tirto.id - Kericuhan sempat terjadi Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (14/1/2020) sore. Dua kelompok terlibat: antara mereka yang mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan mereka yang kontra.
Kelompok pertama yang menamakan diri 'Jakarta Bergerak' berunjuk rasa menuntut Anies mengundurkan diri karena dianggap tidak becus mengurusi banjir yang terjadi di awal tahun, sementara kelompok kedua, termasuk Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bangjapar), mengatakan para demonstran salah sasaran karena masalah banjir itu lintas provinsi dan sektor.
Untungnya aparat bergerak cepat memisahkan dua kelompok tersebut. Kericuhan berhenti.
Apa yang terjadi di jalanan ternyata juga muncul di media sosial. 'Perang' juga terjadi di Twitter. Saat demo masih berlangsung, muncul dua tagar yang mencuat sebagai trending topic: #JKTBergerakTurunkan4nies dan #JagaDanKawalAnies.
Drone Emprit, sistem yang dapat memonitor serta menganalisis media sosial berbasis big data, merekam jalannya 'perang' ini.
Analis media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengatakan perang dua tagar itu sudah dimulai sejak pagi, padahal demonstrasi di balai kota sendiri baru berlangsung siang. Sejumlah akun mulai mencuitkan #JagaDanKawalAnies.
Pukul 09.00, jumlah mention tagar ini mencapai 2.000 cuitan.
"Sampai jam 9.30 itu belum ada lawannya," kata Ismail kepada reporter Tirto, Rabu (15/1/2020).
Setelahnya baru muncul tagar tandingan, yakni #JKTBergerakTurunkan4nies. Tagar ini langsung melesat melampaui saingannya dengan 3.000an cuitan.
Lewat tengah hari, #JagaDanKawalAnies melonjak lagi dan mencapai puncaknya dengan 6.000 cuitan, sementara tagar lawan menunjukkan tren menurun sejak sekitar pukul 15.00.
Drone Emprit mencatat total mention dari #JagaDanKawalAnies mencapai 57.237 cuitan, jauh melampaui #JKTBergerakTurunkan4nies yang hanya 33.751 cuitan.
"Kalau dilihat di media sosial, total percakapan dan tren itu yang pro Anies lebih tinggi. Tapi kalau lihat peta [persebaran cuitan], menggambarkan jaringan titik-titik orang, itu menunjukkan masing-masing kelompok sama kuat," ujar Ismail.
Perang tagar ini bisa mencapai puluhan ribu juga karena melibatkan sejumlah orang dengan banyak pengikut. Pada tagar Pro Anies ada nama anggota DPD RI dari DKI Jakarta, Fahira Idris, sementara di tagar kontra Anies ada @permadiaktivis dan @Kangdede78.
Top 5 Influencer #JagaDanKawalAnies@D4tuk_T4mburin, @VADUKA__KOLAK, @fahiraidris, @MichelAdamNN dan @GakNyerahBRO__pic.twitter.com/2ilx4XPqkU— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) January 14, 2020
Robot
Selain jumlah cuitan, Drone Emprit juga menemukan ada indikasi penggunaan akun robot dalam 'perang' ini.
Drone Emprit menganalisis seluruh cuitan dari masing-masing tagar dan membaginya dalam 5 segmen, yakni 0-1, 1-2, 2-3, 3-4, 4-5. Cuitan dalam segmen 0-1 bisa dipastikan natural, sementara cuitan dalam segmen 4-5 dapat dipastikan berasal dari robot.
Menggunakan Bot Score Barometer, skor yang diberikan untuk tagar #JagaDanKawalAnies mencapai 2,22, "Itu warnanya kuning, kalau nilainya 2,5 saja itu sudah separuh orang separuh robot," kata Ismail. Di sisi lain, skor yang diberikan untuk tagar #JKTBergerakTurunkan4nies hanya terpaut tipis, 1,95.
Koordinator aksi Jakarta Bergerak, Siska Rumondor, mengatakan #JKTBergerakTurunkan4nies adalah ciptaannya. Ia kerap menggunakan itu saat mengumumkan aksi lewat pesan berantai. Namun ia membantah jika ada yang menganggap dia dan kelompoknya menggunakan robot.
"Saya juga enggak menyangka kalau tagar ini punya posisi [di media sosial]. Saya sih berterima kasih dan enggak menyangka kalau sampai juga movement ini ke media sosial, dan semua itu spontanitas dan enggak ada itu robot atau tim IT," kata Sisca saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (16/1/2019).
Sementara Fahira Idris, Ketua Umum Bangjapar, yang membuat aksi pro Anies, tidak memberi komentar. Seorang staf mengatakan Fahira sedang rapat. Dia sempat meminta kami mengirim pertanyaan, tapi sampai naskah ini tayang belum ada jawaban.
Terlepas dari siapa yang menggerakkan akun-akun itu, penggunaan robot dalam perang tagar merupakan hal lumrah belakangan ini. Ismail menyebutnya sebagai bagian dari information operation, yakni upaya memengaruhi pikiran dan perbincangan publik.
Dalam operasi ini, robot digunakan untuk meningkatkan jumlah penggunaan tagar sampai mencuri perhatian masyarakat. Selanjutnya tagar akan digunakan oleh influencer media sosial untuk disebar ke pengikutnya.
Abu Janda dkk Bakal Geruduk Balai Kota, @BangJapar_FI Siap Bela @aniesbaswedan, baca @OfficialiNewsTVhttps://t.co/iORYLyqKmS#JagaDanKawalAnies— Fahira Idris DPD RI (@fahiraidris) January 14, 2020
Dalam perang tagar yang relatif seimbang itu, Ismail menyebut Anies Baswedan adalah pihak yang paling diuntungkan. Total percakapan tentang Anies melonjak seiring perang tagar. Memang ada sentimen negatif, tapi itu lantas dinetralisir.
Sementara yang dirugikan tak lain adalah masyarakat, jika informasi yang dicekokkan ke kepala mereka adalah propaganda untuk kepentingan kelompok elite tertentu.
Tidak heran jika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pernah mengusulkan menindak tegas para pendengung (buzzer) di media sosial, terutama jika mereka menyebar fitnah, berita bohong, dan ujaran kebencian.
"Mereka akan dibatasi atau bahkan ditutup. Bukan hanya akun, buzzer-nya itu juga yang akan ditindak," kata Rudiantara, saat masih menjabat Menteri Kominfo.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino