Menuju konten utama
Piala Dunia 2018

Mengapa Timnas Rusia Hanya Akan Mentok di Babak 16 Besar?

Selain badai cedera di lini belakang, Rusia menghadapi problem laten: para pemainnya terlalu nyaman hanya bermain di liga lokal saja.

Mengapa Timnas Rusia Hanya Akan Mentok di Babak 16 Besar?
Pemain Timnas Rusia, Aleksandr Kerzhakov merayakan gol dalam pertandingan Piala Dunia FIFA 2014 Grup H antara Rusia dan Korea Selatan. FOTO/Getty Images

tirto.id - Dalam ranking FIFA terbaru yang rilis akhir Mei lalu, dari 32 peserta Piala Dunia 2018, posisi Rusia ada di urutan kedua paling buncit di bawah Arab Saudi. Rusia ada di ranking 66, sedangkan Arab Saudi lebih buruk satu strip yaitu berada di urutan 67.

Berdasarkan hipotesis Saumik Paul dan Ronita Mitra (2008) dalam artikel berjudul “How Predictable are the FIFA Worldcup Football Outcomes? An Empirical Analysis”, yang menyebutkan tim dengan ranking FIFA lebih tinggi punya tren untuk menang, maka tuan rumah Rusia terancam tidak akan berbuat banyak.

Mungkin bisa lebih baik dari tuan rumah Piala Dunia 2010, Afrika Selatan, yang bahkan gagal lolos fase grup, namun rasa-rasanya Rusia jauh dari kemungkinan lolos hingga perempatfinal, semifinal, apalagi juara. Rusia diprediksi akan jauh lebih buruk dari tuan rumah Piala Dunia 2006 atau 2014, Brasil dan Jerman, yang sanggup menembus babak semifinal.

Pelatih Stanislav Cherchesov mulai memimpin timnas Rusia setelah tim tersebut gagal pada Euro 2016. Rusia yang kala itu dipimpin Leonid Slutsky secara tragis menempati urutan paling bawah di fase grup.

Cherchesov yang baru saja membawa Legia Warsawa meraih dua gelar di kompetisi domestik Polandia langsung membangun tim ini kembali dari nol. Jurnalis Rusia, Gosha Chernov dalam kolomnya di The Guardian menyebut hal pertama yang dilakukan Cherchesov di timnas Rusia adalah membenahi lini belakang.

Ia mulai beralih mengganti komposisi lini belakang dari back-four menjadi back-three. Ia menyebut pemakaian tiga bek itu didasari oleh perkembangan zaman.

"Kami belum pernah mencapai apa pun dengan empat bek di belakang," kata Cherchesov ketika menjelaskan keputusannya itu pada 2016 lalu. “Selain itu, hampir setengah tim Liga Utama Rusia bermain dengan tiga pemain bertahan. Jadi kami ingin fleksibel."

Klub yang sering nangkring di papan atas Liga Rusia macam CSKA Moskow, Lokomotiv Moskow, Spartak Moskow, FC Rostov, Rubin Kazan, FC Krasnodar memang terbiasa memakai tiga bek dengan formasi 5-3-2 atau 3-5-2. Hampir mayoritas pemain timnas Rusia memang bermain di liga domestik dalam negeri. Itu menjadi alasan kenapa Cherchesov memakai sistem yang akrab dengan para pemain.

Sejak didapuk melatih Rusia per 11 Agustus 2016 lalu, Cherchesov sudah melakoni 24 laga. Rinciannya 21 laga persahabatan dan tiga pertandingan di Piala Konfederasi. Dari 24 laga itu, 19 di antaranya dilakukan dengan skema tiga bek. Hasilnya, setidaknya secara statistik, terhitung buruk. Rusia hanya bisa menang 4 kali, seri 6 kali dan kalah 9 kali.

Prestasi tertinggi Cherchesov hanya mampu menahan imbang Belgia dan Spanyol dengan skor 3-3. Setelah itu, timnya tak berdaya saat melawan Brazil, Argentina atau Prancis.

Sadar taktiknya tak berhasil, pada dua ujicoba terakhir Cherchesov mulai mengubah skema. Ia pun mulai meninggalkan 5-3-2 dan memilih 4-2-3-1. Namun, lagi-lagi, perubahan formasi ini tak menghasilkan perubahan signifikan. Rusia ditekuk Austria 1-0 dan hanya imbang 1-1 melawan Turki.

Badai Cedera yang Melanda Timnas Rusia

Perhatian terbesar Rusia tercurah kepada lini pertahanan. Hingga laga uji tanding terakhir, masih belum jelas siapa siapa yang akan diberi tugas untuk menghentikan orang-orang seperti Luis Suarez dan Edinson Cavani dari Uruguay atau Mohammed Salah dari Mesir di Grup A nanti.

Gosha Chernov dalam kolomnya di The Guardian itu sangat menyoroti lini pertahanan Rusia. Pensiunnya tiga pemain veteran yaitu si kembar Vasili dan Alexey Berezutsky serta Sergey Ignashevich pada 2016 lalu membuat Cherchesov seringkali bongkar pasang di posisi bek tengah. Sepanjang dua tahun terakhir, setidaknya sudah ada belasan bek tengah yang dipanggil mengisi pos itu.

Pada akhirnya, pelatih yang dulunya mantan kiper timnas Rusia ini memilih menggunakan bek muda yang tak berpengalaman seperti Fyodor Kudryashov, Ilya Kutepov, atau Georgy Dzhikiya.

Harapan tinggi sebetulnya dibebankan pada bek tengah berusia 24 tahun Georgi Dzhikiya. Namun bencana kembali datang: Dzhikiya mengalami cedera ligamen lutut di pertengahan musim kompetisi. Alhasil sejak Mei lalu, Cherchesov kembali memanggil bek veteran berusia 38 tahun, Sergei Ignashevich, dan Vladimir Granat yang berusia 31 tahun.

Setelah Dzhikiya cedera, Cherchesov sebetulnya ingin memasang trio bek tengah Granat - Kudryashov - Ruslan Kombolov di Piala Dunia nanti. Ketiga bek ini memang sama-sama bermain di Rubin Kazan. Cherchesov ingin meniru kesuksesan Italia yang mengadopsi trio lini belakang Juventus yaitu Leonardo Bonucci, Andrea Barzagli dan Giorgio Chielini ke dalam skema timnas. Namun petaka datang pada awal Mei, saat Kombolov pun ikut-ikutan menderita cedera parah pada laga terakhir Rubin Kazan di kompetisi domestik.

Cedera memang momok menakutkan bagi Rusia. Selain Dzhikiya, pemain kunci lain yang mesti absen pada Piala Dunia nanti adalah penyerang Alexander Kokorin. Pada paruh musim pertama bersama Zenit St Petersburg, Kokorin mampu mencetak 19 gol. Namun pada Maret lalu, ia mesti naik meja operasi karena cedera ligamen lutut kiri.

Tugas untuk menggantikan Kokorin dibebankan pada penyerang FC Krasnodar, Fyodor Smolov. Musim ini ia cukup produktif sebagai penyerang lokal yang terbanyak mencetak gol di Liga Rusia. Ia mencetak 14 gol dan 6 assist. Pada beberapa laga ujicoba, Cheryshev sering menduetkan Kokorin dan Smolov.

Absennya Kokorin membuat Rusia berkemungkinan akan memakai skema satu penyerang murni dan satu penyerang lubang. Sejak Maret lalu, Cheryshev memang sudah mencoba gelandang serang Aleksei Miranchuk memainkan peran false-nine saat menghadapi Brazil dan Argentina. Ia akan bermain di belakang Smolov.

Naiknya Aleksei Miranchuk ke lini serang disebabkan kelemahan Rusia di sektor gelandang. Masih mengandalkan kolom Ghosa Chernov di The Guardian, dengan memang lima gelandang mestinya Rusia memiliki gelandang bertahan yang kuat. Kenyataannya tidak. Di Piala Dunia nanti, Cheryshev hanya memanggil satu gelandang bertahan murni yakni pemain Lokomotiv Moskow Denis Glushakov.

Pada skema gelandang, dari tiga gelandang yang dipakai, semuanya cenderung bertipikal gelandang box-to-box. Ada empat pemain cukup bagus di posisi ini di antaranya Alexander Golovin, Roman Zobnin, Daler Kuzyaev dan pemain terbaik mereka di lini tengah: Alan Dzagoev.

Terlalu Nyaman Bermain di Kompetisi Domestik

Tak hanya soal cedera, minimnya pengalaman menjadi hal pelik lain bagi tim berjuluk Beruang Merah ini. Mayoritas pemain timnas Rusia tak pernah mencicipi atmosfer kompetisi di luar Rusia. Dari 23 pemain yang didaftarkan, hanya dua pemain yang memperkuat klub di luar Rusia yaitu kiper cadangan Vladimir Gabulov yang membela Club Brugge (Belgia) dan Denis Cheryshev yang bermain untuk Villarreal di La Liga Spanyol.

Kondisi ini membuat Rusia hanya kalah dari Inggris dalam soal jumlah pemain yang berkiprah di liga domestik. Jika 21 pemain Rusia bermain di liga lokal, Inggris malah seluruh pemainnya hanya bermain di Liga Premier Inggris. Yang membedakan Rusia dan Inggris adalah soal persaingan. Inggris begitu terbuka terhadap pemain asing.

Tommy O'Callaghan dalam artikelnya di Rusia Beyond The Headline (RBTH) menyebut para pemain Rusia terlalu nyaman bermain di negeri sendiri. Hasil riset CIES Football Observatory pada Februari 2016 lalu menemukan persentase pemain asing di Inggris mencapai 66,4 persen, sedangkan Rusia hanya 43 persen. Dibandingkan liga top eropa lainnya, Rusia memang ada di urutan paling bawah.

Kebijakan mengurangi pemain asing dilakukan setelah mereka gagal pada Piala Dunia 2014 lalu. Penggagasnya adalah Presiden Vladimir Putin. Dalam konferensi pers di televisi ia menyebut alasan kegagalan timnas Rusia.

"Ketika saya berbicara dengan para ahli mereka mengatakan kepada saya ada terlalu banyak pemain asing," katanya.

Infografik Timnas Rusia

Pada musim 2015/2016, jumlah pemain asing di Liga Premier Rusia dibatasi jadi tinggal enam orang per tim. Pilihan ini malah menjadi bumerang.

"Gaji di Liga Rusia sangat tinggi, sering sebanyak $ 4 juta per tahun," kata Ilya Zubko, seorang editor olahraga di Rossiyskaya Gazeta. "Tapi karena batasan pemain asing, persaingan di antara mereka menjadi tidak begitu ketat."

Guyuran uang berlimpah membuat pemain macam Igor Denisov dan Artyom Dzyuba terjebak dalam zona nyaman dan lebih memilih bermain di rumah sendiri.

Ilya mengatakan, sudah sangat sedikit pemain Rusia yang berangan-angan tampil di Liga Inggris, Jerman atau Italia.

“Mereka tahu tidak akan didekati oleh klub-klub besar Inggris, Jerman atau Italia. Mereka tidak melihat ada manfaatnya jika hanya direkrut klub-klub menengah kompetisi elit itu karena gaji yang didapat tentu akan lebih rendah. Di sisi lain (jika merantau) mereka juga harus bekerja jauh lebih keras untuk mendapatkan posisi inti di tim," kata Ilya.

Wajar saja jika pemain-pemain macam Igor Akinfeev, Alan Dzagoev, dan Aleksandr Kokorin, yang sempat diincar Manchester United, Everton, dan Arsenal, lebih memilih berkarier di rumahnya sendiri sembari melihat saldo bank mereka tetap melambung tinggi.

"Dengan hanya beberapa pertandingan di kompetisi Eropa (Liga Champions dan Liga Eropa) yang mereka lakoni di musim ini, para bintang Rusia ini sekarang akhirnya menyadari bahwa pengalaman mereka melakoni pertandingan besar amatlah minim," tulis Tommy di RBTH.

Sejauh Mana Langkah Rusia?

Rusia boleh saja merasa beruntung berada di grup A bersama Arab Saudi, Uruguay dan Mesir. Para pendukung Rusia mungkin berpikir bahwa setidaknya mereka akan mampu lolos babak fase grup. Setidaknya mereka yakin bisa menekuk Arab Saudi di laga pembukaan.

Laga berikutnya melawan Mesir menjadi lebih berat. Sejak Desember lalu, Mohamed Salah menjadi salah satu penyerang paling berbahaya di dunia. Penampilan Salah yang mampu menyumbang 42 gol bagi Liverpool membuat Rusia cemas, apalagi lini belakang mereka benar-benar kepayahan.

Cedera yang dialami Salah di final Liga Champions menjadi berkah tersendiri bagi Rusia. Kendati Salah tetap dibawa ke Rusia, tuan rumah bolehlah berharap jika pemain Liverpool itu belum mampu tampil maksimal. Dengan Salah yang belum optimal, apalagi jika tanpa Salah, Rusia bisa berharap meraih tiga poin asal menggunakan pendekatan yang tepat.

Jika meraih dua kemenangan, laga terakhir di babak grup melawan Uruguay hanya relevan untuk penentuan peringkat grup saja. Namun menjadi juara grup atau runner-up, situasinya bisa sama saja bagi Rusia. Di babak perdelapanfinal, mereka kemungkinan besar akan bertemu dengan salah satu dari Portugal atau Spanyol yang mewakili grup B.

Di titik inilah Rusia kemungkinan akan terhenti.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan