Menuju konten utama

Alternatif Kata 'Jangan' untuk Mendidik Anak dan Kenapa ia Penting

Para orang tua penting untuk mencari alternatif kata 'jangan' untuk mendidik anak-anak. Pilihan kata bisa berpengaruh pada psikologi anak.

Alternatif Kata 'Jangan' untuk Mendidik Anak dan Kenapa ia Penting
Ilustrasi Anak Berkebun. foto/istockphoto

tirto.id - Semua kata-kata yang diterima anak sejak kecil akan sangat terekam di otak anak sampai anak itu beranjak menjadi dewasa. Terutama periode umur 2 sampai 5 tahun.

Fase itu menjadi masa eksplorasi bagi anak, saat si kecil seperti seorang penjelajah yang merasa ingin tahu banyak hal. Maka itu, pada fase ini, anak menjadi sosok aktif dan berpotensi menyerap banyak pengetahuan.

Fase tersebut juga bisa menjadi pondasi penting bagi rasa percaya diri anak. Namun, sayangnya banyak orang tua yang tidak memahami bahwa pada fase tersebut anak sedang berperan sebagai penjelajah yang menyerap aneka pengetahuan.

Tidak jarang, orang tua yang melarang anak untuk melakukan sesuatu, dengan mengatakan kata “Jangan!”

Mengutip KBBI Kemdikbud, kata “Jangan” merupakan kata yang menyatakan melarang, berarti tidak boleh; hendaknya tidak usah.

Padahal, penggunaan kata “Jangan” pada waktu yang tidak tepat dapat berdampak negatif pada perkembangan psikososial pada anak.

Anak dapat menjadi sosok penakut, enggan mencoba hal-hal baru, tidak mau berpendapat, dan lain sebagainya.

Psikolog anak dan remaja Saskhya Aulia Prima juga mengingatkan orang tua untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kata "jangan" dan "tidak" kepada anak karena hal itu mempengaruhi masa depan buah hati.

"Ucapkan 'Jangan' untuk hal yang betul-betul tidak boleh dan berbahaya, tetapi kalau dia sedang ingin bereksplorasi, tahan-tahanlah, karena itu akan menentukan apakah anak akan jadi percaya diri dan berani", kata Saskhya, dikutip dari Antara News.

Proses pembentukan mental dan karakter seseorang sudah dimulai sejak usia dini sehingga penting memperhatikan bahkan mengoreksi cara mendidik para orangtua yang mungkin sudah menjadi kebiasaan dan seperti ’warisan’ turun-temurun.

Pendiri Rumah Perubahan Prof. Rhenald Kasali pernah mengeluhkan mental kebanyakan generasi muda Indonesia yang dianggapnya kerap tidak berani mengambil keputusan.

Hal-hal yang berhubungan dengan diri mereka bahkan masa depannya pun sering kali bergantung pada keputusan orang tua.

Seperti dilansir situs Sahabat Keluarga Kemdikbud, Rhenald memperkenalkan konsep self driving yang mengajarkan bahwa setiap orang harus dilatih untuk berani mengambil keputusan sekaligus bertanggung jawab terhadap keputusan yang sudah diambil.

Alternatif Kata 'Jangan' untuk Anak

Kebanyakan orang tua sering terjebak pada praktik yang kurang tepat dalam mengasihi dan melindungi anaknya. Sering kali orang tua menjadi terlalu posesif dan memiliki ketakutan berlebihan akan hal-hal buruk dapat terjadi pada buah hatinya sehingga sering muncul banyak aturan dan larangan yang tanpa disadari, terkadang berlebihan.

Kata “Jangan” menjadi terlalu sering diucapkan orang tua pada si anak. Lebih parah lagi, ketika larangan itu selalu dibarengi dengan ancaman-ancaman menakutkan yang terkadang tidak masuk akal. Contohnya dengan bilang: jangan suka main di luar, karena di luar banyak setan yang suka menculik anak-anak.

Dalam batas kewajaran, aturan dan larangan memang diperlukan untuk menjauhkan anak dari potensi hal-hal buruk dan berbahaya. Namun ketika berlebihan, hal itu justru dapat berdampak negatif pada proses tumbuh kembang anak.

Jika terlalu banyak mendengar kata ”jangan” di masa kecilnya, anak berpotensi tumbuh menjadi pribadi yang selalu ragu, khawatir, bahkan ketakutan dengan hidupnya sendiri.

Oleh karena itu, daripada terlalu banyak menggunakan kata ”jangan," para orang tua sebaiknya lebih fokus mendorong pengembangan diri, mental mandiri, dan keberanian si anak. Hal tersebut akan jauh lebih bermanfaat sebagai bekal bagi masa depan sang buah hati.

Tantangan zaman masa kini dan mendatang tentunya semakin berat. Hanya orang-orang kreatif, cekatan, dan berani mengambil keputusan yang akan mampu bertahan dan menjadi pemenang.

Berikut beberapa kata alternatif yang bisa diucapkan orang tua sebagai pengganti kata “Jangan!” saat berbicara pada anak, seperti dipaparkan dalam situs resmi Ruang Guru PAUD Kemdikbud.

Pertama, Kata “Ayo”

Kata “Ayo” menjadi pilihan kata yang lebih baik daripada kata jangan. Orang tua dapat mengganti kata “Jangan” kepada anak dengan kata “Ayo”.

Misalnya anak sedang bermain bola di ruangan yang banyak benda-benda kaca. Orang tua bisa melarang si anak bermain dengan menggunakan kata Ayo. Contoh: “Ayo main bolanya di halaman ya! Biar bolanya bisa melaju kencang”.

Kedua, Kata “Kalau”

Kata “Kalau” dapat dipilih orang tua mengganti kata "jangan." Misalnya, si anak mencoret-coret tembok rumah dengan crayon sehingga rumah tampak tidak rapi. Sebagai orang tua tentu ingin melarang si anak melakukan kegiatan tersebut.

Orang tua bisa mengatakan ini kepada anak, ucapan seperti ini: “Kalau mau coret-coret, di kertas ya! Pasti gambarnya akan lebih bagus!”

Ketiga, Kalimat “Mau pilih yang mana?”

Kalimat "Mau Pilih yang Mana" dapat mendorong anak menentukan pilihan atas perbuatan yang akan dilakukannya. Di sini peran orang tua adalah menentukan beberapa kata pilihan untuk anak.

Misalnya, si anak menangis karena menginginkan sesuatu. Tentu ketika melihat anaknya menangis orang tua ingin segera anaknya berhenti menangis.

Untuk mengatasi keadaan demikian, orang tua dapat menggunakan kata “Mau pilih yang mana” sebagai pengganti kata "jangan."

Misalnya, ketika anak menangis, orang tua bisa bilang: “Diam ya, nanti ibu berikan sesuatu. Mau pilih yang mana? Menangis atau es krim?”

Baca juga artikel terkait ANAK-ANAK atau tulisan lainnya dari Septiany Amanda

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Septiany Amanda
Editor: Addi M Idhom