Menuju konten utama

Amazon, Juara di Dunia Kalah di Cina

Amazon semakin amazing. Kinerjanya terus meningkat, ditopang oleh perkembangan bisnis cloud computing. Sayangnya, kinerja Amazon hanya perkasa di Amerika. Di Cina, Amazon gagal total dan menyerah kalah atas Alibaba dan JD.

Amazon, Juara di Dunia Kalah di Cina
Logo Amazon dinding mengkilap hitam di mal California 11 oktober 2015. Amazon adalah internasional perusahaan perdagangan elektronik Amerika dan pengecer online terbesar dunia.

tirto.id - Amazon semakin perkasa. Penjualannya terus menanjak sehingga harga sahamnya terus melonjak. Perkembangan ini membuat sang pendiri, Jeff Bezos semakin kaya raya. Hartanya bertambah 1,3 miliar dolar dalam sehari. Ia pun sukses melampaui Warren Buffet dari sisi kekayaan.

Pada 2015, Amazon berhasil mencetak pendapatan 107 miliar dolar, atau naik hingga 20,2 persen. Labanya mencapai 596 juta dolar. Pendapatan itu hampir setara dengan cadangan devisa Indonesia yang sebesar 110 miliar dolar.

Pendapatan dan laba Amazon semakin mengesankan di 2016. Pada kuartal II, Amazon melaporkan labanya mencapai 857 juta dolar atau 1,78 dolar per saham. Ini merupakan loncatan jika dibandingkan dengan laba 92 juta dolar atau 19 sen per lembar saham setahun yang lalu.

Pada periode kuartal II, pendapatan melonjak hingga 31 persen menjadi 30,4 miliar dolar. Hasil ini melampaui estimasi analis yang hanya memperkirakan pendapatan 29,55 miliar dolar.

“Amazon mulai membuktikan keuntungannya,” kata Mark Mahaney, analis dari RBC Capital Markets, seperti dikutip dari NY Times.

Ditopang AWS

Dari pendapatan itu, Amazon Web Services (AWS) memberikan sumbangan terbesar. AWS menyumbang pendapatan hingga 2,88 miliar dolar. Ini merupakan kenaikan hingga 58 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015, sekaligus capaian kuartalan terbaik dalam sejarah Amazon.

Pencapaian ini hanya sedikit di bawah laba dari bisnis ritel di Amerika Utara. Semua lini usaha Amazon menghasilkan keuntungan. Namun, lini bisnis cloud computing, AWS mencatat pertumbuhan terbesar.

Amazon sempat mengalami perkembangan yang tidak muda. Berbeda dengan Google dan Facebook yang dengan mudah bisa mendapatkan laba berkesinambungan dari iklan, tidak demikian dengan Amazon. Margin laba yang tipis dari bisnis ritel membuat keuntungan mereka segera sirna apabila melakukan investasi besar-besaran. Bertahun-tahun Amazon berjuang menghadapi kinerja yang terus turun, hingga AWS menyelamatkannya.

Amazon sebenarnya sudah meluncurkan AWS sejak 2006. Namun, ketika itu bisnis cloud computing belum terlalu booming. AWS menemukan pijakannya dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mendorong kinerja Amazon. Tanpa bersusah payah membangun gudang yang lebih besar, atau memperbaiki infrastruktur sehingga pengiriman lebih cepat, Amazon berhasil meraup laba lebih besar dengan AWS. Kini, Amazon merupakan pemimpin di bisnis cloud computing, melampaui Microsoft dan Google.

Dalam bisnis cloud computing ini, Amazon harus bersaing dengan Alibaba, Baidu, Google, IBM, Microsoft, Oracle, dan Vmware.

Persaingan dengan Alibaba

Layaknya perusahaan lain, Amazon juga mencoba mengincar pangsa pasar Cina yang sedemikian besar. Dengan penduduk lebih dari 1 miliar jiwa, Cina adalah harapan baru untuk ekspansi usaha. Sayangnya, perkembangan Amazon di Cina tidak lah mudah. Amazon boleh jadi digdaya di Amerika dan juga di berbagai belahan dunia, tapi tidak di Cina.

Amazon Cina merupakan e-commerce asing pertama yang diperbolehkan menjalankan bisnis di negara komunis tersebut. Namun, perjuangannya tidak mudah karena harus berhadapan dengan Alibaba dan JD.com.

Dari sisi pendapatan, Amazon memang masih mengalahkan Alibaba. Pendapatan Amazon pada 2015 mencapai 107 miliar dolar di seluruh dunia. Sementara pendapatan Alibaba Grup mencapai 101,143 juta yuan atau sekitar 12,23 miliar dolar.

Namun, pangsa pasar Cina adalah milik Alibaba. Tmall milik Alibaba menguasai 58 persen pangsa pasar e-commerce di Cina. JD.com berada di peringkat dua dengan penguasaan pasar hingga 20 persen, sementara Amazon hanya kebagian1,1 persen. Secara pertumbuhan bisnis di Cina, Amazon kalah jauh dari Alibaba.

Meski demikian, Amazon tidak berkecil hati. Berbekal namanya yang sudah kuat di pasar internasional, Amazon berhasil mendapatkan pangsa pasarnya tersendiri di Cina. Ceruk niche market yang dikuasai Amazon di Cina cukup kuat. Mereka adalah orang-orang Cina yang menyukai barang-barang dari luar negeri.

“Jika Anda bukan pemain terbesar, maka Anda perlu bertahan dari pasar yang tersisa dengan memiliki sesuatu yang hanya Anda yang bisa memberikannya,” kata Doug Gurr, pimpinan Amazon Cina, seperti dilansir dari Caixin.

Sejauh ini, strategi tersebut berhasil. Konsumen yang memesan barang-barang dari luar negeri melalui Amazon Cina terus meningkat jumlahnya. Amazon tetap bahagia meski hanya kebagian sedikit pasar. Untungnya, kinerja Amazon secara global masih terselamatkan oleh lini bisnis lainnya.

Baca juga artikel terkait AMAZON atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti