Menuju konten utama

AQUA, Raksasa Air Mineral RI dengan Belasan Ribu Pekerja

AQUA hadir di Indonesia sejak 1973. Bermula dari perusahaan dengan 38 karyawan, saat ini AQUA menjadi raksasa air mineral dengan belasan ribu pekerja.

AQUA, Raksasa Air Mineral RI dengan Belasan Ribu Pekerja
Kumpulan produk air mineral AQUA. (FOTO/iStock)

tirto.id - AQUA merupakan produk air mineral kemasan terkenal di Indonesia. Berkat statusnya sebagai pelopor, AQUA sejak lama menjadi top of mind merek air mineral kemasan di dalam negeri.

Produksi AQUA berlangsung di pabrik-pabrik yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Berdiri pada 1973, AQUA kini mengoperasikan sejumlah pabrik di wilayah pulau Jawa dan beberapa pulau lain.

Hingga sekarang, AQUA menjadi salah satu penyedia air minum dalam kemasan terbesar di tanah air. Jumlah pabrik AQUA tercatat mencapai 20-an unit di Indonesia yang memenuhi kebutuhan air minum puluhan juta orang.

Apakah Aqua Produk Indonesia?

AQUA termasuk produk air minum dalam kemasan (AMDK) asli buatan Indonesia. AQUA diproduksi dari sejumlah sumber mata air pegunungan di berbagai daerah dan didistribusikan ke seluruh tanah air.

AQUA pun memelopori produksi AMDK yang mengintegrasikan pemrosesan air dan pembuatan kemasan sejak 1995. Sistem ini memastikan higienitas air mineral.

Pendiri AQUA adalah Tirto Utomo, pengusaha kelahiran Wonosobo, 8 Maret 1930. Pada 23 Februari 1973, Tirto Utomo mendirikan AQUA di bawah bendera PT Golden Mississippi. Tirto merintis produksi AMDK di Indonesia berbekal dari pengetahuannya tentang produk air mineral di luar negeri.

Produk AQUA resmi dipasarkan pertama kali pada 1973. Saat pertama kali diluncurkan, AQUA hadir dalam kemasan botol kaca ukuran 950 ml. Sejak itu, air bening AQUA terus populer di dalam negeri.

Seiring berjalannya waktu, konsumen AQUA di Indonesia makin meningkat. Varian produk AQUA pun makin beragam dan tersedia dalam kemasan botol plastik, gelas, hingga galon.

Galon AQUA pertama kali dilepas ke pasar Indonesia dengan ukuran 19 liter pada 1983. Kini, banyak dari keluarga di Indonesia mengandalkan sumber air minum dari galon AQUA. Bagi banyak orang, terutama generasi senior, nama AQUA bahkan lazim dipakai untuk menyebut produk AMDK, meski mereknya berlainan.

Besarnya jangkauan AQUA terhadap konsumen air mineral di Indonesia setidaknya tercermin dalam hasil survei pada Januari 2023 yang digelar oleh Kurious dan KIC. Sebanyak 93,1 persen responden survei ini mengaku paling sering mengonsumsi air mineral merek AQUA dalam setahun terakhir.

Jalan Panjang AQUA: Dari 38 Pekerja Jadi Belasan Ribu Orang

Pencapaian AQUA menjadi produsen air mineral utama di Indonesia merupakan buah dari kerja keras yang panjang. Bukan perkara mudah merintis produksi air mineral saat mayoritas konsumen masih terbiasa mengonsumsi air dari sumur.

Pada dekade 1970-an, AQUA sempat kesulitan menembus pasar. Bisnis Tirto Utomo bahkan sempat dianggap tak punya masa depan. Eks petinggi militer Indonesia dan direktur Pertamina kala itu, Ibnu Sutowo pernah meragukan upaya Tirto Utomo dengan AQUA.

"Tirto, kamu itu kok aneh-aneh. Di Indonesia ini air sampai banjir-banjir, kok kamu mau jualan air putih," kata Ibnu Sutowo seperti dicatat Kurniawan Sangkur dalam Eagle Way: Spirit of Your Success (2018).

Sejarah membuktikan bila Tirto Utomo pemilik AQUA, tidak gampang patah arang. Tirto masih tetap optimistis dengan bisnisnya. Padahal, ide Tirto mendirikan AQUA diilhami oleh kejadian biasa.

Sebelum mendirikan AQUA, Tirto Utomo bekerja di Pertamina. Sebagaimana ditulis Majalah Tempo edisi 12 Mei 1984, selain menangani perjanjian jual-beli minyak, Tirto kerap diutus menemani rekanan bisnis Pertamina dari luar negri.

Suatu kali, rekan bisnis Tirto dari Amerika Serikat datang ke Indonesia bersama istrinya pada 1971. Usai mereka bertemu, istri rekan bisnis Tirto tadi terkena diare karena minum air putih rebusan. Masa itu, air minum dalam kemasan seperti AQUA memang belum ada di Indonesia.

Dari kejadian itulah, Tirto tergerak untuk mendirikan pabrik yang memproduksi air minum dengan kualitas memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Berbekal modal Rp150 juta, ia nekat mendirikan pabrik AQUA di Indonesia yang pertama di Pondok Ungu, Bekasi.

Tahun 1974, perusahaan tersebut baru mempunyai 38 pekerja dengan kapasitas produksi 36 botol 950 cc per menit. Awalnya AQUA dijual ke sejumlah restoran dan beberapa puluh orang pelanggan individu saja di sekitar Jakarta. Usai melalui masa sulit, jangkauan pemasaran AQUA mulai meluas ke berbagai daerah.

Setelah 10 tahun berdiri, mengutip catatan Majalah Tempo (1984), distribusi AQUA bisa menjangkau seluruh provinsi di Indonesia, termasuk Papua. Kala itu, AQUA bahkan sudah biasa menjadi bekal jemaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci. Pada 1983, setahun sebelum pabrik kedua AQUA berdiri di Pandaan, penjualan air mineral ini telah mencapai Rp1,6 miliar, angka yang terbilang tinggi pada masanya.

Hermawan Kartajaya dkk melalui tulisan "Mindset of Opportunity Seeker" dalam Ci-EL Kapabilitas Setelah Covid-19 (2021) menyimpulkan Tirto Utomo mampu mengubah solusi menjadi sesuatu yang mempunyai nilai (value). Menurut Hermawan, salah satu kunci kebangkitan AQUA setelah dekade 1970-an adalah keberanian tidak menurunkan harga, sesuatu yang menggeser persepsi masyarakat bahwa air mineral dalam kemasan memang berkualitas. Ia layak dibeli karena lebih baik daripada air sumur rebusan.

Saat ini, AQUA mempunyai 20 pabrik yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Tak heran, AQUA mampu menyerap belasan ribu tenaga kerja dari dalam negeri.

Pabrik-pabrik AQUA di Indonesia berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Bali, hingga Sulawesi. Di pulau Jawa, pabrik-pabrik AQUA tadi tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

Tak hanya pabrik, AQUA juga mendirikan depo-depo di berbagai kota besar untuk menjadi pusat distribusi produk air minumnya ke seluruh wilayah Indonesia.

"AQUA memiliki 20 pabrik dengan 11.000 karyawan," kata Direktur Komunikasi AQUA Arif Mujahidin.

Belasan ribu pekerja AQUA di tanah air merupakan warga asli Indonesia. Para pekerja itu menjadi tulang punggung produksi hingga distribusi air mineral AQUA ke berbagai daerah.

Peran Sosial AQUA di Indonesia

Sebagai perusahaan besar dengan belasan ribu karyawan, AQUA tidak hanya berfokus menjalankan bisnis yang memenuhi kebutuhan air minum jutaan orang. Perusahaan ini juga memiliki perhatian pada pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan program sosial lainnya.

Mengutip dari berbagai publikasi resmi, berikut sebagian contoh peran sosial AQUA di Indonesia:

1. Pelestarian Sumber Air

Bergerak di sektor penyediaan air minum, AQUA berkomitmen dengan pelestarian sumber-sumber mata air di Indonesia, terutama yang berada di kawasan pegunungan.

"AQUA berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian," kata Sri Widowati, Vice President Marketing AQUA pada 26 September 2023 lalu.

Maka itu, perusahaan menunjukkan komitmennya melalui program-program pelestarian lingkungan yang berfokus menjaga kuantitas dan kualitas sumber air. Upaya tersebut dilakukan dengan pendekatan yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Hingga tahun 2023, AQUA tercatat melakukan sejumlah upaya seperti:

  • Menanam 2,5 juta pohon di berbagai wilayah konservasi di Indonesia
  • Membangun 2.500 sumur resapan
  • Membangun 12.000 rorak (parit buntu penampung dan peresap air ke tanah yang menambah sumber air di hilir)
  • Membangun 93.000 biopori
  • Membangun 35 water pond
  • Membangun 74 penampung air hujan (PAH)
  • Mengembangkan 17 taman keanekaragaman hayati untuk menjaga ekosistem, termasuk flora dan fauna endemik.
AQUA juga secara konsisten melanjutkan program penyediaan infrastruktur air bersih di berbagai daerah di Indonesia. Hingga tahun 2023, program ini telah menyediakan akses air bersih dan sanitasi ke lebih dari 560.000 penerima manfaat.

2. Implementasi Ekonomi Sirkular

AQUA telah mempelopori program daur ulang sampah plastik pada 1993 untuk menerapkan model kemasan sirkular. AQUA juga tercatat telah mengembangkan serta mendampingi 6 unit bisnis daur ulang, 2 TPST, 10 collection center, dan 20 TPS3R. Melalui berbagai inisiatif tadi, AQUA bisa mengumpulkan hingga 22.000 ton sampah plastik per tahun untuk didaur ulang.

Di sisi lain, edukasi juga menjadi perhatian perusahaan. Melalui gerakan #BijakBerplastik sejak 2018, AQUA berupaya menerapkan prinsip ekonomi sirkular kemasan. Dengan cara ini, pengelolaan kemasan air AQUA pasca-konsumsi dilakukan melalui tiga hal: pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah; edukasi pada konsumen dan masyarakat; dan inovasi kemasan produk.

Program Ekonomi sirkular pada kemasan ini turut menyasar lokasi wisata yang padat pengunjung, seperti Labuan Bajo, NTT.

Dari segi produksi, AQUA sampai sekarang masih mempertahankan galon guna ulang. Keputusan ini diyakini bermanfaat mencegah penggunaan lebih dari 770.000 ton plastik baru dan mengurangi segel plastik kemasan yang sulit didaur ulang.

3. Pengurangan Karbon

Selain mendorong penerapan ekonomi sirkular, program AQUA mencakup pula inisiatif pengurangan karbon. Sebagai contoh, AQUA memelopori pemanfaatan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di sejumlah pabriknya sejak tahun 2017.

Salah satu inisiatif AQUA dalam pengurangan karbon itu adalah dengan mendirikan PLTS di Pabrik Mekarsari. PLTS Atap di pabrik terbesar AQUA itu berkapasitas 2.112 kWp pada 2022 dan mampu memproduksi listrik 2,3 GWh per tahun. PLTS Atap milik AQUA ini berpotensi mengurangi emisi 1.916 ton CO2 per tahun.

AQUA juga tercatat membangun PLTS Atap di Klaten. Seturut laporan Antara, PLTS Atap di pabrik itu memiliki kapasitas 2.919 kiloWatt peak (kWp) pada 2023. Dengan 8.340 unit atap panel surya seluas 16.546 meter persegi, PLTS buatan AQUA ini memproduksi energi setrum rerata 12.500 kWh per hari sehingga berpotensi mengurangi emisi karbon sebesar 3.340 ton CO2 per tahun.

Pendirian PLTS Atap di pabrik-pabrik AQUA menjadi bagian dari langkah perusahaan mengejar target emisi nol dalam seluruh rantai pasoknya pada 2050. AQUA pun menargetkan penggunaan 100 persen listrik dari energi terbarukan pada 2030. Inisiatif ini selaras dengan upaya pemerintah mempercepat transisi penggunaan energi terbarukan di Indonesia.

Hingga 2023 lalu, pengoperasian PLTS Atap di beberapa pabrik AQUA diproyeksikan bisa mengurangi emisi 7000 ton CO2 per tahun. Inisiatif ini melengkapi upaya AQUA lainnya dalam mengurangi emisi karbon melalui gerakan #BijakBerplastik. Hasil studi LPEM FEB UI menunjukkan program gerakan #BijakBerplastik berhasil mengurangi volume sampah yang berakhir di laut sehingga bisa mencegah emisi 36.369 ton CO2.

4. Pemberdayaan UMKM

Pemberdayaan UMKM termasuk pula dalam daftar program sosial AQUA. Di antara contoh program itu adalah:

  • Pemberdayaan sosial-ekonomi 52 kelompok, 1400 orang, dan 67 komunitas di sekitar 20 pabrik AQUA
  • Pemberdayaan 10.000 pemulung untuk memprofesionalkan sektor usaha daur ulang sampah
  • Edukasi keuangan dan usaha mikro kecil untuk 15.000-an ibu rumah tangga sebagai AHS (AQUA Home Service)
  • Pendampingan (pelatihan, coaching, sharing session) yang sudah menyasar 9000 pemilik UMKM.

5. Membangun ekosistem halal

AQUA tak hanya berusaha menerapkan aspek kehalalan di operasional bisnisnya dengan memastikan peralatan, personel, serta proses produksi berada dalam kondisi terbebas dari kondisi haram atau najis. Perusahaan ini juga turut berupaya mengembangkan ekosistem halal di Indonesia.

Misalnya, pada Maret 2023, AQUA bersama LPH KHT (Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Khalalan Thayyiban) Muhammadiyah, memulai kegiatan pembinaan UMKM untuk sertifikasi halal serta peningkatan kapabilitas sumber daya halal.

Program tersebut selaras dengan pencapaian AQUA meraih sejumlah penghargaan terkait produk halal, seperti:

  • Halal Top Brand 2016, 2018, 2019 dari LPPOM MUI untuk produk AQUA
  • Favorite Halal Brand 2023 oleh LPPOM MUI untuk produk AQUA
  • Best Social Contribution Halal Ecosystem 2023 dari LPPOM MUI
  • Top Halal Award 2023 dari lembaga survei Indonesia Halal Training & Education Center (IHATEC).

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom