tirto.id - Sepanjang 1950-an hingga paruh pertama 1960-an, produksi pangan di dunia tumbuh secara konsisten, bahkan meningkat drastis dibanding dekade sebelumnya. Hal tersebut tidak lepas dari gerakan revolusi hijau yang dilaksanakan pada periode itu.
Adalah Rockefeller Foundation yang menginisiasi gerakan tersebut melalui penelitian bidang agrikultur di Meksiko pada 1943. Seiring waktu, gerakan yang kemudian disebut revolusi hijau ini kian gencar dilaksanakan, terlebih setelah Ford Foundation ikut bergabung pada 1966.
Sementara itu, revolusi hijau di Indonesia kali pertama dilakukan pada masa Orde Baru, yaitu sejak 1968 hingga 1980-an. Ketika itu, pemerintahan Soeharto menginvestasikan dana besar-besaran ke sektor pertanian.
Lalu, apa yang dimaksud dengan revolusi hijau? Artikel di bawah ini akan mengupas terkait pengertian revolusi hijau, dampak, serta tujuan mulanya.
Pengertian Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah sebuah upaya untuk memodernisasi sistem dan budaya pertanian di negara-negara berkembang, terutama di Amerika Latin, Asia, dan Afrika.
Tujuan dari revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas pangan dengan mengubah metode pertanian tradisional menjadi modern. Itu dilakukan dengan penerapan teknologi canggih untuk mencapai hasil produksi optimal.
Khusus di tanah air, proses revolusi hijau di Indonesia melibatkan empat elemen yang dinilai penting, yaitu sistem irigasi untuk penyediaan air, penggunaan pupuk secara optimal, penerapan pestisida sesuai tingkat serangan hama, dan penggunaan bahan tanam berkualitas seperti varietas unggul.
Sejak kali pertama diinisiasi di Meksiko, revolusi hijau berkembang luas di negara berkembang lainnya dan berdampak besar pada signifikansi produksi pangan. Namun, revolusi hijau menyimpan banyak dampak negatif yang baru dirasakan pada dekade-dekade berikutnya.
Dampak Revolusi Hijau
Meskipun berhasil meningkatkan produksi pangan dan mengatasi krisis kelaparan di berbagai belahan dunia, revolusi hijau juga membawa dampak negatif, seperti penurunan keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, dan perubahan iklim.
A. Dampak Positif Revolusi Hijau
Dampak positif revolusi hijau cenderung dirasakan dalam jangka pendek. Berikut beberapa di antaranya.1.Peningkatan produksi dan intensitas penanaman
Dampak positif revolusi hijau adalah peningkatan produksi. Bahkan, sebagaimana ditulis Abdul Azis dalam Ekonomi Politik Monopoli (2019:39), revolusi hijau di Indonesia menunjukkan hasil signifikan pada 1979-1985 saat produksi pangan meningkat 49 persen.2. Kenaikan pendapatan petani
Meskipun biaya produksi meningkat, tingkat produksi yang tinggi memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan metode pertanian tradisional.3. Peningkatan kesadaran teknologi
Revolusi hijau di Indonesia mendorong petani dan masyarakat untuk lebih memahami pentingnya teknologi dalam pertanian.4. Dinamika ekonomi lebih baik
Hasil pertanian yang melimpah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di masyarakat. Penghasilan petani menjadi lebih baik, juga perputaran ekonomi secara keseluruhan.B. Dampak negatif revolusi hijau
Dikutip dari artikel berjudul "Lessons From the Aftermaths of Green Revolution on Food System and Health" (2021) yang terbit di Frontiers, dampak negatif revolusi hijau adalah sebagai berikut.1. Kesenjangan pendapatan
Peningkatan produksi pangan tidak selalu meningkatkan pendapatan seluruh petani, terutama bagi buruh tani. Yang cenderung sejahtera adalah tuan tanah yang memegang seluruh keuntungan dari produksi pangan dari lahannya.2. Ketergantungan pada pestisida
Selain kesenjangan, dampak negatif revolusi hijau adalah meningkatkan ketergantungan terhadap pestisida. Ketergantungan ini mengakibatkan tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani. Di sisi lain, ada banyak dampak negatif pestisida terhadap lingkungan.3. Merusak tanah
Pemakaian pupuk-pupuk buatan pabrik dan pestisida berbahan kimia berdampak langsung terhadap terhadap pencemaran dan kerusakan struktur tanah.4. Mengurangi keanekaragaman hayati
Karena banyaknya hutan dan lahan yang dibabat menjadi area pertanian homogen, flora dan fauna menjadi berkurang. Hal itu secara langsung membuat keanekaragaman hayati di suatu daerah menjadi tereduksi.5. Degradasi ekosistem
Penggunaan bibit unggul juga menyebabkan kepunahan tanaman lokal karena petani didorong untuk menanam satu jenis tanaman. Karena tanaman lokal berkurang, keseimbangan ekosistem menjadi terganggu.6. Pencemaran udara
Pembakaran limbah pertanian dalam proses revolusi hijau yang dilakukan dapat menyebabkan polusi. Pembakaran di lakukan karena harus mengejar siklus panen berikutnya.Tujuan Utama Revolusi Hijau
Tujuan utama dari pelaksanaan revolusi hijau adalah meningkatkan produksi pangan global guna mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi di negara-negara berkembang. Melalui penerapan teknologi pertanian modern, revolusi hijau berusaha untuk:
1. Meningkatkan hasil pertanian
Dengan menggunakan varietas tanaman unggul dan teknik budidaya yang lebih efisien, revolusi hijau bertujuan meningkatkan hasil panen per satuan luas lahan.2. Mengurangi ketergantungan pada impor
Negara-negara berkembang diharapkan dapat lebih mandiri dalam produksi pangan sehingga mengurangi ketergantungan pada impor pangan dari negara lain.3. Meningkatkan kesejahteraan petani
Dengan hasil panen yang lebih tinggi, pendapatan petani diharapkan meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan mereka dan komunitas pedesaan secara keseluruhan.4. Mendorong adopsi teknologi pertanian
Revolusi hijau bertujuan mendorong petani lebih terbuka terhadap teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian mereka.Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Fadli Nasrudin