tirto.id - Masyarakat Bali biasanya akan menyiapkan Segehan Agung sebagai salah satu upakarapada perayaan Nyepi. Lalu, apa yang dimaksud Segehan Agung dan apa maknanya?
Nyepi merupakan hari besar agama umat Hindu yang tahun ini bertepatan dengan Senin, 11 Maret 2024. Nyepi juga merupakan momen pergantian Tahun Baru Saka dalam sistem penanggalan Bali.
Saat Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali akan melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari:
- Amati Geni (larangan menyalakan api)
- Amati Karya (larangan bekerja)
- Amati Lelungan (larangan bepergian)
- Amati Lelanguan (larangan bersenang-senang/berfoya-foya)
Dalam pelaksanaan upacara keagamaan, umat Hindu biasanya akan mempersiapkan sarana upacara atau upakara dalam berbagai bentuk. Salah satu upakara yang ada saat perayaan Nyepi adalah Segehan Agung.
Apa Itu Segehan Agung, Makna dan Fungsinya?
Secara bahasa, segehan berasal dari kata suguhan yang dalam bahasa Bali diucapkan sebagai segehan. Segehan ini merupakan bentuk persembahan yang diberikan kepada Bhuta Kala demi menjaga keharmonisan alam semesta.
Dalam ajaran Hindu, segehan diberikan sebagai persembahan agar Bhuta Kala tidak mengganggu jalannya upacara. Segehan ini biasanya diletakkan di sudut-sudut pura, halaman rumah, hingga tempat-tempat tertentu seperti gerbang dan perempatan jalan.
Segehan disiapkan dalam wujud taledan atau alas daun kelapa yang dibentuk segi empat. Di atasnya diletakkan nasi dengan pelengkapnya, yaitu bawang merah, jahe, dan garam.
Segehan sendiri terdiri dari berbagai jenis, salah satunya Segehan Agung. Segehan Agung adalah upakara yang biasa digunakan dalam upacara yang lebih besar.
Segehan Agung berupa alas yang ditengahnya diletakkan daksina penggolan, yaitu kelapa yang sudah dikupas, tapi masih berserabut. Di sekeliling daksina, diletakkan 11 tanding dengan posisi canang menghadap keluar.
Setelah itu ada pula tetabuhan (arak, tuak, berem, air), anak ayam yang masih kecil (bulu ekornya belum tumbuh panjang), dan api takep. Api takep terbuat dari serabut kelapa yang dibentuk menyerupai tapak dara atau tanda plus (+).
Dikutip dari laman resmi Kesra Setda Kabupaten Buleleng, berikut makna filosofis dari unsur segehan:
- Taledan/alas berbentuk segi empat: melambangkan arah mata angin.
- Nasi putih dua kepal: simbol Rwa Bhineda
- Jahe: jahe bersifat panas sehingga menjadi simbol semangat manusia, tapi tidak boleh emosional
- Bawang: bawang bersifat dingin sehingga menjadi simbol agar manusia senantiasa menggunakan kepala dingin, tapi tidak boleh bersikap dingin (abai) dalam menghadapi masalah.
- Garam: garam memiliki pH 7 yang berarti netral. Garam menjadi sarana untuk menetralisir energi-energi negatif yang merugikan manusia.
Jenis-Jenis Segehan di Bali dan Maknanya
Selain Segehan Agung, berikut jenis segehan lain seperti dikutip dari laman resmi Desa Abiansemal:
1. Segehan Kepel Putih
Segehan paling sederhana yang biasanya disiapkan setiap hari oleh umat Hindu.2. Segehan Putih Kuning
Segehan ini mirip seperti Segehan Kepel Putih, tapi salah satu nasinya berupa nasi warna kuning. Segehan ini dihaturkan di bawah pelinggih dengan doa tertentu.3. Segehan Kepel Warna Lima (Manca Warna)
Segehan ini biasanya diletakkan di perempatan jalan atau pintu masuk pekarangan. Segehan ini berisi nasi dengan lima warna dengan penempatan sebagai berikut:- Nasi warna putih: timur
- Nasi warna kuning: barat
- Nasi warna hitam: utara
- Nasi warna merah: selatan
- Nasi warna brumbun (perpaduan keempat warna): tengah
4. Segehan Cacahan
Segehan berupa taledan yang berisi 7-9 tangkih. Misalnya berisi 7 tangkih, maka isinya sebagai berikut:- 5 tangkih (tempat nasi) diletakkan dengan posisi di timur, barat, utara, selatan, dan di tengah.
- 1 tangkih berisi lauk pauk berupa bawang, jahe dan garam.
- 1 tangkih lagi untuk tempat base tampelan dan beras.
- Di atasnya disusun canang genten.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani