tirto.id - Pergelaran Asian Games 2018 tinggal hitungan hari. Sayangnya, sejauh ini persiapannya belum sepenuhnya optimal. Salah satunya soal jarak dari Wisma Atlet ke beberapa venue yang mencapai puluhan kilometer. Jarak ini tidak bisa ditempuh dalam waktu 30 menit sesuai aturan Dewan Olimpiade Asia. Keterbatasan lahan yang dimiliki negara menjadi alasan Wisma Atlet dibangun begitu jauh.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyebut, terdapat tiga venue cabang olahraga yang tidak bisa ditempuh dalam waktu 34 menit dari Wisma Atlet, Kemayoran seperti yang ditargetkan pemerintah pusat. Ketiga venue itu, yakni: cabang olahraga golf di Pondok Indah, pencak silat di Cibubur dan Padepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah.
Penyebabnya, kata Anies, adalah jarak ketiga venue tersebut dari Wisma Atlet yang memang cukup jauh. Dari simulasi yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, antara Wisma Atlet di Kemayoran ke Pondok Indah sejauh 42 km, ke TMII sejauh 29 km, dan ke Cibubur sejauh 35 km.
“Dengan kecepatan yang aman tidak mungkin bisa dijangkau dalam waktu seperti itu,” kata Anies, di JIEP Pulogadung, Senin (9/7/2018).
Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Indonesia Asian Games Organizing Committee (Inasgoc), Eris Heryanto mengatakan, sejak tiga tahun lalu pihak Inasgoc, pemerintah, dan seluruh operator sudah memperhitungkan pembangunan Wisma Atlet dengan matang agar memenuhi jarak tempuh 30 menit ke venue.
Menurut Eris, pemilihan Kemayoran sebagai lokasi pembangunan Wisma Atlet sudah tidak bisa ditawar lagi. Alasannya, kata dia, sudah tidak ada tempat lain di Jakarta yang cukup luas untuk membangun tempat penginapan yang dapat menampung 15.000 orang dengan jumlah 10 menara, selain di Kemayoran.
“Kami enggak ada lagi di Jakarta. Di tempat lain sudah enggak ada lagi. Kamu menanyakan sesuatu yang kejadian 3 tahun lalu. Saya enggak mau mendiskusikan ke mana ini, ke mana itu. Sekarang availability-nya di situ. Pemerintah bisa menyiapkan di situ. Di mana coba [misalnya] pemerintah provinsi bisa menyiapkan 15 ribu orang satu tempat?” kata Eris kepada Tirto, Selasa (10/7/2018).
Eris yakin, baik pemda atau Pemprov DKI Jakarta tidak bisa menyediakan lokasi yang cocok untuk pembangunan Wisma Atlet. Menurut dia, Inasgoc hanya bisa membangun yang sudah dipunyai oleh mereka. Eris mengharapkan, jarak Wisma Atlet ke lokasi sudah tidak menjadi masalah yang perlu diperbincangkan.
“Enggak usah dimasalahin. Capek kita. Kami banyak yang perlu dikerjakan,” kata Eris berdalih.
Soal keterlambatan atlet ke lokasi-lokasi pertandingan tertentu dari yang disarankan OCA, Eris menegaskan, baik Ditlantas Polri maupun Inasgoc sedang mengusahakan hal tersebut. Sebelumnya melalui uji coba, ia meyakini jalanan tersebut tetap bisa ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dengan toleransi keterlambatan beberapa menit.
Ia mengklaim, para atlet dan perwakilan negara lain tidak keberatan dengan jarak tempuh yang lebih dari 30 menit. Meski sedikit lebih lama, Eris yakin bahwa para atlet bisa mengatasi kelelahan di dalam kendaraan.
“Kami meyakinkan enggak ada masalah,” kata Eris. “Saya sudah bicara dengan semua ketua kontingen di seluruh negara, mereka tidak masalah. Saya sudah jelaskan seperti ini kondisi tempatnya.”
Untuk mengatasi masalah jarak tempuh di tiga cabang olahraga seperti diungkapkan Anies Baswedan di atas, Eris mengaku, pihaknya sudah menyiapkan strategi khusus. Misalnya, perhelatan golf di Pondok Indah selalu dimulai pada pagi hari. Kemungkinan, kata dia, para atlet akan berangkat mulai dari jam 5 pagi. Pada jam itu, Eris berpandangan jalanan akan sepi dan dengan kawalan polisi, tentu jarak 42 km tidak menjadi masalah.
“Bisa saja lancar kalau 80 km per jam,” ujarnya. “Enggak harus 30 menit, kan lebih sedikit enggak masalah,” kata dia mencontohkan.
Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Khalawi Abdul Hamid menyatakan bahwa memang tidak ada lahan yang sesuai untuk membangun Wisma Atlet selain di Kemayoran. Pemilihan pembangunan Wisma Atlet ini juga diambil setelah tidak adanya tempat penginapan yang bisa memiliki daya tampung cukup besar.
“Kami, kan, sudah survei semua hotel tidak mencukupi untuk fasilitas itu. Kita punya lahan di Kemayoran, di lahan kosong itu, di sana kemudian [dinilai] strategis,” kata Khalawi menambahkan.
Menurut Khalawi, tanah itu diperoleh dari Sekretariat Negara (Setneg). Pada tahun 2015 lalu, tanah Setneg di daerah Kemayoran tersebut sebenarnya mencapai 31 hektare, tetapi sekarang hanya tersisa 14ha untuk dibangun menjadi Wisma Atlet.
Sebenarnya, Setneg mempunyai tanah lebih strategis untuk lokasi Wisma Atlet. Akan tetapi, tempat itu sudah dipakai untuk bisnis perusahaan swasta. Sebagai contoh adalah pusat perbelanjaan Senayan City dan juga Hotel Sultan. Keduanya terletak di Jakarta Pusat.
“Kita cari di Jakarta, kan, susah. GBK enggak bisa, kan itu untuk pemukiman. Enggak ada lagi. Di mana bangun dengan kapasitas 15.000 orang dan ada 10 tower?” jelasnya. “Secara teknis masih bisa dijangkau, enggak masalah.”
Soal keterjangkauan yang menjadi masalah ini, Khalawi menegaskan, pihaknya terus melakukan simulasi arus lalu lintas. Sejauh ini percobaan itu masih belum bisa mengerucut sampai 30 menit. Tapi pertimbangan lokasi Wisma Atlet di daerah Kemayoran dirasa sudah tepat dan tak masalah.
“Itu memang sentral untuk permukiman di Kemayoran. Itu kan pemanfaatan setelah Asian Games [untuk] apa? Ya memang di sana bisa untuk permukiman,” kata dia soal alasan pembangunan lainnya.
Dalam konteks ini, Gubernur Anies mengaku akan menyiapkan sekitar 1.500 bus untuk mengangkut atlet dan penonton Asian Games 2018. Ia menyatakan, pihak Transjakarta akan menyiapkan shuttle bus dari berbagai titik yang tidak dijangkau halte Transjakarta. Ia pun meminta kepada pihak Transjakarta mengumumkan lokasi-lokasi shuttle agar warga tidak perlu mendatangi venue Asian Games dengan kendaraan pribadi.
"Secara garis besar rute umumnya adalah menggunakan tol dari Wisma Atlet meskipun memang ada rute non tol sebagai back up, tapi utamanya menggunakan jalur tol," kata Anies.
Terkait jarak ketiga venue yang belum bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, kata Anies, hal itu bisa diselesaikan bila penginapan atlet dipindah lebih dekat ke venue. Namun, peraturan Olympic Council of Asia (OCA) tidak memperkenankan hal itu. Atlet harus tinggal di Wisma Atlet dan tidak boleh di tempat lain.
"Saya sudah bicarakan dengan Inasgoc, tapi menurut mereka soal ini tidak terlalu masalah karena hampir di semua tempat kalau lapangan golf itu lokasinya pasti jauh. Lalu para atlet biasanya juga berangkatnya sangat pagi,” kata Anies.
Tidak Mungkin Memenuhi Target 30 Menit
Direktur Transportasi Inasgoc, Ipung Purnomo menegaskan bahwa sejak awal jarak dari Wisma Atlet ke berbagai lokasi tidak dimungkinkan ditempuh dalam waktu 30 menit. Sebagai contoh, ada beberapa pertandingan yang memakai lokasi di daerah dekat dengan Bandung, Jawa Barat. Bahkan juga daerah Pakansari, Bogor.
Terkait pertandingan cabang olahraga di luar Jakarta itu, Ipung menyatakan, bahwa Inasgoc telah meminta sejumlah penginapan agar menyediakan kamar bagi para atlet yang akan berlaga di sana. Dari tempat penginapan ke lokasi pertandingan, seluruhnya dapat dicapai dengan waktu kurang dari 30 menit. Ketika ditanyakan soal sanksi OCA yang mengharuskan atlet menginap di Wisma Atlet, Ipung mengaku tidak ada masalah.
“OCA nanti kami jelaskan bahwa masalahnya memang tidak bisa. Tempatnya terlalu jauh. Mau gimana lagi?” tegas Ipung.
Untuk ke daerah GBK dari Wisma Atlet, uji coba terakhir mencatat jarak tempuh hanya memakan waktu 21 menit. Uji coba ini pun dilakukan sebelum memasuki masa anak sekolah. Uji coba berikutnya dilakukan lagi setelah anak-anak mulai masuk sekolah. Namun kalau untuk ke GBK, Ipung tidak khawatir. Meski ada anak sekolah, waktu tempuh tak akan berpengaruh banyak, apalagi ada pengawalan dan kebijakan ganjil-genap.
Permasalahannya adalah waktu tempuh dari Wisma Atlet ke Cibubur atau Pondok Indah. Dengan jarak 42 km saja, secara hitungan kasar, tidak mungkin jarak tempuh bisa 30 menit. Meski kecepatan di jalan tol mencapai 100km, kecepatan aman adalah 80km. Mantan Kasat Lantas Jakarta Barat ini mengaku, hasilnya pasti mencapai 30 menit lebih sedikit –bila sangat lancar.
“Kami berharap saja tidak ada sanksi, karena itu bukan aturan baku. Ada toleransinya. Sanksi baru diberikan kalau pertandingan misalnya terhambat,” katanya menambahkan.
Sementara itu, ketika ditanyakan perihal atlet golf tidak menginap dekat lokasi saja, Ipung menegaskan hal itu karena faktor keamanan dan anggaran.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz