tirto.id - Aksi Kamisan ke 552 yang digelar di seberang Istana Presiden ikut memperingati 14 tahun kasus pembunuhan Munir Said Thalib, seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang tewas diracun saat berada di pesawat dari Indonesia menuju Belanda.
Tidak hanya dilakukan di seberang Istana Presiden, aksi kamisan kali ini juga digelar serempak di beberapa kota seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang.
Dalam kesempatan itu, Suciwati, istri Munir juga turut mendesak pemerintah menuntaskan kasus pembunuhan Munir dengan membuka dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) yang selama ini belum juga diungkapkan ke publik.
"Ini bukan persoalan Munir saja. Ini persoalan keadilan, soal penuntasan kasusnya. Kita tidak peduli siapa presidennya karena kalau memang presidennya berani kemudian menuntaskan ya itu yang kita apresiasi" katanya.
Tim Pencari Fakta (TPF) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 111 Tahun 2004. TPF dibentuk pemerintahan Presiden SBY, setelah adanya desakan dari berbagai kalangan agar menelusuri dugaan kejanggalan kematian Munir.
TPF dibentuk guna membantu kepolisian mengusut keterlibatan oknum di lingkungan direksi PT Garuda Indonesia dan Badan Intelijen Negara (BIN). Bahkan saat itu, pengungkapan kasus pembunuhan Munir masuk dalam agenda 100 hari kerja Presiden SBY.
Laporan yang tuntas pada Juni 2005, ternyata tak pernah dibuka ke publik. Lebih parah lagi, laporan lengkap TPF itu hilang di Kemensetneg. Ironinya, hilangnya laporan itu baru diketahui pada pertengahan Februari 2016. Ketika itu KontraS mendatangi kantor Sekretariat Negara untuk meminta penjelasan dan mendesak segera dilakukannya pengumuman hasil laporan TPF.
Berkaitan dengan itu, Wakil Koordinator Advokasi KontraS Putri Karnesia kembali meminta pemerintah untuk membuka hasil TPF ke publik.
"Kita meminta ke komisi informasi pusat untuk dokumen dibuka ke publik karena lihat Keppres 111 tahun 2004 tentang pembentukan tim pencari fakta kasus Munir dikatakan poin ke 9 nya pemerintah harus membuka isi dari dokumen TPF tersebut kepada publik tapi kalau melihat dari tahun 2005 pasca TPF itu selesai sampai 2016 kita tidak tahu hasilnya seperti apa. Isi dari dokumen ini tidak banyak yang tahu." Kata Putri.
Aksi Kamisan ini juga dihadiri oleh Sumarsih, ibu Norman Irawan yang tewas dalam peristiwa Semanggi 1. Hadir pula musisi Melanie Soebono, dan Polka Wars.
Aksi Kamisan adalah sebuah aksi diam dengan payung hitam yang sudah dilakukan setiap Kamis sejak 18 Januari 2004. Aksi yang dimulai sekitar pukul 16.00 hingga pukul 17.00 ini berlangsung damai.
Penulis: Rio Apinino
Editor: Alexander Haryanto