tirto.id - Perang antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki hari ke-33. Menurut berita terbaru, Wali kota Mariupol, Vadym Boichenko mengatakan, daerah tersebut berada di ambang bencana kemanusiaan dan harus dievakuasi. Sebab ada sekitar 160 orang warga sipil terjebak di sana tanpa aliran listrik.
The Guardian melaporkan, Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk mengatakan, negaranya belum berencana membuka koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang terkepung karena laporan intelijen memperingatkan kemungkinan "provokasi" Rusia di sepanjang rute.
Militer Ukraina mengklaim, dalam laporan terbarunya, Rusia telah menarik pasukan yang mengelilingi ibu kota Ukraina, Kyiv setelah mengalami kerugian yang signifikan. Di sisi lain, sekolah di Kyiv, akan dibuka kembali hari ini melalui pembelajaran online.
Di sisi lain, seperti dikutip Al Jazeera, kepala intelijen militer Ukraina mengatakan, setelah gagal mengambil alih seluruh negeri, Rusia mencoba membagi Ukraina menjadi dua untuk menciptakan wilayah yang dikuasai Moskow.
Luhansk adalah wilayah pemberontak Ukraina timur yang didukung Rusia. Kota itu akan mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia. Mereka menarik peringatan dari Kyiv bahwa pemungutan suara semacam itu tidak akan memiliki dasar hukum dan memicu tanggapan internasional yang kuat.
Tentara Ukraina mengatakan, Rusia melanjutkan "agresi bersenjata skala penuh", sementara pasukan Ukraina telah memukul mundur tujuh serangan di wilayah timur Donetsk dan Luhansk.
Wakil Perdana Menteri Ukraina mengatakan, pasukan Rusia "memiliterisasi" zona eksklusi di sekitar pembangkit listrik Chernobyl yang diduduki.
Pembicaraan Damai Rusia dan Ukraina
Kremlin mengatakan, akan ada pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina yang mungkin berlangsung di Turki pada hari Selasa. Menurut Kremlin, penting diskusi tersebut dilakukan secara tatap muka, meskipun da sedikit kemajuan dalam negosiasi sebelumnya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy dalam wawancara video dengan media independen Rusia memberi sinyal kesediaannya untuk membahas agar Ukraina mengadopsi "status netral", dan juga membuat kompromi tentang status wilayah Donbas timur, untuk mengamankan perjanjian damai dengan Rusia.
Namun Zelenskiy tidak bersedia membahas demiliterisasi Ukraina. Menurut dia, Ukraina perlu memberikan suara dalam referendum untuk menyetujui negara mereka mengadopsi status netral.
Sedangkan Menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov , tampaknya telah mengesampingkan pertemuan langsung antara Vladimir Putin dan Zelenskiy. Menurut dia, itu akan menjadi kontraproduktif pada saat ini.
Editor: Iswara N Raditya