tirto.id - Ada banyak mitos dan fakta yang berseliweran terkait gangguan kepribadian paranoid. Dalam istilah kesehatan mental, gangguan tersebut disebut Paranoid Personality Disorder (PPD) atau gangguan kepribadian eksentrik.
Seperti dilansir Cleveland Clinic, orang dengan gangguan paranoid--selanjutnya ditulis PPD--biasanya akan menderita paranoia, yaitu ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap orang lain, bahkan ketika tidak ada alasan untuk curiga sekalipun.
Gangguan ini sering dimulai pada masa kanak-kanak atau saat fase remaja awal, dan tampaknya lebih umum pada pria daripada pada wanita. Studi memperkirakan, bahwa PPD mempengaruhi antara 2,3 persen dan 4,4 persen dari populasi umum.
Hingga kini, penyebab pasti PPD belum diketahui. Akan tetapi, kemungkinan melibatkan kombinasi faktor biologis dan psikologis.
Jika melihat fakta bahwa PPD lebih umum terjadi pada orang yang memiliki kerabat dekat dengan skizofrenia dan gangguan delusional, maka hal itu menunjukkan adanya hubungan genetik antara kedua gangguan tersebut.
Selain itu, sejumlah peneliti juga meyakini bahwa pengalaman anak usia dini, termasuk trauma fisik atau emosional, berperan dalam pengembangan PPD.
Dikutip dari Webmd, gangguan ini bisa berakibat buruk bagi orang yang menyandang, karena dapat mengakibatkan hipersensitif, sulit memaafkan orang lain, menyimpan dendam cenderung lama, sulit menerima kritik, hingga menjadi keras kepala.
Selain itu, adapun gejala lain dari PPD meliputi:
- Sering meragukan komitmen, loyalitas, atau kepercayaan orang lain. Orang dengan PPD juga yakin bahwa orang lain menipu mereka.
- Kesulitan mengungkapkan perasaan atau curhat.
- Lebih reaktif dan pada umumnya cepat marah.
- Mengalami kecurigaan berulang tanpa alasan bahwa pasangan atau kekasih mereka tidak setia, hingga menjadi pencemburu dalam hubungan.
- Kesulitan bersantai.
Selain gejala, Tirto juga telah merangkum beberapa fakta serta mitos terkait PPD berikut ini.
FAKTA
- Mudah curiga
Ciri utama seseorang dengan PPD adalah mudah curiga. Kecurigaan tersebut membuat seseorang menyalahartikan tindakan orang lain sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan. Selain itu, kecurigaan tersebut berlangsung berulang kali tetapi tanpa dasar yang jelas.
- Susah beradaptasi
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, sulit diajak bergaul karena dia tidak percaya dengan orang lain. Mereka pun merasa terancam dengan hadirnya orang lain di sekitar mereka. Selain itu, mereka termasuk orang yang kaku, sangat sensitif, dan memiliki rasa waspada yang berlebihan.
- Takut dan cemas
Berdasarkan klasifikasi dari DSM-IV (Diagnosis Statistical Manual of Mental Disorder), gangguan kepribadian terbagi ke dalam tiga klaster, yaitu klaster A, B, dan C. Gangguan kepribadian paranoid termasuk dalam klaster A, yaitu kelompok individu yang aneh, eksentrik, dan menyendiri.
Sementara seseorang yang memiliki rasa takut atau cemas berlebihan termasuk ke dalam klaster C2, juga dapat diklasifikasikan ke dalam gangguan kecemasan.
MITOS
- Orang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki kinerja buruk
Faktanya, Yustinus Semiun dalam Kesehatan Mental 2 (2006) menjelaskan, bahwa orang dengan PPD merupakan pekerja keras. Sebab, mereka merupakan orang yang teratur dan memiliki pemikiran harus mendahului orang lain. Selain itu, mereka cenderung merasa dirinya penting secara berlebihan.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto