tirto.id - Hasil riset Alvara Research Center menunjukkan pasangan calon (paslon) Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan lolos putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017.
Direktur Eksekutif Alvara Research Center Hasanudin Ali mengatakan, hasil riset mereka menemukan adanya perubahan suara di Pilkada DKI Jakarta. Dalam survei yang berlangsung sejak tanggal 6-8 Februari 2017 dan diikuti 811 responden, Alvara melihat ada perubahan suara secara signifikan bagi paslon nomor 1 Agus-Sylvi.
"Survei kedua memang suara AHY turun drastis. Turun ke posisi 3," ujar Hasanudin saat ditemui di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Jumat (10/2/2017).
Hasanudin melihat, paslon nomor 2 Ahok-Djarot tetap kokoh di posisi pertama dengan nilai 38,3 persen dalam survei kedua. Di belakang Ahok-Djarot ada Anies-Sandi di angka 32,6 persen serta Agus-Sylvi 20,1 persen.
Padahal, dalam survei Januari, Agus-Sylvi berada di posisi kedua dengan nilai 31,8 persen sementara Anies-Sandi di 22,2 persen. Jumlah undecided voters dalam survei pun menurun dari yang sebelumnya sekitar 11,3 persen menjadi 9 persen.
Hasanudin melihat, perubahan suara terjadi karena beragam faktor seperti perdebatan antara paslon nomor 2 Ahok dengan Ketua MUI Kh. Maruf Amin, turun gunungnya SBY, dan dua debat terakhir.
Ia mengatakan, paslon nomor 2 mengalami tekanan cukup berat dalam kasus Ahok-KH. Ma'ruf Amin. Banyak pemilih muslim meninggalkan paslon nomor 2. Akan tetapi, kesolidan suara paslon nomor 2 yang sudah mencapai angka 80 persen menjadi modal untuk tetap bertahan. Dalam hasil survei mereka, pendukung paslon nomor 2 mayoritas dari kelompok non-muslim.
Akan tetapi, Hasanudin menyoroti tentang perubahan suara paslon nomor 1 dan nomor 3. Dalam riset mereka, kasus Ma'ruf Amin-Ahok ternyata berdampak pula pada paslon nomor 1. Banyak pendukung paslon 1 memilih untuk lari ke pendukung nomor 3.
"Jadi kalau kita lihat pergeseran suara dari ahy ke anies yang signifikan itu suara muslim yang bergeser," ujar Hasanudin.
Faktor lain yang harus disoroti paslon nomor 1 adalah kemampuan debat. Paslon 1 dinilai kurang optimal dalam menggunakan debat sebagai bagian kampanye. Hasanudin melihat, barisan massa yang paling rentan ada di lingkaran koalisi Cikeas. Sampai saat ini, hanya paslon nomor 1 yang kemantapan pemilih masih kurang dari 50 persen. Dalam hasil riset, kemantapan pemilih nomor 2 sudah mencapai angka 80 persen sementara nomor 3 di angka 69 persen.
"Pemilih nomor 1 masih Agak bimbang. Kita lihat kemungkinannya dia (nomor urut 1) berubah masih cukup tinggi," kata Hasanudin.
Satu hal yang unik lain adalah turunnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam gelanggang Pilkada DKI Jakarta. Turunnya elektabilitas Agus akibat sikap SBY beberapa hari terakhir. Pemilih akhirnya memilih ke paslon lain.
"Ternyata pengaruh pak SBY yang terlalu agresif itu di sosial media maupun media ternyata membawa pengaruh negatif terhadap AhY," kata Hasanudin.
Hasanudin mengatakan, pasangan yang pindah suara dari Agus mayoritas ke paslon Anies-Sandi. Peningkatan suara Anies-Sandi secara signifikan diduga akibat agresifitas SBY diikuti performa Agus dalam debat dan dampak kasus Ma'ruf Amin dengan Ahok. Oleh karena itu, dirinya memprediksi Pilkada DKI Jakarta berjalan dua putaran dengan peserta Ahok dan Anies.
"Yang punya peluang masuk itu menurut survei kita Ahok dan Anies. Kalau Anies lawan Ahok kita lihat ini ketat ya. Nanti dibaca angkanya. Anies lebih unggul sedikit dibanding Ahok. Kalau Ahok lawan AHY masih menang Ahok," kata Hasanudin.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Agung DH