tirto.id - Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas mengkritik soal penugasan impor tahun ini yang dinilai berlebihan. Sebab, impor 2023 ini ada sebanyak 3,3 juta ton dan stok beras ini akan mengalami kelebihan sebesar 2,65 juta ton beras. Maka, stok awal 2024 mendatang akan mencapai 6,71 juta ton.
"Impor 2023 3,3 juta ton, sehingga tahun ini ada kelebihan stok 2,65 juta ton beras. Sehingga stok awal 2024 akan mencapai 6,71 juta ton beras dan stok rasio use nya 22,4 persen. Tahun kemarin kenapa kita bermasalah? karena stok to use rasionya hanya 13 persen," kata Andreas di Kantor Ombudsman, Jakarta, Senin (17/11/2023).
Menurut Andreas, cadangan stok awal stok awal 2023 hanya 4 juta ton. Namun, stok beras di 2024 sudah melebihi 20 persen dan tidak ada sama sekali, dan hal tersebut dinilai sudah aman dengan posisi saat ini.
"Karena apa? cadangan stok awal tahun 2023 hanya 4 juta ton. Tapi stok di 2024 sudah melebihi 20 persen dan tidak ada sama sekali, aman dengan posisi saat ini. Produksi di 2024 perkiraan saya akan naik sekitar 3 sampai 5 persen atau sekitar 2 juta lah rata-rata," ujar Andreas.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti bahwa stok pemerintah sudah naik 2 juta ton tetapi pemerintah malah menetapkan impor sebanyak 2 juta ton. Meski demikian, Andreas mengakui langkah tersebut mampu menurunkan harga beras di konsumen.
"Sudah naik 2 juta, pemerintah menetapkan impor 2 juta nah ini opo kabeh? Sudah naik 2 juta ton diputuskan impor 2 juta ton apa maksudnya ini? Saya pastikan harga beras di konsumen akan turun dan pemerintah senang. Di masa pemilu harga beras turun," ucap Andreas.
Disisi lain, ia juga melihat nasib petani yang dinilai tidak dianggap dalam pemilu 2024. Padahal, petani mempunyai andil dalam memproduksi beras. Andreas mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam hal ini.
"Tapi yang sangat celaka sedulur tani kita, apakah sedulur tani kita dianggap bukan pemilih. Ini yang harus hati-hati pemerintah. Apakah petani tidak dianggap di pemilu 2024? jadi itu yang menjadi masalah besar," jelas Andreas.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang