tirto.id - Gibran Rakabuming Raka menilai, kerja sama pentahelix mesti didorong agar potensi desa bisa berkembang. Hal itu disampaikan oleh calon wakil presiden nomor urut 2 tersebut dalam Debat Cawapres 2024 edisi kedua, Minggu, 21 Januari 2024.
Dalam agenda Debat Capres ke-4 2024 yang dihelat di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, itu ada enam tema besar yang dibahas. Tiga cawapres tersebut beradu gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, serta desa.
Menyinggung masalah kesejahteraan desa, dalam segmen pertama Debat Capres 2024 putaran keempat, Gibran menekankan pentingnya kerja sama pentahelix. Hal ini karena Indonesia sudah memiliki banyak potensi sumber daya alam terbarukan. Yang perlu ditekankan, menurut dia, adalah cara mengembangkannya.
"Potensi energi baru terbarukan kita juga luar biasa sekali bisa, mencakup 3.686 Giga Watt, yang meliputi energi surya, angin, air, bio energi, dan juga panas bumi," ujarnya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan kerja sama pentahelix?
Pengertian Model Pentahelix dan Pencetusnya
Model pentahelix merupakan referensi dalam mengembangkan sinergi antar-instansi terkait dalam upaya mencapai tujuan pengembangan potensi desa, pariwisata, dan tujuan lainnya.
Model pentahelix melibatkan kolaborasi lima unsur subjek atau stakeholder di bidang pariwisata. Lima unsur yang dimaksud meliputi: akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, media. Kerja sama lima unsur tersebut kerap juga disingkat ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media)
Dikutip dari Jurnal Riset, Inovasi, dan Teknologi, Kabupaten Batang Vol. 4 No. 2 (2020), kolaborasi pentahelix berperan penting dalam mendukung tujuan inovasi bersama, terutama untuk memajukan sosial ekonomi daerah.
Model Pentahelix pertama kali dicanangkan oleh Menteri Pariwisata periode 2014-2019, Arief Yahya. Konsep ini dituangkan ke dalam Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
Dalam Permen Pariwisata No 14 Tahun 2016 tersebut dijelaskan, tujuan penerapan model pentahelix ini adalah untuk menciptakan orkestrasi dan memastikan kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, serta menciptakan pengalaman dan nilai manfaat kepariwisataan agar memberikan keuntungan dan manfaat pada masyarakat dan lingkungan
Pada umumnya, pemerintah merupakan birokrasi sekaligus agen administrasi yang paling bertanggungjawab dalam implementasi kebijakan, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Sementara itu, media berperan sebagai penghubung antara negara dan masyarakat. Koneksi tersebut melibatkan reporter pasif dan analis aktif dalam proses penyampaian kebijakan publik kepada masyarakat. Harapannya, dengan adanya media, permasalahan sosial bisa dipecahkan.
Dalam kerja sama pentahelix, komunitas merupakan aktor lain yang berperan dalam implementasinya. Komunitas yang ada di masyarakat bisa berkontribusi dalam pembuatan regulasi, pedoman, maupun peraturan.
Implementasi kebijakan, selain mengikutsertakan komunitas, juga melibatkan akademisi. Keluaran kebijakan atau program-program tersebut diharapkan dalam mengarah pada tujuan pro-pembangunan. Dengan begitu, pebisnis bisa memanfaatkannya untuk memperoleh profit.
Pada intinya, model pentahelix bertujuan meningkatkan industri di perdesaan, terutama sektor pariwisata. Model kerja sama yang melibatkan lima unsur ini biasanya diterapkan dalam pengembangan potensi pariwisata.
Hal ini pernah diterapkan oleh Kota Pekanbaru, yang kemudian diteliti oleh Resa Vio Vani dalam Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol. 8(1) (2020). Kerja sama pentahelix juga pernah diteliti oleh Andreal Rizky Sagala dengan lokasi studi objek wisata Kaldera Geopark, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara.
Editor: Iswara N Raditya