Menuju konten utama

Ancaman Kepada Ahok dan Faksi-Faksi Islam Militan di Suriah

Beberapa hari jelang aksi demonstrasi besar-besaran 4 November yang dilakukan ormas-ormas Islam beredar foto ancaman kepada Basuki Tjahaja Purnama dari milisi Suriah. Banyak yang takut dan khawatir. Padahal harusnya tidak. Anggap saja foto itu sebagai lelucon belaka.

Ancaman Kepada Ahok dan Faksi-Faksi Islam Militan di Suriah
Pasukan Mujahidin Ahrar Syam (di bawah payung Jaisy Al Fath ) dalam sebuah persiapan peperangan. [Foto/Ahrar Lens/Arahman]

tirto.id - Pada foto itu para milisi membawa papan yang bertuliskan bahasa Indonesia. Isinya beragam, mulai dari “Tangkap Ahok atau jihad nasional” hingga “Hukum Ahok atau Peluru Kami yang Menghukum”. Dalam caption foto tercantum bahwa foto ini berasal dari kelompok Jabhat Fath al-Salam.

Foto ini menjadi viral setelah disebarkan mantan anggota Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas, yang kini jadi "kerabat" polisi. Usai penyebaran itu, polisi dan pengamat teroris mendadak heboh.

Dalam diskusi bertemakan "Ancaman Radikalisme dan Terorisme di Pilgub DKI", pekan lalu Nasir bertutur: "Mereka memanfaatkan momen tersebut dalam rangka untuk menakut-nakuti, mengancam, barangkali juga untuk melakukan sesuatu. Kita melihat respons dari Suriah, foto yang ada tulisan mengancam pemerintah yang tidak mengadili Ahok, sehingga ini juga bisa menjadi sinyal barangkali mereka akan melakukan sesuatu,” ucapnya.

Pandangan sama diungkap Sidney Jones, peneliti terorisme dari International Crisis Group (ICG). “Ada perintah di El Shurabah, suatu chanel (aplikasi) di Telegram, (agar umat Islam) mencontoh anak Tangerang yang sekitar dua mingggu lalu menyerang polisi," ungkapnya.

“Kalau melihat fakta tersebut, gerakan 4 November nanti memang berpotensi ditunggangi oleh kelompok kelompok garis keras,” ucap Sydney.

Polisi pun angkat bicara. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Awi Setiyono, menyebut lokasi foto itu memang diambil di Suriah. "TKP di Suriah. Itu laporan intelijen. Berarti kita lebih waspada," kata Awi di Mapolda Metro Jaya.

Aksi 4 November usai digelar. Predisi ketakutan berlebihan yang diungkapkan para pengamat teroris dan kepolisian tidak terbukti. Demonstrasi berjalan damai meskipun di akhir sempat terjadi kericuhan.

Namun, jika merujuk analisa Sydney yang mengungkap bahwa aksi demo ini ditunggangi kelompok garis keras, memang betul adanya. Terlihat beberapa ormas garis keras seperti Majelis Muhahidin Indonesia, Jamaat Ansharut Tauhid, Jamaah Anshoru Sunnah ikut serta dalam aksi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok-kelompok ini sering mengirimkan para jihadis ke Suriah. Kepergian mereka ke Suriah tentu tidak untuk bergabung dengan ISIS, melainkan Jabhat Al Nusra, yang sekarang berganti nama menjadi Jabhat Fateh al-Sham. Saat masih bernama Jabhat Al-Nusra, kelompok ini merupakan afiliasi dari Al Qaeda – sama seperti Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara.

Lantas apa bedanya Jabhat Fateh al-Sham dengan Jaish Al Fath?

Infografik Jaish Al Fath

Jaish Al Fath bukanlah kelompok milisi tapi merupakan aliansi kelompok-kelompok milisi. Jaish Al Fath adalah komando gabungan bersenjata dari kelompok berhaluan Islam yang ikut berjuang di Suriah.

Posisi Jaish Al Fath ini mirip seperti Front Syirian Army (FSA) yang menaungi puluhan milisi pemberontak berhaluan sekuler. Dalam kontestasi politik gerakan Islam, status Jaish Al Fath mirip seperti Hashd Al-Watani yang menaungi ratusan kelompok milisi Sunni atau Hashd al-Sha’bi yang menghimpun laskar-laskar Syiah.

Berbeda dengan FSA, Hashd Al-Watani atau Hashd al-Sha’bi aliansi Jaish Al Fath amatlah longgar. Tidak ada rantai komando dari atas ke bawah. Komando lebih menitikberatkan koordinasi antar milisi.

Di sisi lain, tidak selamanya faksi-faksi islam di Jaish Al Fath menggelar operasi militer secara bersamaan. Mereka bergabung dalam Jaish Al Fath biasanya dalam aksi-aksi operasi militer besar yang dilakukan secara serempak, seperti operasi pembebasan Idlib, pembebasan blokade Allepo jilid I dan jilid II yang sedang terjadi sekarang.

Jaish Al Fath dibentuk pada Maret 2015 lalu. Banyak faksi milisi Islam bersatu untuk merebut kota terbesar ketiga di Suriah, Idlib, dari tangan Bashar Al Assad. Kesuksesan merebut Idlib ini yang membuat aliansi Jaish Al Fath dipertahankan hingga sekarang.

Bersatunya faksi Islam dalam lingkup Jaish Al Fath bukan berarti mereka sepaham dalam ideologi. Sama sepeti MUI, meski Nahdtahul Ulama, Muhammadiyah atau FPI bergabung di MUI, tentu saja dan jamak jika muncul perbedaan di antara mereka. Hal ini juga terjadi di Jaish Al Fath. Memukul rata paham faksi-faksi islam di Jaish Al Fath sebagai berhaluan ideologi yang sama itu adalah kenaifan.

Ada banyak faksi islam yang bergabung di Jaish Al Fath. Harakat Nour al-Din al-Zenki, misalnya, paham mereka terpengaruh oleh Hasan Al-Bana. Milisi ini bisa dikatakan punya kaitan, atau bahkan lanjutan, dari kelompok Ikwanul Muslimin. Di hadapan Ikhwanul Muslimin, status mereka kira-kira mirip seperti PKS di Indonesia atau AKP di Turki.

Atau ada pula Ahrar al-Sham. Ini milisi terbesar yang punya anggota berkisar 20.000 hingga 70.000 orang. Ahrar al-Sham didirikan Abu Khalid al-Suri dan Hassan Abboud, dua tokoh Sunni yang sempat mendekam di penjara saat rezim Assad berkuasa. Basis Ahrar al-Sham adalah Sunni-salafy, kedekatan ini yang membuat mereka mendapat sokongan penuh oleh Qatar dan Arab Saudi. Meski disokong dengan negara Timteng, Ahrar al-Sham dikenal dekat dengan Al-Qaeda.

Kedekatan itu sebenarnya tak lepas dari hubungan erat mereka dengan milisi Islam terbesar lainnya yakni Front al-Nusra. Sejak awal konflik, Al-Nusra sudah berbaiat penuh pada Al-Qaeda. Hubungan dengan Al-Qaeda nyatanya malah mempersulit Jaish Al-Fath secara keseluruhan. Alhasil pertengahan tahun ini, Al-Nusra pun berlepas diri dari Al-Qaeda dan berganti nama jadi Jabhat Fateh al-Sham.

Selain Nour al-Din al-Zenki, Ahrar Al Syam dan Jabhat Fateh al-Sham, ada pula Jund Al-Aqsa. Haluan organisasi ini sebenarnya sama seperti Jabhat Fateh al-Sham, perbedaan antara keduanya adalah jika Jabhat Fateh al-Sham diisi mayoritas warga Suriah asli, maka milisi Jund Al-Aqsa dipenuhi para jihadis asing alias muhajir – mayoritas simpatisan Al-Qaeda yang berasal dari Kaukakus, seperti Chechnya, Dagestan, dll.

Dengan keluarnya Jabhat Fath al-Sham dari Al-Qaeda, otomatis paham jihad global yang dulunya masih tersempil di kelompok Jaish Al Fath kini sirna sudah. Dalam rilisnya, sang pemimpin Jabhat Fateh al-Sham, Abu Mohammad al-Julani, sudah menegaskan bahwa mereka melepaskan diri dari Al Qaeda. Pihaknya kini mengaku fokus pada perjuangan hanya di Suriah.

Pernyataan ini juga sudah jauh-jauh hari diungkap Ahrar Al-Sham. Kepada Al-Jazeera, sang pemimpin Hassan Aboud menegaskan kampanye perjuangan mereka adalah untuk Suriah, bukan untuk jihad global. Penekanan sama juga diungkap kelompok Nour al-Din al-Zenki yang sejalan dengan pemikiran Hasan Al-Bana dalam konteks global perjuangan, yang percaya bahwa jihad di jalur politik lebih efektif ketimbang angkat senjata.

Sikap kelompok Jaish al-Fath yang menolak jihad secara global tidak lepas dari dukungan kekuatan asing seperti Qatar, Arab Saudi,Turki, AS dan sekutunya yang membantu pendanaan.

Laporan dari Independent UK menyebutkan, dua negara koalisi Amerika Serikat yaitu Turki dan Arab Saudi secara aktif dan fokus mendukung struktur komando jihad Jaish Al Fath. Kedua negara tersebut kemudian menyepakati untuk bersama-sama membantu oposisi. Para pejabat Turki juga mengakui telah memberikan dukungan logistik dan intelijen di markas komando Jaish Al Fath. Turki juga memfasilitasi perjalanan para kelompok ini, dari desa-desa perbatasan di Guvecci, Kuyubasi, Hacipasa, Besaslan, Kusakli dan Bukulmez yang menjadi rute favorit mereka. Sedangkan Arab Saudi memberi bahan pendukung, senjata dan uang.

Lalu bagaimana dengan kasus ancaman kepada Ahok ini? Jika menilik dari ideologi kelompok Jaish al Fath, ancaman untuk membunuh Ahok sejauh ini masih berupa ancaman saja. Jika Anda memperhatikan pada sebuah foto, terlihat ada seorang jihadis yang posturnya seperti orang Indonesia.

Meski menutupi mukanya dengan topeng, dan tatapan matanya dia mirip seperti orang Asia. Sudah jadi rahasia umum bahwa sampai saat ini masih banyak jihadis dalam negeri yang angkat senjata di kelompok Jabhat Fateh al-Sham. Foto ancaman itu juga tampaknya hanya iseng, ketika si Jihadis ingin terlihat macho dan seolah peduli dengan apa yang terjadi di Indonesia. Lagipula Jaish Al-Fath saat ini sedang sibuk-sibuknya membuka blokade Allepo. Foto ancaman soal Ahok, sejauh ini, dan terlihat pada 4 November, hanyalah provokasi yang tidak perlu ditakuti secara berlebihan.

Kita lihat saja perkembangan selanjutnya. Mungkin situasi akan menjadi berbeda.

Baca juga artikel terkait DEMO 4 NOVEMBER atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan