Menuju konten utama

Alexandr Wang dan Scale AI: Mengubah Dunia Data demi Data

Alexandr Wang menangkap peluang besar di industri AI dengan mendirikan Scale AI pada usia 19 tahun.

Alexandr Wang dan Scale AI: Mengubah Dunia Data demi Data
Alexandr Wang. Instagram/alexanddeer

tirto.id - Ada satu nama penting dalam dunia kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang barangkali tidak semasyhur mereka yang aktif muncul di muka publik macam Sam Altman. Padahal, tanpa peran orang ini, perkembangan serta pengembangan AI bisa dibilang tidak akan bisa sepesat sekarang.

Sosok yang dimaksud adalah Alexandr Wang. Usianya masih terbilang muda; baru 27 tahun. Namun, berkat peran krusial perusahaan miliknya, Scale AI, dalam pengembangan AI, Wang kini telah menjadi seorang miliarder.

Wang mendirikan Scale AI pada 2016. Mulanya, Scale AI hanya berfokus pada pelabelan serta anotasi data untuk membantu pengembangan kendaraan swakemudi. Simpelnya, yang dilakukan oleh Scale AI adalah memberi label pada objek-objek di sekitar mobil swakemudi supaya AI dalam mobil itu bisa tahu kapan harus jalan, belok, berhenti, dan lain-lain.

Sejak itu, Scale AI telah berkembang menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar yang menyediakan infrastruktur data penting untuk AI generatif (GenAI), model bahasa besar (LLM), bahkan upaya keamanan nasional. Daftar klien mereka pun bisa membikin siapa pun bergidik, mulai dari Meta, Nvidia, OpenAI, sampai Departemen Pertahanan Amerika Serikat alias Pentagon.

Mengawali Karier sebagai Coder Quora

Perjalanan karier Wang bermula saat dirinya masih sangat belia. Pada usia 15 tahun, dia sudah menjadi seorang coder yang sanggup menyelesaikan masalah yang bahkan sulit diatasi engineer berpengalaman. Bakat awal ini membawanya ke peran pembelajaran mesin di Quora. Di situlah, dia mulai bekerja untuk menyelesaikan masalah-masalah AI yang kompleks.

Namun, Wang segera menyadari peluang yang jauh lebih besar yang kala itu diabaikan orang lain. Dia menyadari bahwa industri AI yang berkembang pesat sedang menghadapi masalah mendasar: kebutuhan akan data yang berkualitas tinggi dan terlabel.

Pada pertengahan 2010-an, AI mulai menjadi kekuatan utama dalam teknologi. Mobil swakemudi, asisten virtual seperti Alexa, dan model pemrosesan bahasa alami seperti GPT mulai terbentuk. Namun, di balik semua itu ada proses pelabelan data yang memakan waktu, mahal, dan sering kali tidak akurat.

Itu semua adalah masalah tak kasat mata yang menghalangi potensi penuh AI. Wang lantas menangkap peluang itu dengan mendirikan Scale AI pada usia 19 tahun.

Wang sadar bahwa AI tidak akan berkembang tanpa bantuan manusia. Oleh karena itu, dia kemudian mengerahkan banyak sekali manusia untuk memberi label serta anotasi (komentar, catatan, kritik, dll.) untuk membantu pengembangan pembelajaran mesin (machine learning).

Apa yang dilakukan Wang dengan Scale AI itu lantas berkembang cepat menjadi kekuatan teknologi yang melayani berbagai industri. Cepatnya perkembangan AI generatif seperti ChatGPT membuat Wang kemudian mengalihkan fokus perusahaan. Bahkan, berkat perkembangan AI generatif ini, Scale AI tidak cuma menawarkan jasa pelabelan dan anotasi, tapi juga sudah bisa membuat piranti lunak yang berfungsi sebagai data foundry.

Sederhananya, data foundry adalah koleksi data yang sudah diberi label dan anotasi dalam jumlah sangat besar yang kemudian bisa digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi AI baru.

"Melimpahnya data adalah sebuah pilihan. Untuk itu, diperlukan orang-orang terbaik di bidang engineering, operasional, dan kecerdasan buatan. Visi kami adalah menciptakan kelimpahan data, di mana kami memiliki apa yang diperlukan untuk terus mengembangkan model pembelajaran bahasa besar (LLM). Kami tidak akan pernah kekurangan data sampai GPT-10," ujar Wang dalam sebuah rilis resmi yang kemudian disiarkan ulang oleh Datanami.

Data foundry tersebut mencakup segala sesuatu, mulai dari teks hingga gambar, video, dan data sensor. Dengan mengintegrasikan LLM seperti model GPT dari OpenAI, Scale Data Engine memungkinkan perusahaan untuk memperbesar upaya data mereka secara efisien dan cepat.

Selain itu, Scale AI telah mengembangkan platform GenAI yang dapat membantu perusahaan mengoptimalkan aplikasi LLM melalui teknik lanjutan, seperti retrieval-augmented generation (RAG), metode yang meningkatkan konten yang dihasilkan AI dengan menggabungkan informasi eksternal.

Bukan Sekadar Berburu Dolar

Pada 2024, Scale AI telah mengamankan pendanaan Seri F sebesar US$1 miliar, yang membawa valuasinya menjadi hampir $14 miliar. Investor besar seperti Meta, Nvidia, dan Amazon berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini. Investasi mereka menunjukkan bahwa infrastruktur data Scale AI memang demikian penting dalam lanskap AI yang berkembang pesat.

Dengan pendapatan tahunan yang melebihi $700 juta, Scale AI juga mengincar penawaran umum perdana (IPO) di bursa efek AS.

Visi Wang untuk masa depan sendiri melampaui keberhasilan Scale AI saat ini. Dia melihat dunia di mana AI digunakan untuk menyelesaikan beberapa masalah paling mendesak umat manusia, termasuk perubahan iklim, penemuan obat, dan respons bencana. Scale AI sudah bekerja pada beberapa proyek terkait bidang ini, termasuk keamanan nasional.

Pada 2020, Departemen Pertahanan AS meminta Scale AI untuk membantunya dalam beberapa tugas keamanan nasional yang krusial, di antaranya menganalisis citra satelit, memproses rekaman drone, dan memelihara peralatan militer. Proyek itu menandai ekspansi signifikan bagi Scale AI, menempatkan mereka sebagai pemain kunci di sektor komersial dan pemerintah.

Teknologi Wang sejak itu menjadi integral bagi upaya keamanan nasional AS.

"AI adalah salah satu teknologi yang berpotensi memperkuat semua komponen perang, mulai dari pendistribusian senjata sampai, misalnya, seberapa efektifkah logistik militer kita, seberapa efisienkah kapabilitas intelijen negara ini di area-area seperti keamanan siber?" tutur Wang dalam wawancara dengan Financial Times.

"Sekarang bayangkan sebuah dunia di mana ada sebuah negara, entah Rusia, Tiongkok, atau Uni Emirat Arab, misalnya, yang mampu mentransformasi operasional mereka dengan cepat menggunakan AI. Menurutku, itu sangat mengerikan karena dengan begitu, kita akan memiliki lawan dengan kemampuan yang tidak bisa kita pahami," tambahnya.

Menurut Wang, keterlibatan Scale AI di militer justru merupakan sebuah upaya untuk menghindari terjadinya perang. Saat ini, menurutnya, sedang terjadi perlombaan teknologi seperti halnya perlombaan nuklir pada era Perang Dingin.

Maka, menurut Wang, tujuan akhirnya justru untuk menampilkan deterrence atau gertakan. Secara khusus, yang disoroti Wang adalah Cina yang sudah mengalami kemajuan pesat di bidang teknologi.

Keterlibatan Wang dan Scale AI dengan berbagai perusahaan raksasa, ditambah dengan Pemerintah AS, menunjukkan betapa krusialnya peran mereka dalam progres peradaban manusia saat ini. Di sini, kita tidak cuma bicara soal AI sebagai sebuah teknologi tetapi AI sebagai sebuah jalan keluar dari berbagai masalah yang ada saat ini.

Prosesnya memang baru saja dimulai dan hasilnya barangkali baru akan terlihat puluhan tahun kelak. Namun, dengan fondasi yang kuat, teknologi ini betul-betul bisa akan jadi game changer di masa depan.

Baca juga artikel terkait KECERDASAN BUATAN atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Byte
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi