Aqwam Fiazmi Hanifan

Jika aparat keamanan Rusia lengah, Piala Dunia 2018 bisa menjadi sasaran empuk teror dari ISIS.

Melihat bagaimana Akira Nishino mengambilalih kursi kepelatihan Jepang hanya dua bulan jelang Piala Dunia.

Sejak Piala Dunia 1994, Meksiko selalu lolos fase grup namun hanya berhenti sampai di situ saja.

FIFA bisa saja memberlakukan teknologi garis gawang dan virtual wasit sejak dulu kala. Sejarah sepakbola pun bisa berubah total.

Jika Portugal mengandalkan Cristiano Ronaldo, maka jimat tim Denmark berada di kaki Christian Eriksen

Apa yang bisa diharapkan dari tim yang pemainnya tak pernah mencicipi kompetisi Eropa dan lebih banyak bertanding dengan teman sendiri?

Terlalu bergantung pada individu, kebuntuan taktik menghadapi lawan yang bertahan, kekosongan di lini tengah, menjadi kombinasi penyebab Argentina, Jerman, Brasil dan Perancis ringkih di laga perdana.

Dengan mengalahkan Tunisia, Inggris bisa membalas dendam yang dilakukan Maradona dan Ali Bennaceur saat Piala Dunia 1986.

Belasan pemain Maroko dan Iran lahir dan besar di luar negeri, namun memutuskan memperkuat tanah air leluhurnya/

Portugal kemungkinan besar masih akan memakai taktik bertahan seperti saat mereka menjuarai Piala Eropa 2016 lalu.

Dengan komposisi pemain muda dan berpengalaman yang klop sejak dua tahun terakhir, kans Spanyol menjadi juara kembali terbuka.

Rusia dan Arab Saudi sama-sama membuka diri kepada reformasi di bidang sepakbola. Mereka mencoba tidak sekaku komunis atau wahabi di masa silam.

Selain badai cedera di lini belakang, Rusia menghadapi problem laten: para pemainnya terlalu nyaman hanya bermain di liga lokal saja.

Pemerintah perlu bertindak bijak dalam mengatasi para simpatisan ISIS yang kembali dari Suriah ke Indonesia.

Berbeda dari returnis, para deportan masih menyimpan ilusi dan semangat ideologi teror Daulah.

Sebelum menyesal, alangkah baiknya pikir-pikir lagi bila Anda mendukung ISIS.

Toni Kroos dan Luca Modric mempunyai peran penting dalam kemenangan Madrid di Ukraina

Liga Champions menjadi turnamen dengan putaran uang terbesar di dunia, melebihi Piala Dunia sekali pun.

Dengan meraih gelar juara Liga Champions tiga kali berturut-turut, sempurnalah Zidane membungkam cibiran ia hanya "pelatih hore-hore".

Lini tengah Liverpool kali ini tak sekuat lini tengah mereka musim 2008, namun Klopp punya solusi jitu.