tirto.id - Pada 20 Juli 1923, para anggota National Woman’s Party (NWP) berkumpul di Seneca Falls, New York. Mereka memperingati 75 tahun Konvensi Seneca Falls dan merayakan ratifikasi Amandemen ke-19 yang berhasil mengesahkan hak perempuan Amerika Serikat untuk memperoleh hak pilih. Dalam pertemuan tersebut, pemimpin NWP, Alice Paul mengumumkan perjuangan berikutnya, yaitu mengajukan amandemen baru yang menjamin persamaan hak dan kesetaraan di bawah hukum Amerika Serikat bagi perempuan dan laki-laki.
Bagi Alice, memperjuangkan kesetaraan hak adalah langkah logis selanjutnya dalam gerakan perempuan. Enam bulan kemudian pada Desember 1923, rancangan amandemen tersebut diperkenalkan di hadapan Kongres ke-68. Rancangan yang diberi nama “Lucretia Mott Amendment” tersebut menyatakan bahwa “laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama di seluruh Amerika Serikat dan di setiap wilayah yang tunduk di bawah yurisdiksinya.” (Thomas H. Neale. “The Proposed Equal Rights Amendment: Contemporary Ratification Issues.” Congressional Research Service Report, 18 Juli 2018).
Rancangan amandemen itu tidak segera mendapatkan persetujuan Kongres untuk proses ratifikasi di tingkat negara bagian. Amelia Earhart melihat pemilihan presiden pada 1928 sebagai kesempatan untuk memperjuangkan “Lucretia Mott Amendment”. Herbert Hoover, kandidat dari Partai Republik, pernah berjanji meloloskan rancangan amandemen tersebut. Ketika pada akhirnya terpilih sebagai Presiden ke-31, Amelia sendiri yang melobi Presiden Hoover.
“Saya tahu dari pengalaman langsung, diskriminasi-diskriminasi yang dihadapi perempuan ketika mereka memasuki suatu bidang di mana laki-laki mendapatkan prioritas dalam kesempatan, kemajuan, dan perlindungan.” (Iodice, Emilio F. “The Passion to Fly and to the Courage to Lead: The Saga of Amelia Earhart–Leading Women into Flight, The Journal of Values-Based Leadership, Volume 12, Issue 2 Summer/Fall 2019, hlm. 16).
Bahkan seorang Amelia Earhart, ikon penerbangan Amerika Serikat, gagal meyakinkan Presiden Hoover untuk meloloskan rancangan amandemen tersebut.
Lahir di Kansas, 24 Juli 1897, Amelia Earhart adalah anak kandung era Victorian yang konservatif dengan banyak larangan yang mengatur kehidupan perempuan.
“Sayangnya saya tumbuh ketika anak perempuan ya tetap anak perempuan. Kendati kegiatan membaca dianggap pantas, tapi banyak kegiatan luar rumah dianggap tidak pantas. Saya suka bermain basket, bersepeda, tenis… Banyak anak laki-laki punya akses mudah untuk berlatih dalam banyak permainan… yang tidak didapatkan anak perempuan… Pakaian perempuan yang berupa rok dan sepatu hak tinggi (setelah anak perempuan tumbuh dewasa) jelas membuat sulit bergerak secara alamiah… Seperti halnya pakaian, tradisi juga menghalangi.” (Earhart, Amelia. The Fun of It. Random Records of My Own Flying and of Women in Aviation, 1933).
The Fun of It terbit setelah Amelia menyelesaikan salah satu penerbangannya yang legendaris, yaitu penerbangan solo selama 19 jam tanpa putus dari Los Angeles di California ke Newark, New Jersey. Itu berarti ia berhasil terbang dari pantai barat ke pantai timur Amerika Serikat, jaraknya 4.508 km, sekitar jarak dari Jakarta ke Papua Nugini.
Pada 24 Agustus 1932, tepat hari ini 89 tahun lalu, Amelia lepas landas dari Los Angeles Municipal Airport sekitar pukul 19.30 dan mendarat keesokan harinya di Newark Municipal Airport pada pukul 11.30. Bersama pesawatnya Lockheed Vega B5 yang ia beri nama “Little Red Bus”, Amelia berhasil mengukir sejarah sebagai perempuan pertama yang melintasi Amerika Serikat. Tiga bulan sebelumnya, ia juga mencatat rekor dengan pesawat yang sama sebagai perempuan pertama yang melintasi Samudra Atlantik, atau orang kedua setelah Charles Lindbergh melakukannya pada 1927. (Snider, Adam, “Flashback Friday: Amelia Earhart Completes Coast-To-Coast Flight”).
Pada awal 1917, Amelia mengunjungi adiknya, Muriel, yang sedang bersekolah di Toronto, Kanada. Kunjungan itu kemudian mengubah masa depannya, dan juga masa depan dunia penerbangan. Ketika itu Kanada sudah ambil bagian dalam Perang Dunia I, sementara Amerika Serikat baru menyatakan terlibat beberapa bulan kemudian. Pemandangan sehari-hari Amelia di Toronto adalah para prajurit yang cacat dan terluka, sebagian terkena Flu Spanyol, sehingga ia memutuskan untuk menjadi perawat dalam program Voluntary Aid Detachment. Ia bekerja di Spadina Military Hospital pada 1918 dari pukul 7 pagi hingga 7 malam.
Ketika itu, Royal Flying Corps Kanada bermarkas di Universitas Toronto. Kampus dipenuhi para kadet penerbangan dan pesawat-pesawat untuk latihan. Di Toronto dan sekitarnya pun terdapat banyak lapangan udara, serta sering diselenggarakan pameran kedirgantaraan. Sepulang kerja, Amelia selalu menghabiskan waktu di lapangan udara, mengamati pesawat dan para pilot.
“Saya rasa, saya bisa bilang bahwa karier penerbangan saya adalah berkat pengalaman saya tinggal di Toronto,” kata Amelia dalam sebuah pidato di The Canadian Club pada 1932.
Sekembalinya Amelia ke Amerika Serikat adalah titik awal upaya mewujudkan hasratnya untuk terbang. Ia memutuskan meninggalkan kampus kedokteran Universitas Columbia di tahun pertama. Pada bulan Desember 1920, Amelia mendapatkan kesempatan pertamanya terbang mendampingi seorang penerbang balap udara, Frank Hawks.
Begitu gempita perayaan tahun baru 1921 usai, Amelia ditemani ayahnya mendatangi Kinner Airplane & Motor Corporation. Bert Kinner, insinyur mesin pesawat sekaligus pendiri fasilitas penerbangan tersebut, memperkenalkan Amelia kepada Neta Snook, manajer lapangan udara sekaligus instruktur penerbangan.
“Saya ingin terbang,” kata Amelia kepada Neta.
Neta, ahli mekanik pesawat dengan baju bengkel yang lusuh, mulanya tak percaya bahwa gadis muda dengan syal sutra melingkar di leher dan bersarung tangan putih itu serius ingin belajar terbang. Penampilan Amelia tak terlalu meyakinkan. Tetapi Neta mengiyakan, dengan biaya satu dolar per menit. Amelia setuju dan menyatakan bahwa ia akan membayar dengan Liberty Bonds—surat utang pemerintah AS di masa perang untuk membiayai Sekutu dalam Perang Dunia I.
Pelajaran terbang pertama Amelia langsung dimulai keesokan harinya. Amelia datang menemui Neta mengenakan celana berkuda, jaket, dan sepatu bot bertali. Buku aeronautika yang ia pinjam dari perpustakaan menggantikan sarung tangan putih di tangannya. Amelia siap menerima pelajaran dari Neta Snook, salah satu perempuan pertama yang lulus dari sekolah pilot Glenn Curtiss School. Neta mengajar Amelia selama dua tahun, dan karena hanya satu tahun lebih tua dari Amelia, mereka pun segera menjadi kawan akrab. (Rich, Doris L. Amelia Earhart. A Biography. 2010).
Kelak, Amelia menjadi penerbang yang sangat membanggakan Neta Snook. Berbagai rekor penerbangan yang ia torehkan menjadikannya ikon dan selebritas, yang ia manfaatkan untuk membangun landasan bagi perempuan-perempuan muda terbang menggapai cita-cita.
Ia adalah presiden pertama The Ninety Nines, organisasi internasional pilot perempuan yang dibentuk pada 2 November 1929. Prestasi Amelia dan perjuangan gigihnya berhasil membentangkan landasan pacu bagi gadis-gadis muda yang ingin menjadi penerbang. Kelak pada Perang Dunia II, sebanyak 1.100 penerbang perempuan dari Women Airforce Service Pilots (WASP) bertugas dalam perang, termasuk menerbangkan pesawat pengebom B-26 dan B-29.
Namun, Amerika Serikat ternyata membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk dapat menjamin dalam konstitusinya bahwa perempuan memiliki hak setara dengan laki-laki. Amandemen “Lucretia Mott Amendment” atau kini disebut ERA (Equal Rights Amendment) yang digagas sejak 1923 dan turut diperjuangkan Amelia pada 1928, baru berhasil disetujui Kongres pada 1972. Karena amandemen konstitusi mensyaratkan ratifikasi dari dua per tiga negara bagian, maka diperlukan 38 negara bagian untuk menjadikan amandemen tersebut sah.
Sejak 1972, negara bagian demi negara bagian meratifikasi ERA. Virginia adalah negara bagian ke-38 yang meratifikasi ERA pada 15 Januari 2020, hampir seabad ketika tuntutan kesetaraan disampaikan di hadapan Kongres.
Tetapi Amelia Earhart tidak merasa perlu menunggu ERA diratifikasi 38 negara bagian untuk mewujudkan mimpinya terbang keliling dunia. Pada 20 Mei 1937, bertolak dari California, Amelia memulai perjalanan akbarnya ke timur. Termasuk dalam rutenya adalah keberangkatan dari Bandung ke Surabaya pada 24 Juni, lalu berangkat dari Kupang ke Australia pada 28 Juni 1937. Amelia tercatat mendarat di Lae, Papua Nugini, pada 29 Juni 1937. Rute selanjutnya adalah ke Pulau Howland di Pasifik, kemudian ke Hawaii, sebelum akhirnya kembali ke California.
Amelia Earhart tidak pernah mendarat di Pulau Howland. Ia dinyatakan meninggal in absentia pada 5 Januari 1939, setelah 2 tahun pencarian sejak ia hilang di udara pada 2 Juli 1937.
Editor: Irfan Teguh Pribadi