Menuju konten utama

Alasan Jokowi Minta BRIN Jadi Orkestrator Penelitian

Presiden Jokowi memerintahkan kepada BRIN bersama Bappenas untuk jadi orkestrator penelitian untuk merancang kebutuhan riset di Tanah Air.

Alasan Jokowi Minta BRIN Jadi Orkestrator Penelitian
Pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di Istana Malacanang, di Manila, Filipina, Rabu (10/1/2024). FOTO/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi), memerintahkan kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), untuk menjadi koordinator dan pengarah upaya riset Indonesia. Dia ingin BRIN bekerja sama dengan Bappenas mendata tantangan dan peluang yang dapat dikelola di masa depan.

"Saya akan memerintahkan kepada BRIN untuk jadi orkestrator penelitian, bersama Bappenas untuk merancang kebutuhan riset kita, untuk menjawab tantangan yang akan kita hadapi itu apa, dan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di depan kita itu apa," kata Jokowi dalam konvensi ke XXIX dan temu tahunan XXV forum rektor Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/1/2024).

Jokowi bercerita pengalaman mendatangi sejumlah tempat di luar negeri beberapa hari terakhir. Saat berkunjung ke dua daerah di Amerika, San Fransisco dan Washington DC, Jokowi melihat mayoritas mahasiswa di dua kampus daerah tersebut berasal dari Cina dan India. Hal itu dia temukan lagi saat mengunjungi jurusan robotik dan artificial intelligence (AI) di kampus tersebut.

"Artinya mereka belajar AI, mereka belajar robotik, robotik untuk laut dalam, robotik untuk agri, robotik untuk medik, untuk manufacturing. Semuanya mereka belajar," kata Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menuturkan, jurusan-jurusan tersebut penting untuk Indonesia karena akan mendapat bonus demografi. Dia mengatakan, sumber daya manusia unggul penting sebagai salah satu syarat untuk menjadi negara maju.

"Sumber daya alam yang melimpah tidaklah cukup jadi negara maju, yang paling penting pertama kita butuh sumber daya manusia-sumber daya manusia yang berkualitas. Yang kedua kita butuh iptek dan inovasi yang juga berkualitas dan keduanya jadi tugas penting lembaga pendidikan tinggi kita," kata Jokowi.

Jokowi mencontohkan, salah satu perusahaan di Vietnam memiliki 2.400 peneliti di satu perusahaan swasta. Padahal, pendapatan per kapita Vietnam masih 4.300 dolar AS atau lebih rendah daripada Indonesia yang kini 5.100 dollar AS. Dia menilai, Vietnam telah berhasil menjadi negara maju.

"Mereka (Vietnam) ngebut kencang dan hati-hati income per kapitanya hampir melampaui kita dan kalo kita hanya monoton dan santai-santai saja bisa sebentar lagi kelanggar sama yang namanya vietnam. Ini yang kita tidak mau," kata Jokowi.

Jokowi menekankan, Vietnam mampu maju karena perguruan tinggi menjadi lembaga riset. Vietnam berhasil menyambungkan industri dengan universitas. Oleh karena itu, Jokowi ingin universitas Indonesia bisa membantu pengembangan iptek dan berinovasi untuk memecahkan masalah bangsa.

Jokowi menekankan posisi BRIN bukan menjadi kunci, melainkan hanya orkestrator. Dia ingin agar kampus tetap menjadi kunci pengembangan teknologi lewat riset.

"Kuncinya ada di perguruan tinggi, bukan di BRIN, tapi di perguruan tinggi risetnya. itu yang harus mulai kita geser. orkestratornya boleh dari BRIN, tetapi perguruan tinggi, peran untuk riset dan developmentnya betul-betul diperkuat," kata Jokowi.

Baca juga artikel terkait RISET BRIN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin