tirto.id - Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Sementara suku bunga Deposit Facility menjadi 4,50 persen, serta suku bunga Lending Facility pada level 6,00 persen.
Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi APINDO, Ajib Hamdani menilai, keputusan Bank Indonesia menaikan suku bunga sebesar 50 bps akan memberikan dampak sentimen ke ekonomi secara umum. Dia menilai terdapat dua hal menjadi tantangan selanjutnya.
"Pertama, inflasi yang akan semakin tinggi karena cost push inflation. Kedua melemahnya daya beli masyarakat," kata Ajib kepada wartawan, Jumat (18/11/2022).
Dia berharap pemerintah perlu mendorong kebijakan dengan memberi insentif untuk mengurangi dampak negatif atas tantangan uang yang ada saat ini. Misalnya, restrukturisasi kredit perlu kembali diperpanjang, agar dunia usaha mempunyai ruang likuiditas kalau perbankan menaikkan suku bunga kredit.
"Permintaan secara umum akan mengalami penurunan karena berkurangnya likuiditas di perputaran ekonomi," ujarnya.
Di sisi lain, Ekonom dan Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economics and Digital/ISED, Ryan Kiryanto menuturkan, besaran kenaikan 50 bps menjadi ukuran atau takaran yang tepat. Sekaligus memberikan sinyal keputusan yang perlu diperhatikan. Mendahului dan cenderung masih pro stabilitas (terkait inflasi dan nilai tukar Rupiah) dan tetap pro pertumbuhan (melalui relaksasi kebijakan makroprudensial).
"Kalau pun sektor perbankan kemudian akan juga menyesuaikan suku bunga simpanan dan kreditnya, hal ini merupakan respon kebijakan yang lumrah atau wajar sesuai dengan mekanisme pasar," ujarnya
Oleh karena itu, lanjut Ryan dengan menaikkan BI Rate yang terukur dengan besaran hanya 50 bps di tengah momentum pertumbuhan dan indikator utama makro ekonomi (leading indicator economic) yang tetap terjaga dengan baik, diharapkan tidak akan terlalu berdampak kontraktif (menahan atau mengerem) pada pertumbuhan ekonomi.
Dengan upaya mencapai target inflasi 2-4 persen di tahun ini, opsi menaikkan BI Rate menurutnya sudah tepat dari segi timing dan besaran kenaikannya. Ini sekaligus mencerminkan sikap BI yang ahead the curve atau forward looking menyikapi dinamika internal dan eksternal.
"Kenaikan BI Rate kali ini pun sudah diperkirakan banyak analis dan ekonom serta pelaku pasar sehingga sebenarnya sudah price-in di pasar," tandasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin