tirto.id - Apakah gejala Omicron lebih ringan tetapi lebih mematikan dari Delta masih terus menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Mengingat, kasus varian Omicron di Indonesia sendiri semakin meningkat setiap harinya.
Pada 26 November 2021, World Healt Organization (WHO) menetapkan ada varian baru COVID-19, yaitu varian B.1.1.529 bernama Omicron.
Menurut Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus (TAG-VE), Omicron memiliki beberapa mutasi yang mungkin berdampak pada perilakunya, misalnya, seberapa mudah penyebarannya atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
Lantas, apakah benar gelaja Omicron lebih ringan tetapi lebih mematikan dari Delta?
Benarkah Gejala Omicron Lebih Ringan Tapi Lebih Mematikan dari Delta?
Dalam sebuah video wawancara yang dirilis WHO pada 21 Desember 2021, dokter Maria Van Kerkhove menjelaskan bahwa varian Omicron memang mengalami tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan varian lain, termasuk Delta.
Dokter WHO tersebut juga mengungkapkan, peningkatan yang terjadi pada varian Omicron merupakan yang paling tajam yang pernah mereka temukan sejauh ini. Sehingga, dalam hal ini bakal ada peningkatan besar dalam kasus omicron.
Dokter Maria juga mengungkapkan, masih terlalu dini mengatakan bahwa Omicron akan mengalahkan Delta. Namun, jika dilihat dari beberapa mutasi yang diidentifikasi di Omicron dan hal itu membuat pertumbuhan virus semakin meningkat, maka ada memungkinkannya varian ini untuk lebih menular.
Terkait gejalanya, Dokter Maria mengungkapkan, lewat laporan yang WHO miliki, gejala Omicron memang tidak terlalu parah dibandingkan Delta. Namun, itu karena individu yang terinfeksi lebih muda dan cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan.
Namun, jika kasus tersebut meningkat, dan rumah sakit penuh, serta sistem perawatan terbebani, maka banyak orang akan meninggal karena tidak bisa menerima perawatan yang sesuai.
“Kami memiliki laporan awal yang menunjukkan bahwa Omicron kurang parah dibandingkan dengan Delta. Namun, jika sekali lagi, jika kita memiliki lebih banyak kasus, lebih banyak kasus berarti lebih banyak rawat inap, dan jika sistem perawatan kesehatan terbebani, orang akan mati karena tidak mendapatkan perawatan yang sesuai yang mereka butuhkan,” katanya, seperti dikutip WHO.
Sekali lagi, Dokter Maria mengatakan, masih terlalu dini untuk mengetahui bahwa Omicron lebih parah gejalanya atau tidak. Namun, mereka memang memiliki laporan awal bahwa gejala Omicron memang tidak terlalu parah.
Akan tetapi, ia menegaskan, meskipun virus itu tidak menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, tetapi mereka akan menyerang populasi yang rentan.
“Dan kita tahu orang-orang dengan kondisi yang mendasarinya, orang-orang lanjut usia, jika mereka terinfeksi varian SARS-CoV-2, termasuk Omicron, mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah,” katanya.
Jadi, sangat penting untuk melakukan segala cara demi mengurangi penularan di semua populasi, orang yang divaksinasi, serta orang yang tidak divaksinasi.
Sementara, dalam hal presentasi penyakit, ada banyak penelitian yang sedang dilakukan terhadap orang-orang yang terinfeksi Omicron dibandingkan dengan varian lainnya.
“Kami belum melihat perubahan dalam profil penyakit. Misalnya, kami belum melihat perubahan gejala yang dialami orang dengan Omicron dibandingkan dengan Delta. Jadi Anda tidak akan bisa membedakannya,” tutur Dokter Maria.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya. Infeksi yang terjadi sebelumnya memang terjadi kepada individu yang lebih muda dan cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan, sehingga gejalanya juga ringan.
Sehingga, semua varian COVID-19, termasuk varian Delta yang dominan di seluruh dunia, dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian, khususnya bagi orang-orang yang paling rentan, sehingga pencegahan selalu menjadi kuncinya.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Melindungi Diri dari Omicron?
Dokter Maria Van Kerkhove juga menjelaskan bagaimana cara melindungi diri dari varian Omicron, di antaraya adalah:
1. vaksinasi.
Sekarang ada banyak penelitian yang sedang dilakukan yang melihat efektivitas vaksin terhadap Omicron. Dan studi ini sedang berlangsung. WHO belum memiliki gambaran yang lengkap, tetapi memang lebih baik divaksinasi daripada tidak.
2. Physical distancing.
3. Memakai masker.
4. Cuci tangan yang bersih.
5. Menghindari keramaian.
6. Meningkatkan ventilasi di tempat kita tinggal, tempat kita bekerja, tempat kita belajar.
Editor: Yantina Debora