tirto.id - Tes kepribadian menjadi populer dalam beberapa dekade terakhir. Dilansir dari Live Science setidaknya ada 1,5 juta orang per tahunnya yang melakukan tes kepribadian dengan 88 persen digunakan untuk merekrut orang-orang ke dalam universitas maupun perusahaan.
Ada dua tes kepribadian yang umum dilakukan orang-orang saat ini, yakni MBTI dan tes Ennegram.
Para peneliti percaya bahwa hasil kedua tes itu tidaklah menggambarkan tipe kepribadian seseorang secara akurat, namun bisa memengaruhi bagaimana seseorang bertindak sesuai dengan hasil tes.
Saat ini tes kepribadian tidak hanya dilakukan dengan resmi melalui lembaga tertentu, namun juga lewat berbagai tes gratis yang beredar di internet.
Menyenangkan memang menjawab berbagai pertanyaan secara jujur yang hasil akhirnya akan menunjukkan orang seperti apa kita.
Tetapi sebetulnya apa alasan di balik banyaknya orang yang menyukai tes kepribadian? Dilansir dari Psychology Today, setidaknya ada tiga alasan mengapa orang menyukai tes kepribadian.
Alasan yang pertama karena kita ingin mengetahui banyak hal tentang diri sendiri. Seorang psikolog bernama Simine Vazire mengatakan bahwa tes kepribadian disukai karena mengungkapkan informasi yang sebelumnya tidak diketahui tentang diri sendiri.
Hal ini tentu bisa menjadi sisi positif dari tes kepribadian, yang mana berarti kita menunjukkan sebuah tindakan yang ingin mengenal diri lebih baik.
Dalam tes kepribadian biasanya juga menunjukkan skor-skor tertentu untuk tingkat intelektualitas maupun kreativitas diri.
Tentu hal ini menjadi hal yang menarik untuk diketahui. Namun, psikolog lebih menyarankan bertanya kepada keluarga atau sahabat untuk mengetahui diri sendiri ketimbang mengikuti tes MBTI atau Ennegram.
Alasan kedua, karena manusia ingin menjadi bagian dari kelompok tertentu. Manusia cenderung memiliki keinginan untuk dipahami dan hal itu adalah normal.
Beberapa orang yang melakukan tes kepribadian merasa bahwa dia berbeda dengan orang lainnya.
Tes kepribadian memungkinkan para penggunanya untuk mengetahui bahwa, "Ada orang lain di luar sana yang seperti saya".
Alasan ketiga, karena manusia ingin memahami orang lain. Dengan mengetahui hasil tes kepribadian seseorang makan akan memudahkan kita untuk memahami sikap orang tersebut.
Tentu hal ini akan membantu bagaimana kita memperlakukan orang tersebut dan menciptakan sebuah interaksi sosial yang lancar.
Dilansir dari Insider hal ini ada hubungannya dengan “teori identitas sosial” yang dicetuskan oleh psikoterapis asal Polandia, Henry Tajfel.
Teori ini mengatakan bahwa manusia memiliki keinginan untuk menciptakan sebuah dikotomi “kita vs mereka”.
Keinginan untuk mengelompokkan diri memperkuat ikatan dengan orang-orang yang berpikiran sama dan menjauhi orang-orang yang berbeda dari kelompoknya.
Sebetulnya sah-sah saja melakukan tes kepribadian, apalagi saat ini banyak beredar tes-tes kepribadian yang ditunjukkan untuk hiburan.
Hal yang perlu diingat adalah tes kepribadian seperti MBTI dan Ennegram yang saat ini banyak beredar di internet tidak selalu akurat.
Terlalu mempercayai hasil dari tes kepribadian bisa saja mendorong asumsi-asumsi yang belum tentu benar tentang diri sendiri maupun orang lain.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo