Menuju konten utama

Bagaimana Google Hingga Facebook Membuka Data Pengguna?

Demi alasan memecahkan kasus kriminal dan sejenisnya pemerintah di banyak negara sering meminta data pada perusahaan teknologi seperti Google, Facebook hingga Apple.

Bagaimana Google Hingga Facebook Membuka Data Pengguna?
Ilustrasi data yang diminta oleh pemerintah. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Aktivitas digital sehari-hari pengguna internet seperti berkirim email, mengunggah foto di akun media sosial, memesan ojek online saat berangkat kerja dan sebagainya semuanya tersimpan dalam pusat data perusahaan teknologi bersangkutan. Satu saat data-data ini bisa dibuka dan dibagi bila ada permintaan dari pihak luar untuk kepentingan investigasi pemerintah khusus mengungkap kasus kriminal.

Pada Sabtu (28/9/2017) Google merilis laporan transparansi atas permintaan data yang dilakukan pemerintah. Selama Januari-Juni 2017, tercatat ada 48.941 permintaan yang dilakukan pemerintah di seluruh dunia yang berimplikasi pada 83.345 akun pengguna layanan Google.

David Drummond, Senior Vice President dan Chief Legal Officer Google, dalam publikasi di blog resmi raksasa mesin pencari itu mengatakan bahwa umumnya data-data yang diminta oleh pemerintah atas layanan-layanan di Google adalah: kata kunci pencarian yang pernah dilakukan, isi dalam Gmail, dokumen-dokumen online yang termuat di Google Docs, foto-foto yang diunggah di Photo, serta data-data terkait video YouTube.

Namun Google menegaskan persetujuan memberikan data ini telah melalui proses yang sangat hati-hati agar sesuai dengan ketentuan hukum dan kebijakan Google dalam hal privasi pengguna. Pihak Google juga sering membatasi ruang lingkup permintaan data, dan bisa menolak bila data yang diminta terlalu luas. Selain itu, segala permintaan data yang diminta pemerintah wajib dinyatakan dalam surat resmi dan ditandatangani pejabat terkait.

Laporan transparansi yang diungkap Google pada akhir pekan lalu merupakan laporan dengan jumlah permintaan paling tinggi hingga saat ini. Jumlah itu meningkat dibandingkan laporan permintaan data dalam rentang Juli-Desember 2016. Pada saat itu tercatat ada 45.550 permintaan yang terkait dengan 74.074 akun pengguna layanan Google.

Baca juga: Bisakah Data Pribadi Kita Aman?

Selain lebih tinggi dibandingkan enam bulan sebelumnya, laporan Januari-Juni 2017 bahkan tiga kali lebih tinggi dibandingkan laporan pada periode yang sama setahun sebelumnya. Pada Januari-Juni 2016 tercatat ada 15.744 permintaan data yang dilakukan pemerintah yang terkait dengan 25.342 akun pada layanan Google.

Khusus bagi Indonesia, dalam rentang Januari-Juni 2017, tercatat ada 7 permintaan dari pemerintah yang diajukan pada Google. Meningkat dibandingkan periode enam bulan sebelumnya yang hanya 5 permintaan data.

Adapun perusahaan lainnya yang sering diminta data pengguna oleh pemerintah adalah Apple. Dari bulan Januari-Juni 2017, perusahaan yang terkenal dengan smartphone iPhone ini telah menerima 30.814 permintaan dari pemerintah atas 233.052 perangkat bikinan Apple seperti iPhone. Tercatat, dari segala permintaan ini tak ada satupun yang berasal dari pemerintah Indonesia. Data-data yang dimintai dari Apple oleh pemerintah antara lain: Registrasi Perangkat, Log data transaksi Apple Store, Ekstraksi data dari perangkat yang terkunci, Apple ID, iMessage, dan lainnya.

Berbeda dibandingkan Google, permintaan data oleh pemerintah terhadap Apple cenderung turun. Padahal, di periode yang sama pada 2016, Apple menerima permintaan dari pemerintah sejumlah 33.006 kali yang berimplikasi terhadap 261.934 perangkat. Pada data yang dipublikasikan Januari-Juni 2016, Apple mendapatkan 1 permintaan atas 5 perangkat bikinan Apple dari pemerintah Indonesia.

Selain Apple dan Google, perusahaan teknologi lain seperti Facebook melakukan hal serupa. Pada rentang Juli-Desember 2016, terdapat 64.279 permintaan pemerintah yang terkait dengan 93.878 akun di media sosial paling populer sedunia itu. Dari jumlah itu, tercatat 9 permintaan berasal dari Indonesia, terkait dengan 12 akun media sosial Facebook.

infografik permintaan data pemerintah

Jejak-jejak data digital para pengguna layanan dari perusahaan teknologi barangkali tak disadari oleh penggunanya. Padahal setiap hari, data-data itu berseliweran dan terekam dengan baik oleh perusahaan terkait.

Muhammad Habib ur Rehman, Chee Sun Liew, teh Ying Wah, Junaid Shuja, dan Badak Daghighi dalam jurnal berjudul “Mining Personal Data Using Smartphones and Wearable Devices: A Survey” mengungkap bahwa saban hari tercipta ribuan bahkan jutaan data digital dari para pengguna layanan atau produk teknologi.

Baca juga: Memahami Banyak Hal dengan Big Data

Android misalnya, yang mencakup beragam sensor seperti: on-board accelerometers, GPS, magnetometers, kamera, kompas. Sensor-sensor itu berguna untuk menjaring data dari pengguna Android. Data-data yang dihasilkan disebut dapat dieksploitasi untuk berbagai keperluan.

Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa sumber data terbagi menjadi tiga lokasi. Sensor, User Interface, dan Device-resident. Sensor menghasilkan data seperti data denyut jantung, temperatur, lokasi GPS, dan sebagainya. User Interface menghasilkan data seperti pola keyboard yang ditekan, ataupun masukan kata kunci tertentu. Sementara Device-resident menghasilkan data seperti log (catatan) komunikasi, log penggunaan aplikasi, dan sejenisnya. Data-data ini, dikatakan mampu menebak personalisasi seorang pengguna layanan.

Yoram Bachrach dalam jurnalnya berjudul “Personality and Patterns of Facebook Usage” mengungkapkan bahwa dari 180.000 pengguna Facebook yang ia teliti, terdapat korelasi yang sebangun antara kepribadian individu dengan data-data yang termuat di akun Facebooknya.

Bachrach, sebelum melakukan kesimpulan dalam penelitian itu, lebih dahulu mengumpulkan data-data Facebook seperti jumlah pertemanan, foto yang diunggah, acara yang dikunjungi, grup yang diikuti, dan berapa kali si pengguna di-tag foto oleh temannya.

Di Indonesia, data digital juga umum digunakan untuk beragam kepentingan tertentu, termasuk mempermudah pelanggan. Go-Jek misalnya, perjalanan pesanan yang dilakukan pelanggan dapat digunakan oleh pihak Go-Jek untuk menebak ke mana pelanggannya akan pergi.

“Untuk menebak itu saja kami punya delapan orang, mahal-mahal lagi [gajinya],” kata Nadiem Makarim, pendiri sekaligus CEO Go-Jek.

“Kalau kami bisa menebak, Anda enggak perlu banyak klik. Semakin sedikit klik, Anda makin senang dan semakin adiktif [dengan aplikasi Go-Jek],” kata Nadiem.

Go-Jek memiliki data digital pelanggannya dengan cukup beragam. Data pribadi, rekam jejak perjalanan, jenis makanan yang dibeli, daftar belanja, jenis obat yang digunakan, jadwal pijat, hingga jadwal mencuci kendaraan merupakan data-data yang dihasilkan pelanggannya dan disimpan oleh Go-Jek.

Baca juga: Bagaimana Data Pengguna Memberi Untung Bagi Go-Jek

Ini membuktikan data-data digital yang terekam rapi oleh perusahaan teknologi sebagai sumber informasi yang sangat berharga, selain bisa dimanfaatkan oleh pemerintah juga untuk kepentingan bisnis perusahaan bersangkutan.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra