tirto.id - Terdapat alasan psikologis yang membuat orang cenderung suka merekam adegan dewasa yang mereka lakukan.
Meski hanya untuk koleksi pribadi, tindakan ini sangat berbahaya bagi privasi, pasalnya video rekaman berisiko disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Banyak kasus tersebarnya video dewasa yang menghebohkan dunia maya termasuk di antaranya selebritis tanah air, mulai dari Ariel Noah, Gisella Anastasia, hingga yang saat ini tengah viral, video adegan dewasa yang diduga milik Rebecca Klopper.
Video dewasa tersebut meresahakn masyarakat, akibatnya mereka terpaksa harus berhadapan dengan pihak berwajib.
Beberapa tahun silam, Ariel Noah bahkan harus mendekam di balik jeruji besi akibat kasus video dewasa.
Walaupun sudah banyak kasus terkait rekaman video dewasa yang mencuat ke publik, ternyata sebagian orang masih nekat untuk melakukannya. Lantas, apa sebenarnya alasan psikologisnya?
Alasan Psikologis Orang Suka Merekam Adegan Dewasa
Kamna Chhibber, Head of Mental Health, Departement of Mental Health and Behaviour Sciences di Fortis Healthcare mengungkapkan pada laman Times of India bahwa orang yang suka merekam adegan dewasa termasuk ke dalam perilaku fetish seksual.
Lebih lanjut dia menerangkan bahwa merekam adegan dewasa atau seksual sama dengan perilaku katoptronophilia.
Istilah tersebut diambil dari kata bahasa Yunani “katopron” yang berarti cermin dan kata “paraphilia” yang berarti kepuasan seksual yang intens berhubungan dengan perilaku dan objek.
Katoptronophilia adalah istilah psikologis untuk merujuk kepada seseorang yang merasakan gairah kepuasan seksual saat melihat dirinya melakukan adegan dewasa di depan cermin.
Namun dalam hal ini, media cermin diganti dengan rekaman video.
Alasan psikologis mengenai perilaku ini juga dikemukakan oleh Stu Nugent, pakar seks di Lelo pada laman Metro UK, perilaku ini mungkin berhubungan dengan sikap narsis pada diri seseorang.
Merekam adegan dewasa berarti memungkinkan seseorang untuk melihat dirinya sendiri melakukan aktivitas seksual, yang mana akan memuaskan narsisme dalam diri.
Kemudian, Dr Becky Spelman, pakar hubungan di We-Vibe, setuju bahwa mungkin ada tingkat narsisme dalam merekam atau menonton diri sendiri berhubungan seks atau masturbasi.
Namun, ia menjelaskan bahwa hal ini mungkin lebih dalam daripada sekadar ego-sentris, beberapa orang mungkin hanya menemukan kenikmatan seksual pada diri mereka sendiri, bukan pada pasangan mereka.
Dalam beberapa kasus, keinginan untuk melihat diri sendiri terlibat dalam aktivitas seksual di layar dapat melibatkan erotisme otomatis, atau kecenderungan untuk menemukan kenikmatan seksual pada diri sendiri, bukan pada orang lain.
Editor: Dhita Koesno