Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah Teknologi Pemindai Wajah Bisa Mengenali Status Vaksinasi?

Sistem pemindai wajah sudah lama digunakan untuk memudahkan akses publik dan tidak ada hubungannya dengan vaksinasi.

Benarkah Teknologi Pemindai Wajah Bisa Mengenali Status Vaksinasi?
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Pada bulan Desember 2021, sebuah unggahan mengenai cara pengenalan status vaksinasi seseorang melalui teknologi pemindai wajah tersebar di media sosial Facebook. Unggahan tersebut dibagikan oleh akun bernama Tanda Tanda Kedatangan Yesus (tautan, arsip). Unggahan berbentuk video berdurasi 6:52 menit itu beredar sejak 9 Desember 2021.

Menurut akun tersebut, semua orang yang divaksinasi tidak perlu lagi menggunakan QR Code melalui telepon genggam mereka jika ingin berbelanja, pergi ke mal atau ke supermarket, atau bepergian dengan pesawat, karena QR Code tersebut sudah ada di wajah dan tangan orang-orang yang telah divaksin. Akun ini pun tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana QR Code tersebut bisa tiba-tiba terdapat pada wajah atau tangan orang yang divaksin.

Dalam video yang diunggah, salah satu narasi yang disampaikan bahwa pembayaran untuk mengakses layanan bus rapid transit di Jakarta, Transjakarta, misalnya, tidak lagi menggunakan QR Code, melainkan melalui teknologi facial recognition atau pengenalan wajah secara digital. Beberapa footage lain dari video juga menunjukkan orang-orang yang melakukan pemindaian wajah di berbagai tempat. Beberapa terlihat diambil di luar negeri, dan ada pula footage anak sekolah yang menggunakan fasilitas pemindai dan pengenalan wajah secara digital ini.

Periksa Fakta Pemindai QR Code

Periksa Fakta Pemindai Wajah Hingga QR Code Yang Tidak Berhubungan Dengan Vaksin. (Screenshot/Facebook/Tanda Tanda Kedatangan Yesus)

Video ini juga memaparkan bahwa hanya orang-orang yang telah menerima vaksinasi dan memiliki sertifikat vaksin saja yang bisa beraktivitas seperti melakukan transaksi jual beli, pergi ke mal, naik pesawat, dan secara umum menikmati layanan "tatanan dunia baru". Terakhir, narasi ini dikaitkan dengan teori konspirasi bahwa hal ini telah direncanakan oleh Bill Gates.

Video ini telah mendapatkan sebanyak 284 reaksi dari pengguna Facebook lain, 92 komentar, dan telah dilihat sebanyak 2.400 kali per 21 Desember 2021.

Lalu, bagaimanakah penjelasan dari footage-footage yang diambil video ini?

Penelusuran Fakta

Tirto mengecek video yang diunggah oleh akun Facebook Tanda Tanda Kedatangan Yesus melalui alat pengecekan video InVid. Alat ini dapat memecah durasi video berdasarkan keyframe. Kami lalu menelusuri satu per satu gambar yang digunakan oleh akun Facebook tersebut untuk mendukung narasinya.

Keyframe pertama menunjukkan fitur baru yang disediakan Transjakarta dalam bentuk akses masuk dengan menggunakan facial recognition. Video yang diunggah akun Facebook tidak menjelaskan secara spesifik apa guna alat pemindai wajah di layanan Transjakarta.

Tirto lalu mencari informasi terkait fitur baru ini dan menemukan sebuah video dari akun YouTube bernama Aboico (tautan) yang diunggah pada 30 Agustus 2021. Video yang bagian-bagiannya juga dimasukkan ke video unggahan di Facebook ini berjudul “Naik Bis Makin Mudah Pakai Face Recognition TransJakarta”. Video tersebut telah ditonton sebanyak 7,9 ribu kali per 21 Desember 2021.

Sebagai tambahan informasi, akun Aboico biasa mengunggah video terkait kehidupan urban di Jakarta. Akun ini memiliki 76 ribu subscriber. Terkait video yang diunggah Aboico, video tersebut memaparkan fitur tambahan di dalam aplikasi Transjakarta, Tije, yakni bukti pembayaran dan akses masuk dengan menggunakan face recognition, untuk melengkapi fitur yang telah tersedia sebelumnya, yakni bukti pembayaran lewat QR Code.

Cara penggunaannya sendiri cukup sederhana, pengguna dapat mengunduh aplikasi Tije pada smartphone masing-masing, kemudian mendaftarkan diri dan mengunggah foto wajah di profil akun dalam aplikasi tersebut. Setelah itu, pengguna dapat membeli tiket seperti biasa melalui aplikasi. Bedanya, ketika memasuki pintu otomatis Transjakarta, alih-alih menggunakan QR Code, mesin pemindai wajah akan bisa langsung melakukan otorisasi pembayaran dengan facial recognition dan akan langsung membuka pintu begitu wajah dikenali oleh sistem.

Meski begitu, pengguna fitur ini juga perlu mengetahui halte mana yang sudah memiliki fitur face recognition. Menurut video Aboico, fitur ini baru mulai diuji coba pada September 2021 di halte Transjakarta CSW di Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru.

Perlu diketahui, video Aboico tidak mengaitkan antara fitur facial recognition ini dengan status vaksinasi pengguna.

Tirto juga sempat mewawancarai seorang warga Jakarta, Lydia (22), yang baru-baru ini menggunakan layanan Transjakarta.

Lydia bilang kepada Tirto pada Senin (20/12/2021) melalui pesan singkat bahwa pembayaran yang ia lakukan masih menggunakan e-money. Sementara untuk masuk halte sendiri tetap harus menggunakan aplikasi PeduliLindungi dan cek suhu tubuh, terpisah dari metode pembayaran.

Ketika ditanya apakah ia memakai aplikasi Tije, ia menjawab, “Nggak pake itu sih."

Bagian video selanjutnya yang juga menunjukkan teknologi penggunaan facial recognition adalah sebuah program identifikasi digital baru yang diluncurkan maskapai Amerika Serikat (AS), Delta Air Lines, untuk pengecekan Transportation Security Administration, atau biasa disebut TSA Precheck. Fitur identifikasi dengan wajah ini diluncurkan Delta Air Lines di Hartsfield-Jackson Atlanta International Airport di negara bagian Georgia di AS.

Menurut penjelasan Delta, penumpang bisa memilih untuk menggunakan identifikasi wajah untuk melakukan pengecekan tas, pengecekan keamanan, dan juga boarding penerbangan domestik. Untuk menggunakan fitur ini, penumpang harus memasukkan nomor paspor mereka, yang di dalamnya terdapat nomor identitas dan foto paspor. Program ini sendiri merupakan opsi pilihan bagi penumpang penerbangan domestik.

Dengan melakukan pemindaian wajah ini, penumpang dapat memperoleh label bagasi dan lanjut ke TSA Precheck, juga dengan pemindaian wajah, tanpa perlu identifikasi tambahan, dan bahkan bisa melakukan boarding dengan teknologi yang sama.

Sekali lagi, penggunaan pemindaian wajah atau facial recognition ini adalah pilihan bagi penumpang pesawat domestik. Delta Air Lines tidak mengaitkan fitur ini dengan status vaksinasi penumpangnya.

Lebih lanjut, fitur pemindaian wajah juga direncanakan untuk semakin diperluas penggunaannya bagi warga negara asing yang berkunjung ke Amerika. Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS telah mengajukan perluasan signifikan dalam kewenangannya untuk melakukan pengenalan wajah di bandara. Pada 19 November 2020, agensi tersebut mengajukan permohonan ke pemerintah federal (Federal Register) untuk memperluas fitur biometrik ini ke seluruh bandara dan juga perbatasan darat (land border).

Sebagai informasi tambahan, fitur identifikasi biometrik telah diberlakukan sejak 2017 di beberapa pintu masuk (bandara) di Amerika. Namun, pihak bea cukai sudah terbuka soal perluasan penggunaan fitur ini sejak lama, seperti yang dilaporkan The Verge.

Pihak Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan mulai menguji sistem pemindaian wajah di Bandara Dulles pada 2015, kemudian memperluas pengujian ke Bandara JFK New York pada 2016. Sistem check-in dengan menggunakan teknologi ini juga muncul di Bandara Internasional Ottawa di Kanada pada musim semi 2017. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pemindai wajah di bandara tidak terkait dengan vaksinasi, malah telah diberlakukan jauh sebelum itu.

Melanjutkan analisis keyframe video Facebook, beberapa footage video menunjukkan produk pemindai wajah yang justru digunakan untuk mengecek suhu tubuh. Kedua produk tersebut adalah UNV Heat Tracker yang diproduksi TERATEK, perusahaan elektronik yang terdapat di Rusia.

Selanjutnya, video dari akun Facebook Tanda Tanda Kedatangan Yesus menunjukkan anak-anak yang menggunakan alat pemindai wajah. Berdasarkan pengecekan melalui Invid, sistem ini diterapkan di sebuah sekolah di Tiongkok. Video lengkap terkait hal itu dapat dilihat di sini dan sini. Sistem pemindai wajah berlaku untuk mengetahui keluar masuknya siswa di sekolah. Sistem ini juga memberi tahu wali murid apabila anak-anak telah sampai di sekolah. Unggahan media sosial terkait sistem pemindai wajah di sekolah Tiongkok telah beredar sejak 2019, beberapa waktu sebelum pandemi COVID-19.

Lalu, keyframe terakhir dari video Facebook menunjukkan sistem pembayaran dengan telapak tangan yang diberlakukan Amazon. Teknologi ini dinamakan Amazon One, teknologi yang memungkinkan pelanggan membayar di toko dengan memindai telapak tangan mereka. Fitur ini sendiri sudah diberlakukan di cabang Amazon di Seattle, sebuah kota di negara bagian Washington State, seperti dilaporkan The Verge pada Maret 2021.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa narasi yang disebarkan melalui akun Facebook Tanda Tanda Kedatangan Yesus sama sekali tidak terkait dengan vaksinasi. Tirto telah menelusuri informasi mengenai fitur baru Transjakarta, sistem yang diberlakukan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan Amerika, sistem yang digunakan sekolah di Tiongkok, hingga sistem pembayaran Amazon. Informasi yang disampaikan akun Facebook tersebut bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6288223870202 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty