tirto.id - Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Gunadi mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti secara pasti yang menyatakan bahwa varian Omicron lebih cepat menular dari Delta.
Dokter ahli di bidang biologi molekuler dan genetika molekuler itu mengatakan memang Omicron memiliki banyak mutasi protein spike sebagaimana yang ada di varian of concern lainnya seperti varian Delta. Sehingga hipotesisnya terdapat kemiripan karakteristik salah satunya lebih cepat menular.
Namun, bukti yang dapat menyimpulkan bahwa Omicron lebih cepat menular dari Delta belum ada. Untuk lebih dapat menyebut varian itu lebih cepat menular dari Delta maka harus dibuktikan dulu dan dihitung tingkat penularan atau RO.
"[Varian Omicron] RO berapa itu sampai sekarang belum ada yang menghitung secara pasti. Beda waktu Delta itu sudah ada perhitungan ahli matematika menghitung RO 7," katanya melalui sambungan telepon, Rabu (1/12/2021).
Sementara Omicron baru berdasarkan hipotesis yang diperkirakan 5 kali atau 1 kali lebih cepat menular.
"Artinya belum solid buktinya. Dan belum bisa dikatakan varian ini lebih cepat dari Delta," kata Gunadi.
Memang kata dia WHO sudah menetapkan Omicron sebagai varian of concern. Artinya memiliki kriteria potensi cepat menular, dapat mengelabui sistem imun, dan mempengaruhi keparahan penyakit.
Namun, kata Gunadi, sampai dengan saat ini baru satu kriteria yang benar-benar terbukti yakni bahwa varian Omicron dapat mengelabui sistem imun. Hal ini berdasarkan laporan WHO bahwa laporan pertama kali orang yang terinfeksi Omicron merupakan orang yang sebelumnya terkena COVID-19.
"Yang dilaporkan pertama kali [kasus varian Omicron] oleh Afrika Selatan ke WHO itu sebetulnya memang kasus reinfeksi, sebelumnya pernah terinfeksi COVID-19. Tapi jumlah pastinya berapa kasus reinfeksi tidak tahu, WHO hanya menyebutkan bahwa ada kecenderungan dia reinfeksi. Tapi perlu bukti lebih lanjut," kata Gunadi.
Hal itu menunjukkan bahwa, orang yang telah terkena COVID-19 dan telah memiliki kekebalan alami, namun dapat dikelabui atau lolos dari kekebalan tersebut hingga akhirnya terpapar varian Omicron.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Maya Saputri