Menuju konten utama

Alaska Awali Era Musim Panas Tanpa Es

Pemanasan global yang melanda bumi membuat Alaska kehabisan es di permukaan airnya, dan baru bisa ditemukan sejauh 240 kilometer.

Alaska Awali Era Musim Panas Tanpa Es
Ilustrasi kutub utara. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Para Ilmuwan memberikan peringatan tentang pemanasan global setelah Alaska kehabisan es di permukaan airnya. Saat ini lapisan es di Alaska baru bisa ditemukan sejauh 240 kilometer.

Dilansir dari Independent, hal ini diakibatkan oleh suhu terpanas pada Juli lalu yang mengakibatan es di lautan Arktik hanya tersisa 2 juta kilometer persegi di bawah rata-rata.

Para Ilmuwan mengatakan bahwa fenomena ini akan dimulainya musim panas di Arktik tanpa es sepanjang tahun.

Rick Thoman, seorang spesialis iklim di Alaska Center for Climate Assessment and Policy, membuat tulisan di Twitter, “air di Alaska saat ini benar-benar bersih dari es. Diikuti dengan es terakhir yang lepas dan meleleh di pantai Beaufort Prudhoe Bay” kata Rick yang dikutip dari Independent, Rabu (7/8/2019)

Rata-rata bongkahan es laut menurun lebih dari 13 persen per dekade selama 40 tahun terakhir, “Jika dirata-rata penurunan ini sekitar 85.000 kilometer pesegi per tahun.

Ini berarti setiap tahunnya es yang menghilang berukuran lebih besar daripada Skotlandia” kata Ed Blockley, seorang peneliti es laut Arktik pencarian es di laut.

Arktik ini sudah masuk ke tahap mengkhawatirkan. Menurut Professor Peter Wadhams dari Universitas Cambridge, penurunan jumlah es ini tidaklah normal. Bukan tidak mungkin mulai musim panas berikutnya Arktik tidak akan disertai es sama sekali.

Melansir Time, Meteorolog Eric Holthaus mengatakan Arktik mendekati titik dimana tidak bisa disembuhkan, “Kami sudah pergi ke beberapa tempat di mana es tidak ada lagi, padahal sebelumnya tempat tersebut dipenuhi es. Ini merupakan perubahan permanen di Kutub.”

Fenomena ini bisa terjadi karena meningkatnya suhu global yang mencapai 1,5 derajat celcius. Peningkatan ini lebih tinggi dibanding sebelum era industri.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah meperingatkan bahwa konsekuensi dari hal ini adalah manusia akan mengalami peradaban dengan perubahan iklim yang ekstrem sekaligus menghadapi naiknya permukaan air laut.

Dalam waktu dekat, pemanasan suhu lautan mengarah pada perubahan lingkungan dengan masif dan dapat mengancam mata pencaharian masyarakat yang tinggal di pesisir.

Para ahli mengatakan banyak masyarakat pesisir yang memutuskan untuk pindah melihat tingginya kemungkinan pemukiman mereka dilanda banjir rob.

Baca juga artikel terkait PEMANASAN GLOBAL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo