Menuju konten utama

Alasan JJ Rizal Minta Anies Setop Bangun Halte TJ Bundaran HI

JJ Rizal beralasan pembangunan halte tersebut merusak pandangan warga ke Patung Selamat Datang En Henk Ngantung Fontein.

Alasan JJ Rizal Minta Anies Setop Bangun Halte TJ Bundaran HI
Sejarawan JJ Rizal. Tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Sejarawan JJ Rizal meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghentikan pembangunan Halte Transjakarta (TJ) di Tosari-Bundaran HI, Jakarta Pusat. Rizal beralasan pembangunan halte tersebut merusak pandangan warga ke Patung Selamat Datang En Henk Ngantung Fontein.

Patung tersebut merupakan warisan Presiden Sukarno dengan Gubernur Henk Ngantung sebagai poros penanda perubahan Ibu Kota kolonial ke Ibu Kota nasional.

Hal itu Rizal sampaikan melalui akun Twitter pribadinya @JJRizal, Kamis (29/9/2022). Ia telah mengizinkan Reporter Tirto untuk mengutip twit tersebut, Jumat (30/9/2022).

"Mohon pak Gubernur @aniesbaswedan stop pembangunan halte @PT_Transjakarta yang arogan di kawasan cagar budaya, penanda sejarah perubahan kota kolonial jadi kota nasional warisan Sukarno. Jangan biarkan halte-halte itu jadi noda di buku sejarah masa pemerintahan bapak yang kaya prestasi," kata JJ Rizal.

Rizal menyebutkan patung tersebut sangat penting bukan hanya karena karya Presiden Sukarno dan Maestro Edi Sunarso serta Gubernur Henk Ngantung. Patung itu juga simbol keramahan bangsa, semangat bersahabat melaksanakan ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Kemudian Hotel Indonesia (HI) bukan hanya simbol awal pariwisata modern Indonesia pasca kolonial. HI merupakan karsitektur karya Abel Sorensen, arsitek markas besar PBB di New York bersama Presiden Sukarno dengan para maestro lukis dan sastra Indonesia yang oleh Sukarno disebut "Pembuka wajah muka Indonesia".

"Kawasan bersejarah warisan Sukarno dalam 20 tahun terakhir telah jadi korban vandalisme. Berbagai kepentingan berebut dengan macam-macam alasan, tapi satu tujuannya yaitu mengkapitalisasi posisinya yang strategis. Kalau tidak disetop, maka Jakarta akan kaya infrastruktur tapi miskin karakter," ucap Rizal.

Apalagi, kata Rizal, Transjakarta tak cukup puas hanya bangun halte gigantis di sekitar HI, tetapi juga di Sarinah. Hal itu menjadi penanda sejarah untuk mengingatkan bahwa Ibu Kota nasional berbeda dari Ibu Kota kolonial yang merupakan simbol ekonomi kapitalisme yang rakus.

Rizal mengatakan sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI, PT Transjakarta yang bus nya melakukan mobilisasi di ruang bersejarah Presiden Sukarno itu mestinya mengadopsi etos kerja sang maestro, yakni berkelas dunia. Akan tetapi, hal itu juga berorientasi kerakyatan serta menjaga sumber inspirasi kota, yaitu warisan sejarahnya.

Apabila Anies tetap membangun Halte Busway di lokasi tersebut, Rizal meminta agar mencari model arsitektur yang ramah dan peduli pada kawasan sejarah.

"Desain yang lebih merunduk, menghormat vista cagar budaya, bukan yang dengan sengaja malah memanfaatkan ruang yang bernilai komersil untuk komersialisasi," kata dia.

Baca juga artikel terkait BUNDARAN HI atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan