Virus Corona jenis baru yang disebut COVID-19 kini tengah menjadi pandemi global dan menyebar setidaknya ke 177 negara di seluruh dunia.

COVID-19 adalah penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan manusia, dan dapat menyerang siapapun dalam segala jenis usia.

Jika seseorang diduga terinfeksi COVID-19, maka akan mengalami gejala klinis seperti batuk, bersin, demam, dan kesulitan bernapas yang muncul setelah 2 hari, atau selama 14 hari setelah terpapar virus.

Laman Centers for Diseases Control and Prevention menuliskan, gejala-gejala ini dapat muncul 2-14 hari setelah paparan (berdasarkan periode inkubasi virus MERS-CoV). Namun, pada beberapa kasus, orang yang terinfeksi COVID-19 bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Terinfeksi namun tak bergejala

Dilansir dari laman World Economic Forum, sebanyak 6 dari 10 orang yang terinfeksi coronavirus mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit ini, menurut sejumlah makalah yang mempelajari wabah tersebut.

Implikasi dari penelitian ini sangat mencolok, sehingga para ilmuwan menyerukan langkah-langkah mendesak - dari menutup semua sekolah untuk melarang pertemuan publik - untuk menghentikan kasus-kasus ringan tanpa gejala.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa ada sekitar 37.400 orang dengan virus di Wuhan yang tidak diketahui pihak berwenang, dan yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali dan bisa menularkan virus tersebut.

Wu Tangchun, seorang ahli kesehatan masyarakat di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan, yang memimpin penelitian ini mengatakan, "Menurut perkiraan kami, setidaknya sebanyak 59% dari individu yang terinfeksi, berkeliaran seperti biasa tanpa dites dan berpotensi menginfeksi orang lain. Ini mungkin menjadi alasan mengapa virus menyebar begitu cepat di Hubei dan sekarang beredar di seluruh dunia. ”

Penelitian itu didasarkan pada data terakhir yang dikumpulkan dari 26.000 kasus terkonfirmasi dari laboratorium yang dilaporkan kepada komisi kesehatan Wuhan.

Ini artinya, orang tanpa gejala pun bisa menjadi carrier yang membawa virus itu dan berpotensi menyebarkan ke orang lain.

Anak muda dengan imun bagus tak menunjukkan gejala namun bisa menularkan

Juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyatakan bahwa, tak hanya kelompok usia lanjut maupun mereka yang memiliki penyakit penyerta saja yang berpotensi terjangkit, kelompok usia muda dengan imunitas yang bagus pun juga rawan tertular, bahkan gejalanya sangat minim.

"Data yang kita miliki dan data secara global, memang pada kelompok usia muda memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, namun harus dipastikan bahwa bukan berarti kelompok muda ini bisa terkena, bisa terkena dan tanpa gejala, kata Yuri sebagaimana dilansir dari laman Kemenkes RI.

Tanpa gejala inilah yang menjadi salah satu faktor penyebaran yang semakin cepat. Pasalnya yang bersangkutan tidak menyadari telah terjangkit COVID-19 dan tidak melakukan isolasi mandiri dirumah.

"Terutama pada kelompok umur yang masih muda sering kali karena kondisi fisiknya, kondisi imunitasnya jauh lebih baik maka tidak memperhatikan menjaga jarak sehingga dia membawa virus ini tanpa gejala dan kemudian menularkan kepada keluarganya dan kita tahu di antara keluarga kita mungkin ada yang rentan," kata Yuri.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics dengan mengamati lebih dari 2.100 anak yang terinfeksi COVID-19 di Cina, melaporkan bahwa sebanyak 90% anak-anak memiliki infeksi tanpa gejala, ringan, atau sedang. Hanya 5,9% memiliki kasus parah atau kritis, dibandingkan dengan hingga 20% pada orang dewasa.

Sementara itu, data dari Italia yang dipublikasi di laman JAMA Network, menunjukkan bahwa dari 22.500 infeksi COVID-19 pertama di sana, hanya 1,2% kasus terjadi pada anak-anak berusia 18 tahun ke bawah, dan sekitar seperempat dilaporkan pada orang berusia 19 hingga 50 tahun.

Social-distancing untuk putus mata rantai penyebaran

Jubir Yuri mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama, berkomitmen penuh melaksanakan imbauan pemerintah untuk mengurangi aktivitas diluar rumah.

''Oleh karena itu patuhi benar imbauan dari pemerintah untuk lebih banyak dirumah dan semaksimal mungkin tidak keluar rumah, ini yang menjadi penting untuk melakukan pencegahan,'' ujarnya.

Yurianto mengharapkan kelompok orang muda lebih memperhatikan dan konsisten melakukan jaga jarak aman (social distancing) antarorang karena mereka berpotensi membawa virus tanpa menunjukkan gejala terinfeksi virus sehingga akan rawan menularkan kepada orang lain.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH