Menuju konten utama

Ambisi Google di Ranah Perangkat Keras

Rabu, 4 Oktober 2017, Google meluncurkan perangkat keras terbaru dan makin serius menjadi kompetitor duopoli Apple-Samsung.

Ambisi Google di Ranah Perangkat Keras
Google Pixelbook. FOTO/Youtube

tirto.id - Sundar Pichai mengajak semua yang hadir untuk bersimpati sejenak kepada para korban penembakan Las Vegas dan badai Maria yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Suaranya pelan dan sendu. Sesaat kemudian, ia menampilkan slideshow soal tiga fokus perusahaannya dalam menghadapi gemuruh persaingan gawai zaman kiwari: kecerdasan buatan, perangkat lunak, dan perangkat keras.

Pagi itu waktu setempat, Chief Executive Officer Google Inc. tersebut membuka acara peluncuran produk terbaru perusahaannya. Kali ini, Google meluncurkan produk-produk perangkat keras yang semuanya dilengkapi dengan kecerdasan buatan.

Baca juga:

Acara yang dihelat 4 Oktober ini memang banyak dinanti-nanti para pecinta Google dan kritikus di seluruh dunia. Sejak tiga bulan sebelumnya, publik sudah menanti-nanti kejutan dari Google. Pertanyaan mereka berkisar pada: langkah-langkah apa lagi yang diambil Google untuk meramaikan persaingan pasar perangkat keras?

Ada delapan produk perangkat keras yang diluncurkan Google pagi itu. Semua produk tersebut mencerminkan betapa obsesifnya Google dengan Artificial Intelligence. Salah satu terobosan yang paling terlihat ada dalam produk Google Pixel Buds, earphone nirkabel yang bisa menerjemahkan suara lawan bicara secara langsung—ini untuk pertama kalinya di dunia.

Baca juga:

Produk lain yang membawa terobosan baru adalah sebuah kamera mini yang bisa terkoneksi langsung dengan ponsel. Jangan salah paham, kamera ini bukan sejenis action camera atau Go Pro, melainkan sebuah kamera yang secara otomatis mampu menjepret dan merekam momen-momen terbaik tanpa perlu menyentuhnya. Namanya: Google Clips.

Produk yang banyak dinanti tentu saja sepasang smartphone yang menjadi suksesor Google Pixel dan Pixel XL. Di acara itu, Wakil Presiden Bidang Manajemen Produk Mario Queiroz memperkenalkan Google Pixel 2 dan Google Pixel 2 XL.

Setahun belakangan, Google memang terus melakukan inovasi dan perbaikan dalam produk ponsel pintar mereka. Beberapa kekurangan yang terdapat pada generasi awal Pixel dibenahi dengan hati-hati. Salah satunya pada kamera.

Baca juga: Saling Menunggangi Merek di Android Oreo

Tahun lalu, tiga pekan setelah Google Pixel diluncurkan, sempat ada keluhan soal flare pada foto hasil jepretan kameranya. Google, raksasa mesin pencari yang mengandalkan algoritma, menawarkan solusi bagi cacat produk itu: diselesaikan dengan “rumus matematika ajaib”. Tentu saja ini menjadi bahan tertawaan para kritikus. Bagaimana mungkin cacat hardware diselesaikan dengan algoritma.

Belajar dari kejadian itu, Google makin serius memperbaiki kualitas kamera pada Google Pixel 2. Hasil pengujian yang dilakukan DxOMark Mobile menghasilkan ponten 98 untuk kamera Pixel 2 dari skala 0-100. Artinya, hampir sempurna untuk kategori smartphone camera. Skor ini melampaui Apple iPhone 8 dan Samsung Galaxy S8.

Sementara itu, untuk meramaikan persaingan laptop, Google meluncurkan Pixelbook. Laptop convertible ini sebenarnya bukan barang yang benar-benar baru bagi Google. Perusahaan ini sebelumnya pernah mengeluarkan laptop bernama Google Chromebook Pixel (2014) dan Google Chromebook Pixel 2 (2015).

Dua laptop pendahulu tersebut, yang menggunakan sistem operasi Chrome OS, terhitung gagal di pasaran karena harganya dinilai terlalu tinggi. Sebagian besar konsumen lebih memilih laptop Chrome OS yang diproduksi produsen lain semisal Samsung atau Lenovo lantaran harganya lebih terjangkau.

Tapi tahun ini Google berani mengeluarkan laptop lagi, dengan harga yang tetap premium. Google bahkan memodifikasi sistem operasinya agar kompatibel dengan fitur-fitur Android. Beberapa bulan lalu memang sempat beredar desas-desus soal upaya Google untuk mengawinkan Chrome OS dengan Android. Isu tersebut menyatakan, sistem operasi hasil perkawinan itu akan diberi nama “Andromeda”.

Pekan ini Google membuktikan, Andromeda adalah desas-desus belaka. Ya, Pixelbook memang dilengkapi dengan Google Play Store sehingga kita bisa mengunduh semua aplikasi Android yang tersedia. Tapi Chrome OS yang terpasang di dalamnya tetap “murni”, tanpa perkawinan dengan Android.

Dikeluarkannya dua ponsel dan laptop kelas premium itu jelas sinyal kuat dari Google untuk bersaing di ranah perangkat keras. Duopoli Apple dan Samsung rupanya mulai mendapat kompetitor yang bisa mengguncang kemapanan.

Baca juga: Bersaing Tak Sehat Para Penguasa Pasar Teknologi

Infografik yang baru dari google

Akusisi dan Keseriusan

Paling tidak sejak enam tahun silam, Google mulai serius menggeluti dunia perangkat keras dengan mengakuisisi Motorola senilai $12,5 milar. Tapi akuisisi itu berubah menjadi kegagalan. Hanya tiga tahun setelahnya, Google menjual Motorola kepada Lenovo dengan harga bantingan: cuma $2,91 miliar.

Belajar dari kegagalan itu, Google semakin berhati-hati dalam persaingan perangkat keras. Jauh sebelum mengeluarkan ponsel pintar sendiri, Google memang sempat meramaikan pasaran laptop dan tablet dengan mengeluarkan Chromebook Pixel dan Pixel C. Tapi jika dilihat dari ukuran penjualan, dua produk itu bukan apa-apa dibanding MacBook dan iPad-nya Apple, atau bahkan dengan Galaxy Tab Samsung.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan pembelajaran atas kegagalan, Google berani memproduksi ponsel sendiri yang diluncurkan tepat 4 Oktober setahun silam. Keberanian Google terutama dipicu bergabungnya Rick Osterloh sebagai Wakil Presiden Bidang Hardware pada April 2016. Osterloh adalah bekas Presiden Motorola yang memiliki portofolio mentereng di dunia bisnis digital.

Setahun setelah meluncurkan ponsel buatan sendiri, Google makin menunjukkan keseriusannya dengan mengakuisisi HTC pada September silam. HTC, produsen telepon pintar yang berbasis di Taiwan, sesungguhnya bukan mitra baru bagi Google. Mereka sudah lama berkongsi, saling mengisi di wilayah software dan hardware. Ingat, ponsel Android pertama di dunia diproduksi oleh HTC pada 2008, ketika iPhone baru setahun diluncurkan dan Blackberry sedang jaya-jayanya.

Maka, akuisisi bernilai $1,1 miliar itu tentu saja dinilai sebagai jalan terbaik sekaligus langkah raksasa. Ini juga menunjukkan betapa Google sudah siap bersaing dengan para penguasa hardware yang sudah mapan di pasaran.

Baca juga:

Dengan penuh optimisme, Rick Osterloh berkomentar soal akuisisi tersebut. "Kesepakatan strategis ini jauh berbeda [dibanding pembelian Motorola]. Kami sekarang benar-benar tahu apa yang kami butuhkan. Kami menghendaki kemampuan teknis yang lebih dalam, dan kami paham tim HTC ini sungguh hebat," ujarnya.

Ia juga secara tidak langsung menegaskan ambisi Google dalam dunia digital: “Menciptakan produk-produk ciamik yang bisa diandalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari adalah perjalanan tersendiri, dan kami sedang berinvestasi untuk jangka panjang.”

Komentar Osterloh tersebut sudah selayaknya membuat Apple dan Samsung bersiap diri.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ivan Aulia Ahsan
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti